Mengukir Makna Hidup (Memoar Praktik Literasi dan Berbagi)
Copyright ©2021
201 hlm; 14cm x
21cm
ISBN
Penulis : Simon, Anunu, M.Pd.
Penyunting Naskah : Sri Sugiastuti
Perancang Sampul : Ajinatha
Penata Letak : Yassin Cahyo Ramadhan
Redaksi
CV Oase Pustaka
Palur Wetan
Mojolaban Sukoharjo
0271-8205349
085732288767
Perpustakaan
Nasional RI Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Mengukir Makna
Kehidupan (Memoar Praktik Literasi dan Berbagi) -Sukoharjo: Oase Pustaka, Mei 2021
ISBN
978-602-457-
201 hlm; 14cm x 21cm
1.
Non-Fiksi I. Judul II. Musiin
Hak Cipta
dilindungi oleh undang-undang
Dilarang
mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis
dari penerbit.
Isi di luar
tanggung jawab Penerbit Oase Pustaka
Persembahan
Karya ini saya persembahkan kepada:
Keluarga
Besar Guru di Indonesia
Komunitas
Guru Sejuta Ngeblog (KSGN)
Calon
Penulis hebat yang bersemangat
Guru
Penggerak Literasi
Penikmat
buku yang sadar sukses
Kata Bijak
“Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer
Kata
Pengantar
Aam Nurhasanah, S.Pd.
(Penulis dan Juara I Lomba
Blog Tingkat Nasional)
Suatu kehormatan dan
kebanggaan bagi saya, ketika dipercaya menulis kata pengantar untuk buku solo
kedua Bapak Simon Anunu, S.Ag, M.Pd. yang termotivasi dan diadopsi dari lika liku perjalan hidup penuh makna dalam dunia literasi.
Saya mengenal Bapak Simon karena
beliau adalah salah satu peserta alumni gelombang belajar menulis PGRI yang digagas oleh Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. Saya ingat sekali pertama kali Bapak Simon bergabung di kelas menulis, semangatnya
sungguh luar biasa. Saat saya membaca tulisan pertamanya, progres menulisnya
sangat berbeda jauh dengan tulisan yang sekarang.
Suatu kebanggaan penuh haru, melihat
Beliau berhasil membuat buku memoar perjalanan
hidup penuh makna dalam menggaungkan geliat literasi yang dikemas menjadi sebuah buku yang menarik untuk dibaca. Buku ini
menjadi saksi bahwa konsistensi menulis akan melahirkan sebuah karya yang
bermakna.
Saya ucapkan selamat datang
pada penulis hebat. Semoga banyak ilmu yang didapat setelah membaca buku yang
penuh manfaat.
Lebak, 19 Juni 2021
Salam Blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
SMPS MATHLA' UL HIDAYAH CIPANAS
Prakata
Puji dan syukur ke hadirat Allah
Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan naskah
buku dengan judul “Mengukir
Makna Hidup” ini dengan baik dan lancar.
Buku
memoar ini
merupakan salah satu goresan penaku yang sudah lama saya simpan dalan lembaran
buku tulis dan laptop pribadi dan juga merupakan goresan hati
untuk mengungkapkan perjalanan hidupku dalam menggiatkan literasi di masa
pandemic.
Buku memoar
ni dapat terselesaikan berkah
bantuan beberapa pihak yang terkait, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bu
Kanjeng atau Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.
Pd. merupakan sahabat di dunia maya yang
selalu mendorongku untuk berliterasi demi mewujutkan karya nyata yang dapat
dinikmati dengan kasat mata.
2. Kepala
Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Kupang yang mendorong guru dan kepala
sekolah tetap teguh melaksanakan Pendidikan pada satuan pendidikan selama
pandemi covid melanda dunia Pendidikan kita.
3. Bapak Ibu
guru SD Negeri Naibonat, yang membantu saya untuk dapat
menyelesaikan buku ini.
4. Ibu
Aam yang selalu mendorong saya untuk berliterasi demi mewujutkan karya nyata
yang dapat dinikmati dengan kasat mata.
5. Keluarga,
istri tercinta Rosa sinensis Binsasi. Anak sulung Selsus Primus Anunu Metan.
Anak ke dua Sergius Saba Metan dan anak bungsu Gregoriana Afoan Metan yang
mendukung dengan cara masing-masing agar terselesainya buku ini.
6. Semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan terbitnya buku kedua saya.
Semoga amal ibadah mereka mendapatkan pahala dan ridho
dari Allah dan diberikan imbalan yang lebih baik dari apa yang telah mereka
berikan.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Naibonat, 19 Juni 2021
Penulis
Simon Anunu, S.Ag, M.Pd.
Halaman Penerbit …………………….. ii
Persembahan ……………………………. iii
Kata Pengantar …………………………. iv
Prakata ……………………………………… v
Daftar Isi …………………………………… vi
HIDUP ADALAH PERJUANGAN MEMBUTUHKAN PENGORBANAN 1
AWAL SAYA MERINTIS KARIER .. 19
MENGOLAH PENDIDIKAN MASA PANDEMI …………………………………… 26
MUTIARA
KASIH PANCARAN SINARMU MENJANGKAU ANAK- ANAK DI PULAU TIMOR ……………. 35
ANGKA
DUA BELAS MOMENTAL PENUH MAKNA …………………………. 45
MENULIS BERSAMA
OM
JAY MENJADI BLOGER AKU BISA ………………………………………….. 61
MENGGUNAKAN
BLOG ……………… 69
MATERI
YANG PALING DIINGAT DARI NARASUMBER IBU KANJENG ………………………………….. 72
MENCIPTAKAN POLA
BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH ………………. 78
COVID-19 MENGUJI KREATIVITAS
GURU ……………………………………….. 84
MENCEGAH PENYEBARAN VIRUS CORONA GURU
DAN SISWA BERTAHAN DI RUMAH ….. 100
DAMPAK PERCERAIAN SUAMI ISTERI BAGI ANAK BALITA ……….. 105
POTENSI MENDIRIKAN TAMAN SEMINARI DAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS AGAMA KATOLIK (SMAK) DI NTT SANGAT
TINGGI …………………………………….. 111
PRAKTIK MENULIS…………………….. 122
KINI
AKU HARUS BISA MENULIS ARTIKEL …………………. 132
PENDIDIK
MENGINSPIRASI …….. 149
Profil Penulis …………………………….. 155
Mengenal diri adalah awal reflek-si berintrospeksi.
Pada suatu ketika saya bertanya dalam diri, ”siapa dan bagaimana aku?” lalu saya berusaha menelusuri latar belakang diri. Saya pun menemukan beberapa jawaban. Saya ini anak
petani miskin. Orang tua tak mampu menyekolahkanku. Anak petani subsisten, bertani dengan cara tradisional
sesuai kebiasaan nenek moyang yang masih
primitif. Ditambah lagi kepercayaan animisme dan dina-misme istilah setempat uis pah harus diberi sesajian. Jika tidak diberi sesajian maka hasil panen gagal atau tanaman diserang
hama. Itu tanda uis pah marah dan memberi kutukan. Suka menyerah pada nasib memang sudah
begini. Tanpa
evaluasi diri dan mencari solusi.
Mestinya bertanya pada ahli pertanian bersama peme-rintah. Bukan bertanya pada rumput yang bergoyang.
Miskin ilmu malu bertanya sesat dalam hidup. Mungkin
ini salah satu penyebab NTT miskin.
Mengapa
dan Bagaimana Anak Petani Miskin Bisa Menempuh Magister
Pendidikan?
Pertanyaan ini biasa dan cara menjawabnya yang biasa
dibuat. Me-ngapa tidak?
Karena saya sudah keluar dari lubang singa. Tantangan
hidup membuat rasanya mau mati. Saya rasakan gesekan yang menda-lam sampai-sampai saya jalani de-ngan cara yang biasa dibuat orang. Dengan tulisan ini saya coba me-review mengapa bisa jadi begini. Mari simak rintihan hati saya.
Untuk sekolah melanjutkan pen-didikan setelah tamat sekolah da-sar dari SDN Sasi Kota Kefamenanu, saya
menjual kayu api, menjadi koki rumah tangga alias pembantu rumah tangga. Ini saya jalani selama setahun setelah tamat SD tahun 1983. Majikan
saya seorang polisi, rupanya
saya diuji tangguh menjadi pembantu rumah tangga. Modal dipercaya menjadi anak
buah rajin kerja keras, menimba air, memasak, ambil kayu api, cuci pakaian
di sungai yang berjarak satu
kilometer dari rumah.
Pada tahun 1984, saya didaftar melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
1 Kota Kefamenanu dikenal sebagai anak polisi di sekolah dan membiayai uang
sekolah. Untuk belajar saya silih waktu kerja. Setelah semua kerja beres baru
pegang buku mengerjakan PR, membaca kembali catatan. Metode belajar yang cocok
saat itu ada-lah learning by doing. Belajar sambil bekerja. Ada tiga cara
belajar yaitu membaca kembali catatan, mengerja-kan pekerjaan
rumah (PR), dan menyiapkan pelajaran yang akan dibe-lajarkan besok. Saya mencatat per-tanyaan dari bahan ajar yang tidak dipecahkan kemudian akan saya tanyakan
kepada guru saat pelajaran besok.
Waktu berjalan,
hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun berganti mengantar saya tamat SMP pada tahun 1987. Ada pertanyaan yang muncul dalam diri saya “ke mana saya pergi melanjutkan pendidikan”. Lalu saya ingat sebuah judul lagu rohani berbunyi: “ooo ... ke manakah arah perahu”.
Siapa lagi yang bisa membantu saya membiayai pendidikan selanjut-nya?
Pertanyaan ini selalu meng-ganggu pekerjaan saya sebagai
pembantu rumah tangga, waktu tidur, dan saya sering mengkhayal. Saya sering ditegur oleh majikan karena
kelihatan sering melamun.
Suatu saat menjelang awal tahun ajaran baru, saya diam dan
mene-mukan
jawaban setelah membaca papan apresiasi majalah dinding SMP almamater. Ada
tulisan menjadi guru agama Katolik setelah
tamat sekolah pendidikan guru agama Katolik (SPGAK) Warta Bakti Kefamenanu. Hati saya terpanggil untuk menjadi guru agama
Katolik.
Suatu saat di tengah hutan sambil memilih kayu kering, ada bisikan dalam hati “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan baptislah
mereka dalam nama bapa dan putera dan Roh Kudus”. Kalimat ini saya ingat saat
membaca kitab suci setiap malam selesai belajar.
Saya pernah sangat tertekan oleh situasi hidup susah.
Saya biasa mengucapkan salam Maria di waktu doa Rosario sebagai
kebiasaan orang Katolik.
Menjadi doa kesayangan di situasi sulit. Aku menulis surat kepada Bunda Maria di surga. Begini bunyi isi
suratnya “Kepada Yang Tercinta Bunda Maria di Surga. Pandanglah aku anakmu yang sengsara ini. Berikanlah
aku petunjukmu. Bagaimana aku menemukan sekolah yang tepat untuk
mengantar aku keluar dari soal hidup ini. Biar engkau di surga doakanlah aku
anakmu yang merana ini. Santa Maria doakanlah aku, Amin”.
Dengan hati tegar dan kuat, saya melangkah
dengan pasti. Saya men-daftar sebagai peserta didik baru di SPGAK Warta
Bakti Kefamenanu pada tahun 1987. Peserta yang mendaftar saat itu sebanyak 360 orang. Namun, yang lulus tes masuk hanya 150 orang termasuk Simon
Anunu, penulis buku ini, berada pada urutan ke-25. Saya gembira
karena Bunda Maria menga-bulkan doa.
Siapa yang membiayai pendidikan-ku selama di SPGAK? Uang sekolah saat
itu Rp7.500,00. Saat itu gaji seorang polisi Rp150.000,00. Apakah saya terus sekolah? Hanya tiga bulan polisi itu janji membayarkan uang
sekolah. Ternyata sudah tiga bulan bendahara sekolah menagihnya. Ma-jikan saya
tidak mampu bayar, malah menganjurkan
saya keluar dari sekolah menunggu tahun depan daftar ulang di SMA Negeri 1. Saat itu uang sekolah hanya Rp500,00. Antara
Rp7.500 di SPGAK dengan Rp 500,00 di SMA Negeri lebih baik pilih yang
murah meriah karena keputusan penentu kebijakan tanpa mempertimbangkan
keputusan saya yang menjadi
korban.
Bagaimana saya menanggapi atas anjuran majikan harus berhenti seko-lah alias drop out. Saya menolak de-ngan keras anjuran majikan keluar dari SPGAK. Saya
memilih keluar dari maji-kan polisi
ini. Saya berniat mencari uang
membiayai diri sendiri tetap sekolah di SPGAK. Apakah orang tua bisa membantu?
Tidak. Orang tua mencari makan saja tidak cu-kup. Lebih sadis lagi pakaian seragam
sekolah ditahan oleh saya. Ijazah SD dan SMP juga ditahan sampai harus bawa tebusan berupa sapi, babi,
atau setimpal.
Apakah saya tetap sekolah? Ja-wabannya
saya terus sekolah.
Untuk pakaian seragam SMA saya meminjam pakaian bekas milik
teman sekampung yang sudah lulus SMA. Sepatu juga pinjam karena tidak ada uang
untuk beli baru. Baju seragam
saya pinjam milik adik nona yang sudah tamat SD. Jarak tempuh sekolah semakin jauh. Yang sebelumnya hanya tiga kilometer, sekarang menjadi tujuh kilometer karena kembali ke
rumah orang tua.
Uang sekolah saya bayar sendiri dengan dari jasa jual air sepulang sekolah. Suatu ketika saya mencoba cari kerja sambil sekolah. Ada seorang jaksa
yang membutuhkan jasa timba air. Saya menawarkan diri setiap minggu tiga kali
mengisi bak air di rumah jaksa
kala itu belum ada air leding. Saya menjadi “leding hidup”.
Mengambil air dari sumur berjarak 20 meter dari sumur ke rumah jaksa. Gaji jasa
mengisi air di bak mandi dan bak WC sebesar Rp12.000,00 per bulan.
Dengan gaji Rp12.000,00 menjadi modal bayar uang sekolah dan masih ada
sisa untuk saya tabung.
Bagaimana menambah tambahan penghasilan
uang? Saya pernah mem-bersihkan
rumput di kebun milik ke-pala kantor agama Kabupaten Timor Tengah Utara. Istilah setempat tofa
kebun. Luas kebun itu empat are. Setelah selesai membersihkan kebun itu, saya diberi Rp12.000,00. Setiap are dihargai dengan Rp3.000,00. Tekad saya kerja
halal apa saja yang penting menghasilkan uang untuk menyelesaikan studi. Puji
Tuhan saya diberi kekuatan untuk membiayai diri sendiri.
Belajar mandiri, sekolah
mandiri dan biaya sendiri karena saya akui orang tua miskin.
Bagaimana dapat makan? Saya mendapatkan jagung, ubi
kayu atau singkong dari orang tua. Mulai saat itu saya harus konsentrasi
belajar maka saya memilih tinggal di asrama yang dekat sekolah. Uang asrama
saya bayar dari sisa uang jasa timba air di jaksa
itu. Makanan tiap hari jagung ketemak dicampur
dengan ga-plek dan
sayur daun asam muda (isti-lah
setempat kiu so”o) yang mudah gratis diperoleh dari hutan. Jagung ketemak itu keras, membutuhkan wak-tu masak yang cukup lama. Sekali masak untuk tiga
kali makan. Misalnya pulang sekolah masak jagung untuk makan malam, makan pagi
ke sekolah dan makan siang. Kebiasaan ini ber-langsung hanya satu tahun selama SPGAK
Warta Bakti Kefa-menanu.
Suatu ketika saya masih di bangku kelas
tiga SPGAK. Ada seorang ibu guru SMA
Negeri 1 Kefamenanu
men-cari seorang pembantu rumah tangga
khusus timba air. Beliau mencari saya di sekolah. Saat berpapasan
mena-warkan saya
untuk tinggal bersama keluarganya hanya untuk timba air. Apabila saya bersedia
maka uang sekolah, biaya hidup, keluarga ini yang tanggung. Saya merasa luar
biasa. Secepatnya saya ambil sikap beralih dari asrama pindah tempat
tinggal. Tanpa memberi tahu orang tua dan memang orang
tua pun tidak ambil tahu. Ibu guru ini bernama Ibu Sry, sedangkan suaminya bernama Pa Jhon Lay, seorang pegawai negeri sipil kantor perdagangan Kota Kefa. Saya merasa
bahagia. Diperlakukan seperti anak yang layak dibantu. Rupanya Tuhan
mempergunakan keluarga ini untuk memerhatikan saya. Memang
keluarga ini belum dikaruniai seorang anak. Biasanya
saya hanya makan jagung ketemak. Di keluarga ini hanya
makan nasi. Saat-saat pertama
perut saya harus membutuhkan penyesuaian. Rasanya mau makan
jagung terus tapi jagung tidak tersedia.
Siapa saja yang membantu saya
selama melanjutkan pendidikan mulai dari SMP
sampai selesai tamat sekolah pendidikan guru agama
Katolik di Kefamenanu? Kesempatan ini saya akan menuturkan satu per satu melalui tulisan ini.
Pada tahun 1983 tamat sekolah dasar. Saya berjumpa dengan seorang polisi bernama Rofinus Gole asal Flores
Lembata. Ia seorang ang-gota Polisi
Resor (Polres) Kabupaten
Timor Tengah Utara. Kini beralamat di samping terminal bus Kota Kefame-nanu. Saat
bertemu di depan rumah-nya, ia bersiap-siap
hendak piket malam. Ketika saya memberi salam selamat
malam ia kaget. Lalu ia bertanya dari mana dan mau ke mana dengan nada
tegas seorang polisi. Saat itu masih kanak-kanak sambil takut saya jawab
pertanyaan polisi dengan tegas. Saya dari kampung Kuan Tes dan hendak ke transmigrasi lokal di Sasi. Lalu ia melanjutkan
pertanyaan di mana saya sekolah.
“Saya baru tamat dari SDN Sasi. Tapi karena orang tua
miskin tidak bisa melanjutkan pendidikan. Jadi setiap hari saya jual
es lilin keliling Kota
Kefamenanu,” jawab saya.
Polisi itu tersentak lalu menarik napas panjang.
“Jadi engkau mau sekolah?” tanya polisi itu.
Saya pun menjawab dengan suara lantang penuh harapan.
“Kalau kau mau sekolah, tinggallah bersama kami sekeluarga di sini. Lalu kami membiayaimu sekolah,” kata polisi itu.
Saya tersentak saat itu, mende-ngarnya serasa sebutir embun menye-jukkan hati.
Lalu polisi itu mengajak saya masuk ke rumahnya. Saya bertemu dengan isterinya bernama Lenny Mamo Gole dan ketiga putrinya yang masih kecil. Anak pertama
bernama Hedy Gole baru kelas dua SD dan dua yang lain belum sekolah. Ibu dan tiga anak ini menyambut saya
dengan gembira. Rupanya mereka menanti seorang anak pembantu rumah tangga.
Karena biasanya orang tua bepergian, ketiga anaknya sendiri di rumah. Letak rumah ini cukup jauh dari rumah
tetangga. Mulai saat itu saya tinggal dengan keluarga mereka sampai tahun depan
baru sekolah. Rupanya mereka menguji ketabahan saya.
Siapakah orang kedua yang men-jadi orang tua asuh saya pasca putus hubungan kerja pembantu rumah tangga dan
melanjutkan studi. Majikan bapak kandung saya yang memelihara sapi majikannya
bernama Orias Kaseh. Ia bersedia menampung saya tinggal di
rumahnya sebagai pem-bantu rumah
tangga. Bapak Orias Kaseh dan Ibu Dora Lake
bersedia menjahitkan pakaian
seragam sekolah. Ada dua macam seragam sekolah putih abu-abu dan putih hijau.
Harga setiap pasang Rp12.500,00. Uang ini
dipo-tong dari
uang jasa bapak sa-ya memelihara sapi majikannya. Saya tinggal bersama
keluarga ini selama setahun.
Mengapa harus jahit pakaian seragam sekolah lagi?
Karena semua pakaian seragam telah ditahan oleh majikan pertama karena itu
milik mereka. Karena sudah
keluar dari rumah majikan itu maka pakaian dan ijazah SD dan SMP mereka tidak berikan. Setelah jadi guru di SMP San Daniel Oepoli sekaligus
pendiri sekolah ini, honor
Rp15.000,00
selama lima tahun saya belikan seekor sapi sebagai tebusan. Saya bawa sapi itu ke majikan pertama. Kemudian ia baru memberikan ijazah SD dan SMP saya.
Siapakah keluarga berikutnya yang menjadi orang tua asuh saya? Bapak Gabriel Akoit adalah orang tua asuh ketiga. Keluarga ini hanya
bersedia menampung saya untuk tinggal saja tanpa membiayai sekolah. Uang
sekolah saya cari sendiri. Rumah Bapak Gabriel Akoit berhadapan
langsung dengan perumahan jaksa Kota Kefamenanu. Setiap hari saya
pulang sekolah berjumpa dengan seorang nona di sumur tua ini. Dia
bercerita bahwa ada jaksa tetangga majikannya mencari orang untuk menimba air.
Dalam hati saya ber-tanya
bisakah aku dapat diterima di situ untuk menimba air. Pada suatu sore saya
melihat jaksa itu duduk di serambi
depan rumah dinasnya. Saya
berusaha mendekati, coba menanya-kan kalau-kalau bisa
diterima menim-ba
air. Sebelum saya bertemu terlebih dahulu saya berdoa Salam Maria
Doa Rosario. Dengan langkah berani saya menemuinya.
“Assalamualaikum,” salam pertama saya sampaikan kepadanya.
“Alaikum salam,” jawabnya.
Saya pun duduk bersama di serambi rumah itu. Saya langsung menyampaikan maksud kedatangan.
“Bapak saya mau cari kerja,” kata saya.
“Apakah yang bisa engkau kerjakan?” tanya beliau.
Saya
menguraikan semua kemam-puan yang
saya miliki yaitu bisa timba
air, bisa ambil kayu api, bisa tofa rumput, cuci pakaian, dan seterika
pakaian.
“Kami ini seorang jaksa. Setiap hari hanya memutuskan perkara. Kebun kami
tidak punya. Kalau Adik Simon mau, boleh timba air karena anak yang biasa
timba air di keluarga
kami sudah kembali ke kampung,” jawab jaksa
yang bernama Pa Ismail.
Dengan lega saya bersyukur karena bisa dierima
kerja timba air. Setelah itu, saya mulai
berbicara tentang gaji dan kapan masuk kerja. Jaksa itu menjelaskan mulai besok sore bisa mulai timba dan pikul air menggu-nakan jerigen 20 liter sebanyak dua buah. Satu di
depan dan satu di belakang. Saya menawarkan gaji sebagai jasa pikul air itu sebesar Rp15.000,00 per bulan. Tapi Jaksa Ismail melepaskan koran di tangannya dan
mengangkat kepala bertanya kepada saya untuk apa
uang itu. Saya
menjawab untuk biaya sekolah.
Pa Ismail bertanya di mana saya sekolah. sekolah. Saya menjawab sudah di kelas dua SPGAK
Kefa.
“Wah, luar biasa
tapi kurangi sedi-kit upahmu,” kata Pa Ismail.
Maka saya langsung menawarkan sebesar
Rp12.000,00 per bulan. Pa Ismail menyetujui. Pa Ismail menjelas-kan dalam satu minggu cukup tiga kali timba air.
Sehabis kerja boleh makan dalam. Artinya selesai bak mandi dan
bak WC diisi dengan air penuh lang-sung makan sebelum pulang. Kesan saya makan di
rumah jaksa selalu enak. Dalam
hati saya, kalau makan
enak begini biar timba air tiap hari. Inilah orang tua asuh yang ketiga dan
keempat.
Siapakah orang tua asuh yang
kelima? Pada saat saya sementara
kerja di sekolah, saya
kedatangan seorang ibu guru. Menurut
saya ini tamu terhormat. Rupanya ibu ini sudah merekam jejak saya sebagai
seorang penimba air. Ibu ini bernama Ibu Sry. Rupanya ia
orang Jawa mengajar
di SMA Negeri Kefamenanu. Ia mencari
orang untuk membantu menimba air dari sumur yang dalamnya 35 meter. Tawaran
yang diberikan kepada saya apabila saya bersedia maka biaya sekolah dan makan
minum serta akomodasi tempat tinggal. Ibu Sry dan suaminya, Pa Jhon Lay, menerima saya sebagai anak asuh. Saya menerima tawaran ini dengan
ikhlas hati.
AWAL SAYA MERINTIS KARIER
Memang betul pendidikan di SPGAK Warta Bakti Kefamenanu mengantar saya masuk dunia kerja dengan mulus. Ketika tamat
sekolah dari lembaga pendidikan ini saya siap menjadi seorang guru agama
Katolik, dalam gereja
Katolik biasa dikenal sebagai seorang katekis. Kata katekis
berasal dari kata Yunani katechein yang berarti pewarta sabda pelayan umat Katolik, petugas
pastoral. Pada tahun 1990 saya mulai masuk Kabupaten Kupang. Pesis
di wilayah Oepoli, kini Kecamatan Am-foang Timur. Bersama seorang pastor bernama Romo Daniel J. Afoan Pr. sebagai
seorang pastor paroki di Paroki Santu
Stefanus Naikliu Keuskupan Agung Kupang, di Kecamatan Amfoang Utara kala itu.
Pada tanggal 1 Juli 1990 merintis SMP
Katolik San Daniel Oepoli di bawah
payung hukum Yayasan Daniel Broutieur. Berkolaborasi dengan pe-merintah setempat. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Kupang mengeluarkan izin operasional. Saya adalah salah satu guru dari
delapan guru pemula. Gaji yang kami peroleh selama 10 tahun 1990 sam-pai dengan tahun 2000 adalah guru
yayasan dengan besaran gaji Rp40.000,00. Kami enjoy dengan gaji yang ada. Penulis sebagai guru agama
Katolik dan perintis lembaga pendi-dikan ini.
Selama 12 tahun saya habiskan waktu tinggal di Oepoli. Di samping sebagai guru juga bertugas seba-gai bapak pengasuh asrama putera-puteri. Saya sering
mewakili yayasan
mengikuti pertemuan di ting-kat kabupaten dan tingkat keuskupan majelis pendidikan Katolik sampai tingkat nasional. Inilah
yang memben-tuk pribadi
pengelola pendidikan Katolik. Begitu juga pengalam-an mengelola
pendidikan formal dan nonformal bekerja sama dengan Pen-didikan Luar Sekolah (PLS).
Pengalaman adalah guru terbaik. Dengan pengalaman
kerja dalam dunia pendidikan, kini saya
mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Sejak tahun 1990
membantu siswa putus sekolah dengan program paket A setara sekolah dasar, Paket B setara SMP dan paket C setara SMA. Banyak orang
cukup terbantu dengan
program ini. Apalagi dengan adanya Undang– undang Desa mengisyaratkan aparat desa harus berijazah SLTA atau sederajat seperti paket C. Bah-kan tamatan PKBM bekerja
sebagai sekretaris desa
yang berijazah paket C
diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
Bagaimana bisa mendapat kembali ijazah SD dan SMP yang pernah dita-han oleh majikan pertama? Perjalanan hidup saya berliku-liku pahit manis bercampur menjadi satu.
Inilah jalan melalui penderitaan dalam bahasa latin Via Dolo Rosa.
Setiap orang dianugerahi jalan hidup yang khas sesuai rencana Tuhan. Saya memahami dan menjalani saja.
Saat menjadi guru di SMP Katolik San
Daniel Oepoli, saya pernah mem-bantu seorang anak mau sekolah tetapi tidak punya
uang.
“Apabila Pa Simon memban-tu membiayai anak saya sampai tamat SMP
maka kami sekeluarga akan memberi seekor sapi,” kata orang tua dari anak
itu kepadaku.
Setelah saya hitung harga sapi ka-lau diuangkan ternyata cukup. Begitu anak
ini tamat maka sapi yang dijanjikan itu mereka berikan dengan ikhlas. Seekor sapi ini saya bawa dari Oepoli Kabupaten Kupang
menuju Kota Kefamenanu untuk menebus kembali ijazah dan pakaian seragam yang pernah ditahan oleh majikan pertama.
Memang waktu saya pindah ke majikan kedua hanya bawa pakaian di
badan. Waktu itu saya masih ingat,
baju yang saya pakai adalah kaos Golkar dan
celana seragam SMP. Aku pun memberi sapi ini dengan ikhlas kepada majikan pertama. Ijazah SD, SMP diberikan kepada saya
Kapan saya mulai
diangkat menjadi PNS dan menjadi
sarjana? Pada tahun 2000 saya berhasil mengikuti tes CPNS dan lulus menjadi PNS guru agama Katolik. Pada
tahun 2002 pindah tugas dari Oepoli ke Naibonat Kecamatan
Kupang Timur dengan maksud melan-jutkan studi
mengambil program sarjana dengan
program izin belajar. Berkat
restu Tuhan pada tahun 2004 diwisuda di Sekolah Tinggi Il-mu Pastoral (STIPAS)
Keuskupan Agung Kupang. Pada tahun 2012 saya putuskan mengambil
program pasca-sarjana prodi Pendidikan Ilmu Penge-tahuan Sosial (PIPS).
Menggunakan program tugas belajar biaya sendiri per semester lima juta rupiah. Saya me-nyelesaikan program pascasar-jana S2 Undana Kupang pada
tahun 2015.
Bagaimana keadaan karier saya sekarang
ini? Saya semakin
langgeng melangkah maju. Kini saya diangkat
menjadi kepala SDN
Naibonat berdasarkan SK Bupati Kupang Nomor:
821.21/15/BKPP.KAB.KPG/2017. Pada tahun
2018 saya lulus tes asesor PAUD dan PNF Badan Akreditasi Nasional Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Hal ini menyebabkan saya keliling NTT untuk visitasi
akreditasi PAUD dan PNF setiap tahun. Di samping itu, saya dipercaya oleh Kepala Dinas Pendi-dikan dan
Kebudayaan Nusa Tenggara Timur sebagai anggota tim verifikator modul paket A, B, dan C. Sampai sekarang menjadi Instruktur
Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Kabupaten Kupang. Tokoh Agama Peduli
HIV outlet kondom
gratis.
Dengan adanya pengalaman merintis sekolah maka pada
tahun 2018 saya mendirikan SMP Katolik Santu Donbosco di Naunu bersama Yayasan Bintang Timur.
Tahun 2019 saya merintis Taman Seminari Santu Simon Petrus di Naunu Paroki Lili Camplong. Tahun 2019 ini saya merintis
lagi Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) di Naunu bersama Romo
Anselmus Leu Pastor Paroki
Santa Helena Lili Camplong.
Peran saya dalam Gereja Katolik Stasi Santu Yohanes
Maria Vianney Naibonat Paroki Santa Maria Fatima Taklale sebagai
wakil ketua stasi. Katekis umat Katolik bekerja sama dengan Bupati Kupang dan
DPRD Kabupaten Kupang sejak tahun 2012 dan di
tahun 2019 ini Gereja Katolik mendapat hibah tanah
pemda untuk bangun Gereja Katolik stasi dengan serifikat
tanah hak milik. Peletakan batu pertama pemba-ngunan gereja akan dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus
2019 oleh Uskup Agung Kupang Mongsinyiur Petrus Turang.
MENGOLAH PENDIDIKAN MASA PANDEMI
Pengalaman adalah guru ter-baik. Lewat proses melihat kembali pe-ngalaman bagaimana membuat orang lain menemukan
dirinya yang sesung-guhnya. Hal
ini tidak semudah mem-balik
telapak tangan. Proses menemu-kan sesuatu
yang lebih dari yang biasa itulah yang disebut perjuangan. Tiada amal tanpa berkorban. Tiada korban tanpa derita. Itulah hidup pencari fakta.
Memang orang suka fakta ketim-bang
cerita belaka. Bagaimana proses memanusiakan manusia itulah tugas seorang
pendidik. Makanya tugas pen-didik adalah
tugas mulia.
Hal ini yang dilakukan oleh Simon Anunu, S. Ag., M. Pd., kepala SDN Nai-bonat Kecamatan Kupang Timur Kabu-paten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya me-manage sekolah
dengan jumlah guru 20 oarang dan dua orang tenaga kependidikan. Untuk
menyamakan persepsi tentang pola pendidikan di sekolah ini. Melayani proses
pendidikan di masa pandemi Covid-19 dengan segala penyesuaian.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ)
dan belajar dari rumah (BDR). Guru me-rancang pembelajaran sesuai kuriku-lum pandemi yang
dipandu oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabu-paten Kupang melalui surat edaran. Penguatan oleh
pengawas sekolah. Kepala sekolah memainkan perannya sebagai seorang manajer. Pendamping guru dan
tenaga kependidikan dan mengolah
pendidikan di sekolah sebagai santapan sedap bagi anak didik dan orang tua.
Situasi sekolah yang menyenangkan membuat guru melayani dengan hati. Semua
fasilitas pendukung dipenuhi oleh kepala sekolah untuk melancarkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik. Memang harus diakui
awal semester genap mulai Januari
sampai Maret dana BOS belum cair, tetapi kepala sekolah tidak boleh
mati akal. Bijaksana mencari jalan keluar terbaik. Membangun kerja sama dengan
pihak ketiga yaitu dunia usaha dan dunia industri. Untuk alat kantor dan alat
tulis kepala sekolah bekerja sama dengan toko penyedia kebutuhan sekolah dengan
melakukan bon barang nanti dibayar setelah dana BOS cair. Itulah suka duka seorang kepala
sekolah.
Model
pembelajaran jarak lauh itu yang dipilih oleh dewan guru dengan metode luar jaringan (luring). Kebi-jakan ini diambil sesuai hasil rapat bersama orang
tua. Ada orang tua yang tidak punya android bahkan ada yang tidak punya handphone. Kalau ada hanya handphone senter. Bagai-mana supaya proses belajar-mengajar di masa pandemi corona virus yang mencekam
dunia dan dampaknya sudah terasa di Kupang banyak korban berjatuhan sampai
meninggal dunia. Hal ini cukup menakutkan orang tua, guru dan
masyarakat sekolah. Jalan terbaik
yang diambil adalah orang tua mengambil bahan ajar di sekolah dan
membelajarkan anaknya di rumah.
Belajar dari rumah (BDR). Satu-satunya
pilihan orang tua bersama guru untuk melindungi anak dari penyebaran kontak virus corona yang sudah merajalela.
Dengan cara orang tua saja yang datang ke seko-lah sesuai jadwal yang sudah disosiali-sasikan kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan di sekolah ini. Untuk pembatasan kerumunan di sekolah maka
dibagi jadwal sebagai berikut: hari Senin, Selasa, dan Rabu pengambilan materi ajar di sekolah oleh orang
tua. Hari Kamis, Jumat dan Sabtu untuk
orang tua yang anaknya duduk di kelas
empat, lima, dan enam. Kepala sekolah memilih tiga hari sebagai
alternatif orang tua
Mari
kita melihat kembali kegiatan pembelajaran yang terjadi
di SDN Naibonat dalam
rangka menangani di mana ada anak yang
loyo dalam belajar. Keloyoan belajar anak di kelas di mana anak
cepat bosan belajar dan bersikap masa bodoh.
Bahkan sikap protes yang ditunjukkan dengan ber-sikap
bandel, seperti menggang-gu teman
baik dalam kelas maupun kelas lain. Ada satu anak peserta didik baru kelas
dua. Banyak guru dari kelas satu sampai kelas enam menge-luh tentang sikap anak yang bernama Adrianus Hali
Wiwi ini. Siswa ini sudah bandel juga tidak mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Lebih aneh lagi ketika ada anak yang menangis dalam kelas
pasti Adrianus melakukan kekerasan dengan memu-kul teman itu.
Kejadian ini menyita perhatian ba-nyak orang baik wali kelas dua, kepala sekolah dan orang
tua. Ada surat panggilan kepala sekolah kepada orang tua anak ini
untuk dicarikan jalan keluar dan jalan terbaik. Ternyata anak ini
mempunyai sikap super aktif. Tidak suka duduk terlalu lama belajar, jika dia diajak bermain sambil belajar malah lebih
aktif. Kesempatan ini menjadi tantangan bagi guru SDN
Naibonat jeli memandang sebagai peluang untuk mencari model pembe-lajaran yang tepat.
Ada lagi satu anak
peserta didik yang sudah duduk di bangku kelas empat. Suatu ketika diperhatikan anak itu seperti menulis,
tetapi ter-nyata hanya menggoyangkan pulpen-nya. Guru curiga dan menaruh perha-tian khusus, ternyata anak ini mem-punyai gerak manipulasi seolah-olah
aktif menulis. Hal ini membuat guru semakin
penasaran.
Guru pun menduga mungkin anak ini belum bisa menulis dengan baik. Jangan sampai tidak menguasai
huruf, kata dan
kalimat. Guru ini naik pitam mengapa ada anak yang sudah
duduk kelas empat tetapi belum bisa menulis. Setelah ditelusuri lebih teliti ternyata anak ini lamban.
Bila dikte cepat pasti anak ini pura-pura menulis. Akhirnya, anak ini diperha-tikan secara
khusus oleh gurunya. Ketika temannya pulang saat bel sekolah berbunyi, anak ini
diberi remedial menulis ulang. Mulai saat itu, anak tersebut bisa menulis indah. Anak peserta didik
ini sudah duduk di bangku kelas V pada tahun ajaran
2020/2021.
Seorang guru yang
baik adalah guru yang dapat memberikan spirit inspiratif untuk siswa-siswinya.
Spirit inspiratif ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan
nasihat membangun kepada anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut
jika salah dan dikatakan tidak mampu.
Guru sebagai tenaga pendidik pro-fesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan
diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya.
Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mendidik, memberi
teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiawaan peserta didik, serta
mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah kemajuan.
Ada satu hal yang luar biasa adalah siswa yang drop
out (DO) dari SD Negeri Naibonat
pada tahun pembela-jaran lalu.
Berhubung penulis adalah pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), penulis
bekerja sama mengunjungi orang tua peseta didik yang DO di rumah. Di sana
sambil minum kopi panas, kami diskusi dan saling meneguhkan tentang masa
depan anaknya. Bila anak ini tidak sekolah bagaimana masa depan anak bangsa.
Anak ini bernama Adikar Lubalu satu-satunya lelaki dalam keluarga.
Orang tuanya akhirnya mengerti masih ada jalan lain ke Roma. Di mana
bila Adikar daftar sambung sekolah di PKBM mengikuti pendidikan
kesetaraan paket A maka anak ini bisa menikmati pendidikan selanjutnya. Tawaran
ma-nis ini diterima baik dengan senang hati oleh orang
tua Adikar yang sudah janda. Suaminya sudah dipanggil oleh Tuhan beberapa tahun
lalu. Sikap orang tuanya sangat
bersyukur. Kini Adikar sudah sekolah di SMP Negeri 4 Kupang Timur. Ketika
Adikar dan keluarga melihat penulis selalu mereka katakan kami ini keluarga.
Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat
memberikan inspirasi untuk para muridnya. Inspirasi ini ditunjukkan para guru
dengan memberikan teladan dan nasihat membangun pada anak-anak didik agar
mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu. Demikian
disampaikan Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional RI Suyanto saat
memperingati Hari Guru Nasional di SDN II Cideng, Jakarta Pusat, Jumat
(25/11/2011).
MUTIARA KASIH PANCARAN SINARMU MENJANGKAU ANAK- ANAK DI PULAU TIMOR
Sinar mengusik kegelapan. Habis gelap terbitlah terang.
Kegelapan kebodohan,
kegelapan kemiskinan, dan kegelapan
tak berdaya. Sinar terang perubahan hidup. Sinar terang perubahan cara
berpikir. Sinar terang pengolahan harta kehidupan. Sinar terang berkelimpahan
dalam cita-cita anak bangsa.
Sebagai seorang awam, katekis selalu bersama pastor duduk bercerita tentang kehidupan umat di
tempat saya melayani. Pengalaman berpas-toral sebagai katekis sejak tahun 1990 di Paroki Santu Stefanus
Naikliu kala itu. Sekarang paroki ini sudah memekarkan diri menghadirkan Paroki
Santa Maria Mater Dei Oepoli Keuskup-an Agung
Kupang. Kala itu penulis masih menjadi guru agama Katolik sekaligus pendiri SMP Katolik San Daniel Oepoli yang
berbatasan langsung dengan Oekusi Negara Timor Leste.
Katekis yang bukan saja sebagai guru tapi juga animator Sekami. Mengenal anak Sekami, juga
latar belakang orang tua dengan kehidupan beriman dan orientasi masa depan
anak-anaknya. Kehidupan beriman orang tua yang hidup segan mati tak mau. Di mana praktik
kehidupan nyata jauh dari iman kristiani yang diharap-kan.
Begitu juga pendidikan anak tergantung dari berkat Allah. Bila penghasilan orang tua cukup memadai pasti pendidikan anak
pun lumayan.
Sejak tahun 2002 penulis pindah tempat tugas dari Oepoli ke
tempat baru SD Inpres Naibonat dengan alasan mendasar studi strata satu di
STIPAS Keuskupan Agung Kupang. Kini penulis tinggal di Stasi St. Yohanes Maria
Vianney Naibonat di Paroki St. Maria Fatima Taklale. Mayoritas umat berasal dari eks pengungsi Timor Leste. Bersama RD. Piet Olin, sebagai pastor paroki
saya mulai kenal Yayasan Mutiara Kasih.
Sosialisasi
pelatihan di Mutiara Kasih berbasis kelompok
umat. Basis dan rekrutmen anak-anak putus sekolah menjadi
prioritas. Penulis
menggunakan kesempatan ini untuk mulai beraksi meneruskan informasi mendaftar anak-anak yang
berminat mengikuti pelatihan pengasuh bayi, melayani dan merawat orang sakit,
anak-anak, dan para manula. Sejak lima tahun lalu dari mulut ke mulut orang
tahu penulis membantu anak putus sekolah atau yang sudah tamat SMP tetapi orang tua tidak ada dana untuk lanjut SLTA dan tamat SMA tidak kuliah boleh memperoleh kesempatan direkrut ke
Mutiara Kasih.
Banyak anak yang berhasil setelah pulang dari Mutiara
Kasih. Ada yang membawa pulang uang
berjuta-juta. Ada yang menggunakan uangnya untuk memperbaiki rumah orang tua
berdinding bebak beratap daun atau ilalang disulap sekaligus bedah rumah jadi rumah layak huni dan permanen. Ada yang membawa handphone bermacam-macam merk.
Beberapa orang menggunakan uang untuk kuliah meningkatkan sumber daya manusia
orang Timor. Cukup
banyak anak Mutiara Kasih yang
sudah mengumpul-kan uang dan membiayai adik atau keluarga yang kuliah S1
baik kuliah di dalam dan luar NTT. Ada
pula anak selesai kontrak di Mutiara Kasih langsung kuliah di Jakarta,
contohnya Adik Lusia Metan menyelesaikan studi strata satu jurusan
sastra dan bahasa Indonesia dan telah diwisuda pada bulan September
2016. Inilah seberkas pancaran kasih dari Mutiara Kasih untuk anak bangsa di Pulau Timor.
Kisah nyata pancaran kasih Mutiara Kasih bercokol di Pulau Timor
bagaikan kabar gembira yang terlambat sampai di beberapa tempat. Penulis merasa-kan inilah kabar gembira yang terlam-bat sampai di Kota Kefamenanu Kabu-paten TTU pada saat pastor Paroki St. Antonius Padua Sasi Pater Titus kaget karena anak dari
ketua lingkungan Fatu Auni paroki tersebut sudah ada di Mutiara Kasih di
Cijantung Jakarta. Pastor paroki memarahi ketua ling-kungannya
itu dengan tuduhan praktik trafficking. Ketua lingkungan Paulus Taek tidak patah arang. Orang tua anak kakak beradik
Dion dan Risto yang sudah ada di Mutiara Kasih,
memperkuat alibinya dengan membe-ritakan kepada pastor bahwa pukul 12.00 WITA hari itu, Simon
Anunu putera paroki ini
yang merekrut Dion dan Risto ke Mutiara Kasih, bersama Ketua Yayasan Mutiara Kasih Ibu Agustin bersama Ibu Enny akan tiba di
Paroki Sasi.
Pada tanggal 23 Maret 2015 memang benar Simon
Anunu men-dampingi sekaligus memperkenalkan Ketua Yayasan Mutiara Kasih Ibu Agustin kepada Pastor Paroki St. Antonius
Padua Sasi. Dari Sasi ketua yayasan bertemu lagi pastor paroki St. Andreas Tunbaba RD. Jhon Naben sekaligus sosialisasi dua jam. Blusukan
dilanjutkan ke Kampung Tes. Di sana Ibu
Agustin dan Ibu Enny bermalam tidur beralaskan tikar di atas pelupuh
(belahan bambu). Keesokan
pagi tanggal 24 Maret 2015 jam 07.00 WITA ketua yayasan Mutiara Kasih dan tim blusukan lagi bertemu
siswa dan guru SMA Bikomi
Utara. Alasan pe-nulis menghadirkan momen perkenalan ini agar Pater Titus
dan RD. Jhon, siswa SMA Bikomi Utara menjadi
sa-habat Mutiara Kasih. Mengapa? Karena sudah dua tahun
penulis merekrut anak dari Kampung Tes, Kampung
Haumeni, Oepoli dan Desa Napan serta anak-anak
Bansone Kota Kefa. Paroki Sasi ke Mutiara Kasih harus lewat wawancara dan tes bila lulus oleh RD. Piet Olin di Paroki
Taklale dengan jarak tempuh dua ratusan kilometer. Penga-laman pahit selama anak-anak dari Kefamenanu datang ke
Paroki St. Maria Fatima Taklale di Kupang mulai dari pendaftaran
sampai tunggu hasil harus menginap di rumah Pa Simon Anunu bertempat di Naibonat berming-gu-minggu. Akomodasi, transportasi pergi pulang untuk tes kesehatan, wawancara dan dengar hasil menjadi tanggung jawab penulis karena per-buatan kasih. Alasan kedua men-dekatkan pelayanan perekrutan, wa-wancara, tes kesehatan, dan memfa-silitasi saat berangkat ke Jakarata lebih dipermudah oleh pastor paroki setempat.
Menjala Sahabat Mutiara Kasih. Sambil menyelam minum air. peribahasa ini mau mengatakan memperkenalkan Mutiara Kasih sekaligus Menjala Sahabat Mutiara Kasih kepada Pastor Paroki di Dekenat TTU dan Dekenat Mena sekitar
Wini Ponu jalur
utara Pulau Timor. Satu tahun dua pastor paroki menjadi pastor Sahabat Mutiara Kasih. Pada tahun 2015 menjala pastor paroki St. Antonius Sasi Pater Titus dan Pastor Paroki St. Andreas Tunbaba RD. Jhon Naben menjadi
sahabat Mutiara Kasih. Pada tahun 2016 berhasil menjala pastor Paroki
Kristus Raja Haumeni RD. Stef
Bria dan pastor Deken Mena RD. Kanisius Oki.
Sudah menjadi buah bibir. Mutiara Kasih di Paroki St. Antonius Padua Sasi dan paroki Sahabat Mutiara Kasih suka membicarakan eksistensi Mutiara Kasih.
Pada tahun 2016 ketua Yayasan Mutiara Kasih, Ibu Agustin dan Ibu Eny
Susatyo bersama penulis uji petik evaluasi
bertemu orang tua Sahabat
Mutiara Kasih di Paroki Sasi, Paroki
Tunbaba, dan Paroki Kristus Raja Haumeni. Dari evaluasi ini ternyata ada
kesan orang tua misalnya di Kampung
Tes dan Paroki Antonius Sasi begitu senang dengan adanya gerakan Mutiara Kasih
sudah dua tahun tamatan SMA tidak duduk di deker karena sudah ditelan oleh Mutiara Kasih. Pada malam itu juga orang tua Remigius Metan
terima 19 juta dari Ibu Agustin dan anak Remigius Metan bersedia kembali ke
Mutiara Kasih. Dari uang itu
orang tua menggunakan untuk menyelesaikan rumah permanen.
Foto
blusukan Ketua Yayasan Mutiara Kasih bersama Ibu Enny di Kampung Tes Paroki Kristus
Raja Haumeni Kabupaten TTU –NTT, rumah
orang tua Brigita Metan pada tanggal 23-
24 Maret 2015
Analogi petani menanam ada hasil dan gagal panen. Begitu
juga usaha Mutiara Kasih banyak anak
yang sukses tetapi juga banyak yang
gagal. Bahkan tidak luput juga ada anak yang bertingkah laku aneh seperti
kacang lupa kulit.
Sudah waktunya Mutiara Kasih memancarkan kasihnya ke seluruh pelosok tanah air ibu pertiwi
Indonesia. Kibarkan bendera kasih. Kobarkan kasih Kristus. Biarlah kasih Kristus dirasakan di mana-mana mela-lui rangkulan kasih sayang Mutiara Kasih sebagai tindakan
konkret action iman
kristiani .
Salam damai sejahtera.
Dua belas peserta didik
perdana, guru dan pendiri SMP Katolik Santu Don Bosco Naunu Kabupaten Kupang
NTT.
Mengenang inisiator dan pendiri SMP Katolik Santu Don Bosco Kabu-paten Kupang. Mendirikan sekolah bukan persoalan gampang.
Tidur dan bermimpi itu hal yang biasa. Bermimpi, mengkhayal dan berniat untuk men-cerdaskan bangsa itu yang luar biasa. Bermimpi
tentang masa depan gene-rasi penerus
gereja dan bangsa adalah satu kekuatan yang
luar biasa. Kata seorang filsuf yang masih terngiang-ngiang di benak saya adalah Rene Descartes. "Aku berpikir maka aku
ada (cogito ergo sum)”, kalau saya tidak sedang
berpikir apa saya kemudian
tidak ada? Ini
pertanyaan yang meng-gelitik hati.
Saat tidur, bangun, dan perjalanan, setiap saat saya berpikir. Sikap yang dipertontonkan adalah
mengkhayal karena
pikiran. Kini berpikir dan berpikir untuk hal yang akan datang.
Berarti saya ada dan akan ada dalam pikiran orang pada zamannya.
Pengalaman pastoral menjadi ani-mator Serikat Kepausan Anak Misioner (Sekami) dalam gereja Katolik. Menya-dari diri
dalam tugas panggilan pem-baptisan
menjadi imam, nabi dan
raja. Merenungi panggilan Nabi Yesaya.
Yesaya pernah
mengatakan dalam dirinya, “Inilah aku utuslah aku.” Nabi Yesaya mengamalkan panggilan ini de-ngan seluruh jiwa dan raga. Membuat orang
yang ia layani kagum meman-dangnya.
Karena ia sungguh mengha-yati apa
yang ia katakan. Sampai saat ini dan di sini termasuk penulis me-maknai hidup Nabi Yesaya. Animator Sekami adalah orang yang selalu me-merhatikan pembinaan iman, moral dan pendidikan anak dan rema-ja. Arah pandangan hidup menjadikan
anak-anak berpendidikan, bermoral, dan suka menolong orang lain. Seperti
moto sekami “children helping children”, artinya anak membantu anak. Dengan doa derma
kurban dan kesaksian. Ketika teman yang susah dan sedih ajaklah bergembira dan
bermain bersama. Pada saat yang sama ia melupakan susah dan larut dalam
kebersamaan. Apalagi bersama dalam iman, moral dan belajar bersa-ma. Hal ini dilakukan dari generasi ke generasi.
Banyak anak dan remaja Sekami yang pernah berga-bung menjadi akrab. Walaupun kini ada yang
berpisah karena pendidikan,
pekerjaan, keluarga tapi kenangan ini selalu diingat.
Serikat Kepausan Anak dan Remaja
Misioner merupakan gerakan interna-sional dari anak-anak yang paling tua di seluruh dunia. Pendirinya
adalah Mgr. Charles de Forbin Janson, Uskup Nancy, Perancis, pada tahun 1843 (tahun 2003, HUT
Sekami ke-160). Sejak 3 Mei
1922, dipusatkan ke Roma dengan status kepausan.
Ia sangat prihatin dengan keadaan anak-anak di
seluruh dunia, teristi-mewa di
Cina, yang pada waktu
itu memiliki banyak anak yang menderita
rohani dan jasmani.
Alasan Mgr. Charles Mendirikan Ke-lompok Anak Misioner. Ia terharu dan berdoa serta
minta petunjuk Tuhan bagaimana agar anak-anak dapat di-selamatkan.
Ia disadarkan Tuhan: anak-anak bukanlah obyek Kabar
Gembira, tetapi subyek Kabar Gembira. Artinya:
Anak-anak mampu menjadi rasul-rasul kecil,
sahabat-sahabat Yesus, pembawa
Yesus.
Anak-anak sangat tulus dalam menolong temannya yang jauh lebih menderita, mereka mampu melakukan, “children
helping children”, anak bantu anak. Anak-anak dapat membantu teman-temannya
lewat doa dan derma, anak dapat menjadi sahabat bagi temannya.
Tahun 1843 : Holy Childhood-Kanak-kanak Suci, pelindung gerakan ini adalah Yesus.
Tujuan utamanya adalah menjadi-kan anak-anak sahabat Yesus, yang berani memperkenalkan Yesus pada temannya yang lain. Membawa teman-temannya yang baru kepada Yesus. Dengan semangat setia kawan di-tuntun untuk rela menolong sesama sahabatnya yang lain. Singkatnya menjadi rasul-rasul cilik atau
misio-naris-misionaris
cinta. Pada tanggal 3 Mei 1922 Serikat Kepausan Anak Misioner berpusat di
Roma, langsung di bawah perlindungan Sri Paus sendiri. Di
Indonesia, Sekami
telah mulai bergiat sejak tahun 1970-an.
Mulanya bernama Sekar SEKAR (Serikat Kepausan Anak dan Remaja) Sejak
Lokakarya Nasional KKI di Denpasar (1996), wakil-wakil dari seluruh keuskupan,
bersama pimpinan Karya Kepausan Indonesia, bersepakat untuk mengubah namanya menjadi Sekami (Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner).
Tambahan kata Misioner dirasa perlu oleh para
Dirdios KKI se-Indonesia, agar anak dan remaja lebih menyadari peran dan
perutusan misioner mereka.
Tujuan Sekami
1.
Membangun
hubungan pribadi penuh persahabatan dengan Yesus dan dengan sesama sahabat
lainnya.
2.
Membangun
kesadaran misioner dalam hati dan budi anak dan remaja (setiap anak adalah misio-naris cilik).
3.
Membangun persekutuan misioner di kalangan anak dan
remaja (ber-sama-sama
mereka diutus sebagai misionaris).
4.
Membangun
kerja sama misioner sejak dini di kalangan anak dan remaja (belajar bertanggung jawab dan bekerja sama).
5.
Membangun
kepedulian misioner anak lewat, doa dan derma (khusus bagi anak yang jauh lebih menderita.
6.
Mempersiapkan
kader misioner dari kalangan anak (persiapan masa depan mereka dan gereja).
Sasaran yang Ingin Dicapai
1.
Rela dan
sedia membagikan iman-nya akan
Yesus, sebab:
a.
Anak juga
mengambil bagian dalam perutusan gereja.
b. Anak adalah misionaris: garam, terang dan cahaya
dunia.
c. Anak bukan hanya obyek misi, tetapi subyek misi
bersama orang lain, sesama anggota gereja.
2. Rela dan sedia membagikan miliknya yang kendati sedikit bagi anak-anak lain:
a. Perbuatan nyata adalah ungkapan konkret iman dan doa serta tanggung jawab misionernya.
b. Kesadaran misioner menghasilkan kerelaan untuk
berbagi, secara nyata dalam hal material/derma, lebih gembira karena memberi
dan bukan karena menerima.
c. Kerelaan berbagi dinyatakan juga dengan saling
menerima teman lain: budaya, agama, bakat, talenta, dan lain-lain.
Keanggotaan
1. Setiap anak
dan remaja Katolik (untuk Sekami Internasional, dibatasi 14 tahun ke bawah),
boleh menjadi anggota Sekami.
Untuk Indonesia, tak ada keberatan untuk melibatkan
anak-anak remaja, khususnya usia SMP.
2. Setiap anggota Sekami hendaknya siap menjadi
“sahabat di tengah sahabat”,
dalam bentuk sebuah serikat anak-anak, yaitu kum-pulan/pertemanan/persahabatan nasional
bahkan internasional.
3. Seorang anak menjadi anggota resmi dengan memohon
untuk menjadi anggota dan permohonan-nya disetujui dan dikabulkan oleh Direktur Diosesan KKI Keus-kupannya, dengan sepengetahuan Direktur Nasional,
melalui sebuah pelantikan.
4. Sebelum mengajukan diri dan diterima sebagai
anggota resmi, setiap anak harus sudah pernah mengikuti pertemuan-pertemuan
Sekami serta mengenal dan memahami tujuannya.
5. Dianjurkan agar kelompok anak-anak membentuk
kelompok para rasul, berjumlah sekitar 12 orang. Ada seorang penanggung jawab;
ada beberapa tugas yang dapat digilirkan, agar anak-anak mulai belajar bekerja
sama dan ber-organisasi. Setiap kelompok hen-daknya mempunyai nama kelompok yang diambil dari seorang ku-dus/rasul, yang menjadi pelindung rohani sekaligus teladan khusus
mereka,dan lain-lain.
6. Penerimaan resmi anggota dilakukan lewat Ibadat
Khusus atau dalam kesempatan Misa Anak-anak.
7. Hendaknya orang tua juga dili-batkan dalam perayaan pelantikan sehingga mereka
pun dapat lebih memahami peran misioner anaknya maupun mereka sebagai orang
tua/keluarga.
Ketika
memandang ke depan ter-nyata
pemberdayaan pendidikan
infor-mal, formal
dan nonformal dalam masyarakat perlu diberdayakan. Ada yang karena jarak
tempuh mencapai tujuan pendidikan
tidak tercapai. Ada yang karena alasan ekonomi maka tujuan pendidikan formal putus di tengah jalan
kehidupan. Ada yang karena korban kekerasan rumah tang-ga pendidikan
putus tergantung. Ada yang salah bergaul maka hamil dan
menghamilkan.
Saya mencoba mencari jalan ter-baik. Seperti lagunya Pance Pondaag dalam Trio Ambisi. Lagu Trio Ambi-si masih menjadi referensi kenangan di
setiap waktu senggang bahkan menghiasi aktivitas yang menjenuhkan. Saya pernah berpikir bagaimana sekelumit sebuah Langkah
untuk bertanya pada rumput yang bergoyang. Di pagi hari ia segar, siang hari ia layu karena disengat
sinar matahari. Tetapi akhirnya ia pernah hidup.
Didorong oleh keinginan luhur supaya
anak-anak mengenyam pendi-dikan di tempat saya mengabdi maka pada tahun 2018 bersama Yayasan Bintang Timur
di Desa Naunu Keca-matan Fatuleu Kabupaten Kupang mendirikan sebuah lembaga SMP Katolik Santu Don Bosco. Kolaborasi lembaga keagamaan Katolik bersama pastor Paroki Santa Helena Camplong RD. Ansel Leu. Ketua stasi dan umat stasi Santa
Maria Aitara di Naunu. Rapat bersama pihak
gereja, dinas terkait dalam hal ini kepala cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Fatuleu. Usif atau Raja Hendrik Mambait pemilik tanah menghibahkan
tanah tiga hektar untuk kepentingan pendidikan di tempat ini. Bersama masyarakat dan tokoh masyarakat yang
ada bersiner-gi
membangun gedung sekolah daru-rat. Pada
tahun pertama siswa yang terdaftar ada 12 orang. Siswa yang 12 orang ini
merupakan angkatan
perta-ma dari SDK
Don Bosco.
Angka 12 adalah angka keramat yang bersejarah
dalam gereja
Katolik. Ketika Yesus mengutus 12 murid membantu-Nya dalam karya misi kerajaan
Allah di tengah dunia. Yesus mengutus 12 murid pergi ajarlah semua orang
menjadi murid-Nya. Dan ajarlah mereka tentang kerajaan Allah sudah datang. Dan
baptislah mere-ka
dalam nama bapa dan putera dan Roh Kudus. Ini menjadi dasar iman orang Katolik beraksi di panggung dunia ini. Secara moral
dan semangat hidup harus ditanamkan kepada generasi penerus bangsa ini.
Dalam bingkai negara Republik Indone-sia menjadi warga negara 100% dan menjadi Katolik 100%.
Dapat apa dan dapat bera-pa dengan bekerja lintas batas. Teman
dan sobat pembaca yang saya cintai. Suatu saat saya ditanya oleh kepala kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur yang datang ke
lokasi sekolah. Pada saat duduk-duduk beliau menanyakan bagaimana saya membagi waktu untuk memerhatikan tugas
sebagai kepala SDN Naibonat Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur sekaligus animator Sekami, pendiri Sekolah SMP Katolik Santu Donbosco
di Naunu ini. Sebagai guru agama Katolik PNS
Kementerian Agama dan sekaligus guru umat dalam bahasa latin katekis. Katekis dalam kamus latin berasal dari bahasa Yunani “Katechein” artinya
menyuarakan. Sebagai katekis bukan
hanya katekese bersama umat
di Kelompok Umat Basis
(KUB), tetapi ada aksi nyata menyelesaikan persoalan umat termasuk dalam hal
ini pendidikan
masyarakat. Untuk melaksanakan tugas karya pastoral saya perlu membagi
waktu. Pagi hari pukul 07.00 WITA pasti sudah ada di SDN Naibonat menjadi guru dan harus mengajar agama Katolik di kelas karena saya dibayar oleh negara
lewat Kementerian Agama. Pukul 12.15 WITA tugas dinas selesai kembali rumah. Pasti istirahat
makan dan sore hari mulai atur strategi melaksanakan tugas pastoral. Dalam menghayati
tugas pastoral jelas tidak digaji karena “upahmu besar di surga”. Hal ini yang
menjiawai kunjungan ke Sekami per-KUB, untuk melaksanakan tugas misioner. Hal
ini yang biasa saya buat mulai dari Oepoli sejak dua belas tahun mejadi Katekis di Paroki Santa
Maria Oepoli Desa Netemnanu Utara Kecamatan Amfoang Timur sejak tahun 1990
sampai tahun 2002. Sejak saat itu Uskup Mgr. Petrus Turang mengenal siapa itu Simon Anunu. Saat
paling berkesan bagi Uskup yang dibuat oleh Simon Anunu adalah
penjemputan Uskup pada waktu
kunjungan perdana Mgr. Petrus
Turang melakukan kunjungan pastoral di Paroki Santa Maria Oepoli. Menarik
perhatian uskup waktu Sekami
Natoni menyanyi menjemput uskup. Lalu uskup bertanya, “Boleh besok saya bertemu anak Sekami stasi ini yang begini banyak mungkin di antara mereka ada yang
nanti menjadi imam?”
Betul hasilnya ada kini 5 imam dari Oepoli yang
sudah ditahbiskan oleh
Uskup Petrus Turang menjadi imam. Misalnya
RD. Sintus Efi, RD. Simon Temelab, RD. Adnan Berkanis, RD. Deodatus Parera, RD. Herman Poylado. Masih ada yang sementara belajar bangku calon imam di
seminari.
MENULIS BERSAMA
OM JAY MENJADI BLOGER AKU BISA
Suatu ketika saya berpikir, kalau bisa
menulis harus membangun pola pikir tentang menulis. Senada dengan prinsip
Descartes, aku
berpikir maka aku ada. Untuk menuangkan pikiran dalam tulisan, saya
lakukan dengan berpikir ulang-ulang. Bukan hanya sampai di situ saja, saya rajin mem-baca, mengikuti seminar tentang menulis. Hal ini membangun
satu pola untuk menata bagaimana harus menu-lis, dari mana
harus mulai. Lewat dorongan dan motivasi para penulis, saya coba
mulai. Mulai dari pikiran mengatur kata-kata. Jujur sebenarnya saya katakan Bersama Om Jay dan narasumber Ibu Kanjeng serta para narasumber memotivasi
dan me-ngantar pada sikap mulai bisa menulis.
1. Awal Mula Suka Menulis
Sudah lama saya
idam-idamkan menjadi penulis. Idaman ini muncul kemudian hilang. Keadaan
situasi muncul hilang. Pada saat keinginan muncul untuk menulis hilang
karena tidak konsentrasi. Ada juga dipenga-ruhi belum terbiasa. Hambatan lain yang fatal adalah malas.
Peluang yang ada pada diri saya menjadi kekuatan adalah suka membaca. Tanda
potensi suka membaca yaitu sejak lima tahun yang lalu saya langganan
koran harian Pos Kupang yang terbit setiap hari di Nusa Tenggara Timur. Hal
tulisan yang dikupas secara mendalam yang mem-buat saya suka membacanya adalah masalah sosial.
Apalagi ada perubahan gaya hidup baru. Situasi perubahan hidup sosial dari
kumuh menjadi hidup modern mendorong saya untuk ber-ubah. Misalnya baca tulisan kondisi keluarga
miskin. Petani mis-kin yang digambarkan
di daerah ter-tentu. Membuat
niat bertanya me-ngapa mereka
miskin. Bagaimana peran diri dan orang lain mengen-taskan kemiskinan. Bagaimana peran pemerintah
mengentaskan kemiskinan. Apalagi NTT dijuluki daerah miskin. Lagi pula karakter
masyarakat tetap statis. Masih dililit berbagai irasional hidup. Sosial budaya
yang masif dan masih banyak
hal-hal yang perlu diperbaiki. Salah satu jawaban yang bisa mengatasi masalah
sosial ini ada-lah masalah pendidikan. Sementa-ra kita anggap pendidikan sebagai solusi malah datang lagi masalah
global mendunia. Dampak corona virus yang datang dari Cina ini sejak tahun 2019 merusak tatanan hidup di berbagai kehidupan. Dunia pendidikan hancur berantakan. Tatanan kehidupan baru
dalam dunia pendidikan mau
tidak mau harus berubah. Namanya baru hidup dalam situasi yang baru harus
dihadapkan dengan berbagai macam strategi. Jurus minimalis terpaksa harus
dilaksanakan. Misalnya pembelajaran dalam jaringan dan pembelajaran luar
jaringan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan putar
otak mengendalikan sistem pendidikan di Indonesia harus berjalan. Walaupun
dalam situasi pandemi ini maka orga-nisasi guru pun tidak tinggal diam. Ada pula
guru penggerak. Gerakan yang sangat menggetarkan dalam menggoyang dan menggoncang
guru penggerak adalah guru bloger. Guru bloger yang hebat dan luar biasa
adalah guru besar karena badannya besar. Kata
guru besar yang karena badannya besar dijuluki
oleh Wijaya Kusuma alias Om Jay. Kata guru besar karena badannya besar saya de-ngar pertama ketika Om Jay mempre-sentasikan diri di Hotel Pelangi. Di hadapan ratusan guru Kota Kupang dan guru Kabupaten Kupang yang bergabung
dalam organisasi PGRI. Secara pribadi saya kenal Om Jay saat itu sebagai seorang peserta dari guru
Kabupaten Kupang. Apalagi Om Jay yang saat itu memberi hadiah secara khusus
kepada saya. Buku yang saya terima berjudul Menulis Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi. Buku ini diserahkan di
hadapan ratusan mata guru Kota Kupang dan Kabu-paten Kupang. Mengapa secara khusus dan
spontan Om Jay memindah-tangankan buku itu
dari tangannya kepada tangan saya karena saya
sungguh merespon eksistensi perkataan Om Jay dengan spontan tertawa
sungguh-sungguh. Rupanya tertawa spontan keluar dari mulut disertakan dengan
mimik yang meyakinkan membuat Om Jay tak berdaya. Dalam hati saya bertanya
mengapa secara spontan Om Jay memanggil saya di hadapan ratusan mata guru dan
mata kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Untuk mendapat hadiah buku. Dalam buku ini saya baca strategi
menjadi penulis. Jujur saya mau katakan dengan membaca buku ini termotivasi
untuk menjadi penulis seperti sang penulis motivator hebat.
Ternyata gu-ru besar bukan
hanya fisik, tetapi otak dan cara berpikirnya besar pengaruhnya.
Memotivasi guru Indonesia menjadi guru bloger dan menulis dalam blog.
Sejak saat itu saya berniat harus menjadi penulis buku.
2. Awal Mula Saya Tahu dan Akhirnya Memutuskan
Ikut Grup Belajar Menulis Bersama Om Jay
Pada hari Minggu tanggal 3
Mei sampai 20 September 2020, saya
mengikuti kegiatan Writing Club me-nulis bersama AISEI. Diklat menulis bersama AISEI Komunitas Pen-didik Indonesia Narasumber Wijaya Kusumah (Om Jay), Agus Sam-purno, Dedi Dwitagama, Sri Sugi-astuti, dan Wijaya (Kang Jaro) yang diselenggarakan AISEI secara vicon dengan Zoom Meeting dan
Live You Tube. Sertifikat kegiatan ini telah saya
terima, didokumentasikan, dan dise-barkan dengan
gembira kepada sahabat guru di Kabupaten kupang bahwa saya telah
menyelesaikan kegiatan menulis. Saya bangga karena telah berhasil menyelesaikan
tugas ini dengan sukses. Mendapat pujian dari atasan dan ucapan selamat dari grup guru agama Kabupaten Kupang. Sebagai
kepala sekolah dan juga guru agama Katolik kami bangga dengan kegiatan ini. Saya mulai tahu membuat resume dari setiap materi dari
narasumber. Sekaligus kami praktik-kan menulis
setiap hari untuk men-jawab pernyataan sang motivator Om Jay. Biar sesibuk apapun selalu sisihkan waktu konsentrasi mengikuti Zoom Meeting menulis
resume materi narasumber. Itu membuat saya disiplin menulis. Grup menulis
Bersama Om Jay berdurasi 60 jam pasti sudah menjamin angka kredit untuk naik
pangkat sebagai seorang aparatur sipil negara. Jumlah jam pertemuan ini setiap jam pelajaran pendidikan dan pelatihan ini adalah 60 menit. Proses
ini membuat saya semakin bisa untuk menulis. Karena bisa menulis saya
putuskan harus setia dengan grup menulis ini. Merasa bisa maka supaya tetap
diberdayakan pada hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2020. Dalam semangat hari Pendidikan Nasional
ini
kami diminta oleh Om Jay masukan tulisan yang dilombakan. Ternyata hasil dari
kumpulan karya tulis ini berhasil menerbitkan buku yang berjudul Pola Pembelajaran dari Rumah. Buku ini menjawabi tantangan
zaman. Di mana sejak bulan Maret 2020, mencegah penyebaran Covid-19 sistem pendidikan di
Indonesia berubah suatu tatanan hidup baru: kerja dari rumah, belajar dari
rumah. Guru melaksanakan tugas dari rumah lewat metode dalam jaringan (daring).
Siswa belajar dari rumah bisa dila-kukan dengan
metode luar jaringan (luring). Di mana guru mendatangi siswa mengajar dari
rumah ke rumah. Walaupun hal ini dipandang tidak efektif tapi itulah yang
bisa dilakukan selama masa pandemi Covid-19.
MENGGUNAKAN BLOG
Ketika bergabung dalam grup menulis ini, kami diwajibkan untuk menyimpan setiap tulisan dalam blog. Pertama
dengar kata blog begitu asing, apalagi menulis ke dalam blog. Secara pribadi saya kalang kabut dalam
membuat blog. Motivasi terus-menerus dari
Om Jay untuk membuat blog. Pertama membuat blog saya susah membuat alamat
blog. Atas bimbingan teman-teman grup dan Om Jay saya melatih diri sampai
sukses membuat blog.
Manfaat Mengenal Blog dan Menjadi Bloger
Tulisan yang tersimpan dalam blog
meringankan beban laptop. Sa-ngat membantu
mengakses tulis-an
atau video yang mau
dibutuh-kan.
Misalnya saat pelatihan metodo-logi pembelajaran dalam jaringan dan
luar jaringan. Balajar dari rumah yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Tulisan dan video yang
tersimpan dalam blog membuat saya dapat mengakses infor-masi yang enak-enak. Di hadapan peserta dan
widyaiswara dari Jakarta, saya
menampilkan bloger Simon Anunu. Mereka terpukau dan kagum karena
tampilan blog yang khas. Tampilan blog yang berbeda dari presentasi
mereka yang biasa-biasa saja. Satu hal yang membuat saya kagum, sampai hari ini selalu terngiang-ngiang dalam
ingatan saya yaitu peneguhan
dari widya-iswara
bahwa penampilan blog Simon Anunu perlu ditiru karena ini sudah canggih.
Menurutnya apabila tulisan atau video yang tersimpan dalam blog itu
mempermudah kita. Agar kita tidak sibuk membawa flashdisk atau hardisk yang bisa kadang-ka-dang
mungkin tulisan
bisa terhapus. Pasti kita kelabakan bahkan mung-kin tidak bisa berbuat apa-apa. Pasti dan
mungkin tidak jadi presentasi. Bila ujian
pada saat itu pasti tidak bisa ikut karena data hilang. Maka apa
yang saya rasakan manfaat blog membuat saya semakin percaya diri. Dalam
hati mengatakan siapa dulu guru bloger siapa mau lawan? Teman-teman
melihat saya mereka sangat bangga karena saya sudah bisa membimbing
mereka mengenal blog dalam Google.
Sampai saat ini saya semakin percaya diri dalam meng-gunakan blog. Saya coba memper-cantik dengan menambah fitur-fitur memperindah
tampilan blog Simon Anunu. Secara pribadi saya bangga karena
bergabung ber-sama
Om Jay dan narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.
Apalagi ada narasumber yang juga mempunyai penerbitan buku. Ternya-ta ada kekompakan.
MATERI YANG PALING DIINGAT DARI
NARASUMBER IBU KANJENG
Pengalaman bersama Ibu Kanjeng adalah tulisan-tulisannya luar biasa. Ibu Kanjeng
mempunyai ba-nyak
tulisan. Bukan hanya itu, materi yang diberikan saat seminar berbicara dari
pengalaman menulis. Inilah yang membuat saya terpana untuk bertanya lebih dalam mengapa beliau bisa begini. Ternyata pengalaman bukan hanya datang
dari membaca tetapi pengalaman gagal menulis. Buku-buku yang ditulisnya dengan
kalimat yang seder-hana kaya
makna. Kalimat pendek, kata-kata
pilihan enak dibaca. Saya pernah
bertanya dalam hati dari mana
kalimat, kata-kata pilihan yang mudah dimaknai? Katanya diperoleh dari
membaca, membaca dan
membaca.
Teladan Ibu Kanjeng mendorong saya untuk mencoba. Pada awal memang ada niat menulis
tetapi kemudian hilang.
Merenungkan nasib bila saya jadi penulis. Pasti
saya terkenal. Dari mana saya harus mulai menulis? Hal ini selalu
menggoncang hati cepat menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.
Mengingat tulisan Wijaya Kusumah, S.Pd., M. Pd.
Lagi-lagi membuka buku Om Jay ini membacanya berulang-ulang. Seka-pur sirih oleh Prof. Conny R. Semiawan dan Prof. Arief Rachman dalam halaman awal buku tulisan Om
Jay. Di sana dikatakan bahwa bahasa
merupakan media menyatakan pikiran dan perasaan seseorang mela-lui tulisan. Kata Ibu kanjeng “jadilah penulis terkenal dengan
membiasakan diri menulis setiap hari”. Inilah yang disebut proses menulis. Hal yang bagus juga menulis dan
simpan di blog. Pertama saya anggap ini ajakan yang biasa-biasa saja. Dengan
mencoba dan mencoba akhirnya sekarang sadar penting menulis dan simpan di
blog. Kini baru merasa baiknya. Ini saya anggap berita gembira yang
terlambat. Kenapa dulu saya tidak tahu, mungkin karena aku belum belajar.
Memang ilmu hanya bisa dimiliki oleh setiap insan yang mau tekun belajar.
Skill menulis harus terus dipertajam
dalam diri saya. Terima kasih para motivator yang selalu mengajak untuk
memacu diri agar selalu menulis. Lewat grup whatsapp ada ajakan
mana tulisannya. Ikutilah lomba blog. Bagi saya lomba blog bukan soal menang
kalah tetapi kesempatan mengasah diri menjadi penulis. Sepertinya keteram-pilan menulis perlahan sudah bercokol dalam
diri. Menggunakan kalimat pendek. Pasti mengajak pembaca yang budiman melahap habis tulisan-tulisan yang
selalu dimuat di blog dan dipublikasikan bagi kepentingan masla-hat banyak orang. Dengan ini pasti saya dikenal
sebagai penulis buku. Cita-cita menjadi penulis pasti saya raih dengan sukses.
Pengalaman ada-lah guru
terbaik. Tulisan kreatif dari hasil pikiran dan merangkai keteram-pilan
menulis terus saya kembangkan menuju pribadi matang dalam karya menulis.
Itulah cita-cita agung yang harus dikembangkan. Ternyata hal ini sudah ada
dalam diri. Hanya belum diberdayakan secara baik. Apabila rajin menulis
lama-lama bisa menulis di koran majalah, buletin. Memang sudah berpikir ulang. Menulis ini
yang memang berat karena belum terbiasa. Andaikan seminar menulis dari
dulu pasti saya sudah menjadi penulis yang terkenal. Sekarang baru mau
mulai. Memang ilmu tidak ada kata terlambat, apalagi menyesal. Masih ada waktu memanfaatkan kesempatan. Kesem-patan menulis ini yang belum biasa. Padahal waktu
dan kesempatan selalu tersedia. Niat memanfaatkan kesem-patan yang belum optimal. Suka menggunakan waktu
banyak bercerita lisan namun tulisan yang belum terbiasa. Mengapa sampai sekarang belum menulis buku atau menulis artikel. Padahal ini yang selalu diminta
untuk penambahan angka kredit kenaikan pangkat menambah tingkat-an golongan.
Saya, Simon
Anunu, S.Ag., M. Pd.
Seorang Guru agama Katolik dan budi pe-kerti serta Kepala Sekolah di
SDN Naibonat Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Mengapa sudah epala sekolah masih
mengajar? Karena saya disertifikasi pendidik sebagai guru agama Katolik. Kepala sekolah hanya bersifat tentatif sewaktu-waktu bisa turun. Masalah yang
terjadi ketika tidak
mengajar agama tunjangan sertifikasi akan hilang ditelan aturan.
Menulis Bersama Om Jay
Menjadi Bloger Aku Bisa
Suatu ketika saya berpikir. Kalau bisa menulis
harus membangun pola pikir tentang menulis. Senada dengan prinsip Descartes.
Aku berpikir maka aku ada. Untuk menuangkan pikiran dalam tulisan, saya lakukan dengan berpikir ulang-ulang. Bukan hanya sampai di situ saja, dengan rajin membaca, mengikuti seminar tentang menulis.
Hal ini membangun satu pola untuk menata bagaimana harus menulis. Dari mana
harus mulai. Lewat dorongan dan motivasi para penu-lis, saya coba mulai. Mulai dari pikiran mengatur kata-kata. Jujur
sebenarnya saya katakan
Bersama Om Jay dan narasumber Ibu Kanjeng serta para narasumber
memotivasi dan me-ngantar pada
sikap mulai bisa menulis.
Rumah adalah tempat. Keluarga adalah institusi.
Keduanya bersatu dalam bahtera rumah tangga. Dalam rumah tangga ini ada
perkawinan suci yang telah dimeteraikan oleh Allah. Apa yang dipersatukan Allah
janganlah diceraikan oleh manusia. Rumah tangga ini dikaruniai
buah-buah hati. Kini mereka bukanlah dua melainkan satu daging. Hasil dari
perkawinan itu hadir anak-anak dalam rumah tangga maka keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Tugas mulia dari keluarga adalah mendidik anak-anak. Ketika orang tua melaksanakan
pendidikan di rumah tangga inilah yang disebut pendidik pertama dan
utama. Tugas ini tidak bisa digantikan oleh siapa pun. Orang tua memainkan
peranan yang sangat penting. Ingat keluarga sehat negara kuat. Itulah ajaran
mulia para leluhur kita. Perlu dijaga dan dilestarikan oleh institusi-institusi keluarga di dunia di atas
planet bumi ini.
Dampak pandemi Covid-19 menguji kreativitas keluarga untuk menata pendidikan dalam keluarga
lebih baik. Saatnya kerja di rumah. Menata tata-laksana bagaimana mengatur
anak be-lajar di rumah. Perhatian intens sung-guh-sungguh membelajarkan buah hati di rumah. Skill pola pendidikan dan pembelajaran
sudah saatnya dimiliki oleh orang tua. Pertama perlu kerja sama dengan guru.
Bagaimana materi ajar sesuai kurikulum pasti harus diketahui oleh orang tua.
Orang tua harus menciptakan situasi dan kondisi dan toleransi (sikonto).
Situasi yang kondusif harus diciptakan orang tua agar
anak memperoleh pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (paikem). Toleransi yang dimaksudkan di
sini adalah orang tua menjauhkan, mematikan TV, handphone nonaktif, dan mencarikan tempat yang menyenangkan dan menyejukkan sehingga
memungkinkan belajar anak berjalan efisien dan efektif.
Pemilihan metode belajar sesuai dengan umur anak.
Bila anak masih kelas rendah yaitu kelas satu sampai kelas tiga sebaiknya metode yang tepat
adalah belajar sambil bermain. Bermain sambil belajar. Pokoknya ganti-ganti
begitu saja sesuai hobi kesenangan anak. Ketika anak asyik bermain belajar menyenangkan di sanalah maunya
ulang terus dan pasti orang tua kewalahan. Bisa-bisa orang tua lupa kerja maka pembagian tugas bapak dan ibu perlu diperjelas.
Metode belajar untuk anak yang sudah kelas tinggi, misalnya kelas empat sampai
kelas enam, bermain peran masih bisa tetapi segera divariaskan dengani permainan
ber-makna. Ada penokohan cerita yang bisa dijadikan model, karakter, atau nilai-nilai
yang terkandung dalam suatu cerita atau permainan. Jangan lupa orang
tua harus kerja sama dengan guru kelasnya. Materi pembe-lajaran disesuaikan dengan kurikulum. Saatnya bermain dengan kurikulum
di rumah. Apabila ada asesmen oleh guru ada sahutan dengan kompetensi yang mau dicapai, kondisi ini membuat anak mengagumi
ternyata orang tua bisa.
Saatnya belajar dari rumah dan belajar di rumah dengan tekun pasti hasilnya menyenangkan. Waktu belajar di rumah
perlu diatur dan harus ada tanda alarm waktu: waktu belajar, makan, bermain,
dan istirahat teratur. Bersama anak disepakati jadwal atau roster belajar. Tepat waktu perlu dijadikan
prinsip. Seperti pepatah kecil teranja-anja besar terbawa-bawa. Bila sudah terbiasa dengan hidup
tertib dari rumah tangga, maka ketika di sekolah dan di mana saja pasti tertib
waktu.
Teknologi informasi dan komunikasi masuk dalam pembelajaran dalam jaringan (daring).
Situasi yang sedang dialami di dunia ini, pandemi corona virus
memaksa orang tua dan guru harus menguasai pembelajaran
dalam jaringan menjadi kebutuhan. Mau tidak mau harus punya alat elektonik berupa handphone (HP) android, laptop, dan printer harus dihadirkan
di rumah. Alat teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu orang tua, anak, guru, dan
masyarakat cepat mem-peroleh informasi cepat, tepat, akurat, dan terkini. Dengan
HP dunia di tangan kita. Ilmu bisa diperoleh di ujung jari. Cara pandang kita
yang sempit karena gagap teknologi (gaptek), membuat orang masih terisolasi
dalam ketidaktahuan.
Menjadi miskin ilmu, pasti miskin harta. Pola pikir di bawah
“tempurung”. Mindset-nya sulit berubah. Inilah manusia yang kekurangan gizi ilmu. Apabila hal
ini kita masih pelihara di dalam kehidupan ini maka sumber daya manusia menjadi kerdil.
Untuk mendukung pembelajaran yang
bermutu di rumah perlu didukung oleh fasilitas seperti buku
pelajaran, alat tulis, dan ruangan yang memadai. Alat-alat permainan edukatif (APE) baik
dalam ruangan maupun di luar ruangan juga dibutuhkan. Sudah saatnya keluarga menjadi sekolah. Belajar dari Covid-19 sesuai dengan tema
hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2020.
Kesimpulan
Ada efek positif dari Covid-19 agar mengembalikan orang tua pada tugas dan fungsinya yang mulia mendidik anak. Orang tua menjadi pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Orang tua yang melahirkan, mengasuh, mengasah, mengasihi anak sebagai titipan Tuhan
hadir dalam keluarga. Anak
adalah buah hati suami isteri, sudah seharusnya dididik menjadi anak yang berguna bagi dirinya, orang tua pemerintah dan
negara.
COVID-19 MENGUJI KREATIVITAS GURU
Kreativitas guru Kabupaten Kupang melawan dampak
pandemi Covid-19 dengan
tekad siapa takut bukan sekadar isapan jempol. Tetapi tindakan memutus mata
rantai penyebaran virus corona. Profesional tindakan menjadi taruhannya.
Teknologi pem-belajaran menjangkau
siswa belajar di rumah melalui metode dalam jaringan (daring).
Bagaimana nasib guru yang belum menguasai teknologi
informasi komunikasi? Masih ada jalan lain ke Roma. Jalur
konvensional menjadi pilihan. Mereka menyalurkan berkat dengan berkunjung dari
rumah ke rumah melalui metode offline. Perilaku ini dipertanyakan oleh
satgas pandemi Covid-19. Jangan sampai menjadi penyalur atau penerima
virus corona.
Menjadi pahlawan tanpa tanda jasa semakin nyata. Lalu
guru kembali ke rumah
membawa berkat atau penyakit sudah menjadi nasib tak tentu. Oh Tuhan, tolonglah hambamu ini. Hidup ini harus menjadi
berkat. Terjadilah
padaku menurut perkataan-Mu.
Dampak pandemi Covid-19 mem-buat pemerintah mengambil langkah tepat. Sudah tiga tahapan pemerin-tah memberlakukan gelombang bela-jar dari rumah (LFH) dan kerja dari rumah (WFH). Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah dan memutuskan mata rantai penyebaran virus
corona yang mematikan itu. Metode mengajar
apakah yang paling cocok? Biasanya guru-guru mengajar dalam kelas, kini dipaksa berpikir ekstra keluar dari kebiasaan.
Dalam kesempatan ini melalui hasil penelitian online, penulis
menemukan ada dua cara mengajar selama Covid- 19 masih
mengamuk. Bagaikan singa meraung mencari mangsanya. Hal ini ditemukan dari
jawaban dan tang-gapan
pembaca online lewat tulisan yang berjudul: Bagaimana memba-ngun komunikasi efektif bersama orang tua selama
LFH/WFH? Bagi kepala sekolah dan guru di Kabupaten Kupang.
Dari jawaban pembaca online menganggap media
online menjadi wadah diskusi guru dan kepala sekolah mencari jalan terbaik. Dari Kecamatan Fatuleu Barat seorang guru
menga-takan, ”Saya kepala pusing mencari jalan mau bertemu siswa
untuk pembelajaran. Sementara banyak siswa jaga burung dan kera di
kebun.”
Beberapa guru dari Kota Ku-pang dan Kabupaten Kupang yang mengatakan metode yang cocok
pembelajaran saat Covid-19 ini adalah bisa daring (online). Tetapi banyak guru mengatakan karena kendala jaringan dan tidak punya
HP banyak siswa belajar di luar jaringan alias offline.
Pembelajaran Offline
Bagaimana pembelajaran offline?
Pembelajaran di luar jaringan yang biasa disebut pembelajaran offline.
Kompetensi paedagogik guru meng-olah
kurikulum sebagai media santapan pembelajaran. Di sinilah pro-ses memanusiakan manusia. Guru memerhatikan program
semester target kurikulum. Arah materi yang diajarkan yang harus dicapai
semester ini. Guru melihat tema yang cocok se-bagai bahan ajar. Materi pembelajaran ini dikemas
dalam RPP lalu meng-hasilkan
soal-soal dari tujuan pembe-lajaran ini yang perlu ditugaskan kepada siswa belajar dari rumah.
Inilah pergumulan guru dalam kerja dari rumah selama masih ganasnya virus
corona di bumi ini.
Siswa Difasilitasi Satu Siswa Satu Buku
Siswa difasilitasi dengan buku pegangan atau yang
dikenal buku siswa. Setiap siswa dapat satu buku, sehingga peserta didik tidak
berkumpul belajar dari buku yang sama. Karena itu sekolah wajib membeli buku
menggunakan dana bos 20% sesuai juknis BOS.
Motode Guru Pembelajaran Offline
Contohnya di SDN Naibo-nat Kecamatan Kupang Timur Kabupa-ten Kupang. Melalui kepala Sekolah Simon
Anunu, S. Ag., M.Pd., memberi
instruksi kepada guru dan sis-wa untuk pembelajaran offline.
Didu-kung lagi
dengan orang tua siswa yang kebanyakan belum ada HP android. Ada beberapa orang tua sudah mempunyai
HP android tapi orang
tua juga belum menge-tahui cara
membantu anak belajar dalam jaringan.
Pembelajaran Online
Pembelajaran dalam jaringan (da-ring) disebabkan
guru telah menguasai teknologi informasi komunikasi yang dibingkai dalam pembelajaran dalam
jaringan (daring). Ada beberapa model pembelajaran online sebagai berikut.
1.
Belajar
melalui YouTube
Dalam pembelajaran melalui You Tube, guru menyiapkan materi/bahan ajar secara
baik. RPP sudah disiapkan. Kegiatan pembelajaran dilakukan seolah-olah sudah
ada anak dalam ruangan belajar. Guru menggunakan media LCD. Pembelajaran
berlangsung seperti biasa mulai pembuka, isi dan penutup.
Siswa harus mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai
akhir dengan tekun dari rumah. Sesudah guru memaparkan pembe-lajaran lewat tayangan di LCD siswa diberi
kesempatan untuk refleksi dan bertanya tentang bahan ajar yang membutuhkan
penjelasan tambahan, pendalaman, penguatan dan tugas berikutnya. Hal ini
dimungkin-kan pulsa
data tersedia.
2.
Siswa yang Memiliki HP Android
Siswa diarahkan untuk mengakses
pembelajaran melalui YouTube kalau gurunya sudah menjadi YouTuber. Lebih
baik lagi guru membagi-kan link sehingga
siswa belajar man-diri kapan
saja, di mana saja, dengan siapa saja. Siswa sudah disampaikan jadwal belajar.
Informasi belajar online sudah disampaikan kepada orang tua. Orang tua memfasilitasi anak belajar online
di rumah termasuk menyiapkan pulsa data. Saatnya tiba langsung online.
3.
Vidio Pembelajaran
Guru membuat vidio pembelajaran dikirim ke YouTube. Dari YouTube guru
ambil link vidionya dan sebarkan kepada anak didik sehingga siswa
belajar mandiri kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja. Inilah yang dianjurkan
oleh rumah belajar yang disiapkan oleh Kemendikbud RI.
4.
Pulsa Internet Belajar Online
Dalam juknis perubahan BOS sudah disiapkan alokasi
dana membiayai pulsa internet belajar online. Bagai-mana menggunakan dana BOS untuk pulsa data baik
untuk guru dan orang tua diatur oleh kepala sekolah, demikian yang dikatakan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim.
5.
Evaluasi
Menurut arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
dikatakan sebagai berikut.
”Pada hari Rabu (25/3/2020) menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan
(daring)/jarak jauh. Kemudian, lanjut dia, bukti atau produk aktivitas belajar
diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa
diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.”
Penilaian pembelajaran merujuk pada tujuan
pembelajaran sebagai umpan balik. Umpan balik yang dimaksudkan Mas
Nadiem adalah ditekankan pada proses memanusiakan manusia. Mengasah
pola pikir anak menguasai materi sekaligus mengantar peserta didik mengubah anak mening-katkan pengetahuan. Menguasai tek-nologi pembelajaran.
6.
Karya Inovatif Model Pembe-lajaran
Guru perlu membuat karya inovatif model
pembelajaran berbasis teknologi informasi komunikasi. Hal ini
mendorong penulis untuk membuat modul pembelajaran online.
7.
Lampiran Guru SDN Naibo-nat Menggunakan Metode Luring
[14.13, 25/4/2020] +62 822-3554-0898: Selamat sore
Bapak Kepsek, ini hasil belajar anak kelas IVA di rumah.
Wali kelas Ibu Christina Febriana, S. Pd. SD.
[14.13, 25/4/2020] +62 822-3554-0898: Selamat pagi
anak-anak semua, hari ini Sabtu, 25 April 2020
Kita lanjut belajar ya ....
Matpel IPS dan Bindo
IPS (KD 3.3 dan 4.3)
3.3. Mengidentifikasi kegiatan ekonomi dan
hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan serta kehidupan sosial dan budaya
di lingkungan sekitar sampai provinsi.
4.3. Menyajikan hasil identifikasi kegiatan ekonomi
dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan serta kehidupan sosial dan
budaya.
Buku Maestro Yang Tema 8 Subtema 1. hal. 24-27
Kerja soal halaman 26 (Ayo berlatih 7) dan kinerja 3 soal lihat pada
halaman 27
Bindo (KD 3.9 dan 4.9)
3.9. Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks
fiksi.
4.9. Menyampaikan kasil identifikasi tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis dan visual
Tema
malam ini “Menulis dan Membuat Buku Digital”
Pemateri yang satu ini sangat me-nguasai materi yang dipresentasikan. Dari tampan
fisiknya ganteng dan pintar. Ternyata ia seorang pakar tek-nologi informasi. Karena menjadi pakar ia
buktikan dengan menuangkan apa yang ada padanya dalam
bentuk tulisan. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi, media,
seminar, konferensi nasional maupun internasional dan percaya filosofi copyleft
(sumber terbuka), banyak tulisannya dipublikasikan di internet secara gratis
Sebagai pakar teknologi Bapak Onno hanya menggunakan netbook dan
telepon seluler android merek lokal. Pada tahun 2013 ia bergabung
sebagai dosen di Surya
University. Universitas ini didirikan oleh fisikawan Prof. Yohanes Surya
Ph. D.
Prof. Surya pernah
datang di Ku-pang
NTT memberikan motivasi agar mahasiswa di Kupang
mencintai fisika.
Pemateri ini mengajak peserta un-tuk menulis dan membuat buku digi-tal atau elektronik atau yang sering disebut dengan istilah e-book. Hal ter-sebut dilakukan untuk mengantisipasi jangkauan dari
buku yang nyata (fisik) apabila tidak
dapat didistribusikan dalam skala yang jauh. Kondisi ini juga tidak dapat
dilepaskan dari buku elektronik di mana semua
orang bisa mengakses buku tersebut melalui fasilitas internet. Dengan begitu masyarakat tidak
perlu mencari buku teks tersebut di toko buku karena bisa melalui internet.
Hal tersebut menjadi pilihan yang tepat di mana e-book
dapat disimpan di dalam laptop atau handphone yang sifatnya lebih
praktis. Puluhan hingga ratusan e-book bisa dibawa setiap hari di mana pun mereka berada. Hal ini mempermudah masyarakat mengakses buku belajar di mana
saja, kapan, dengan
siapa saja. Di era digital
seperti saat ini, hampir setiap orang di dunia bisa mengakses internet melalui teknologi yang dimilikinya.
Bapak Ono tidak segan-segan me-nuangkan
ilmunya. Setidaknya
ada dua cara membuat buku digital yang bisa digunakan untuk mengubah for-mat word ke dalam
format PDF yaitu secara offline dan online. Secara offline
dalam artian bahwa proses untuk mengubah file tersebut dilakukan tanpa
menggunakan ban-tuan internet.
Apabila tulisan sudah jadi secara keseluruhan, maka
format dalam bentuk word tersebut harus
diubah dalam format PDF. Setidaknya ada dua alasan yang membuat tulisan
tersebut harus diubah ke dalam format PDF yaitu keamanan dari tulisan itu
sendiri dan kepraktisan dari e-book yang akan diterbitkan.
Cara membuat buku digital ini bisa digunakan oleh
penulis ketika sedang membuka Microsoft Word. Pilihan untuk
menyimpan file tersebut ke dalam format PDF sudah tersedia di dalam fasilitas aplikasi tersebut. Di sisi lain,
secara online mengandung maksud bahwa proses pengubahan dari word ke PDF memerlukan
bantuan internet.
Dengan kata lain penulis bisa menggunakan cara ini
dengan mem-buka beberapa website
yang menggu-nakan jasa
untuk mengubah format tersebut. Kelebihan dari aplikasi online yaitu
tidak hanya untuk diubah ke dalam bentuk PDF, tetapi format PDF juga bisa
diubah dalam bentuk word. Pertama, penulis bisa mengubah file dalam format word menjadi PDF melalui
sistem offline. Biasanya di setiap
aplikasi Microsoft Word ada pilihan untuk disimpan ke dalam bentuk PDF yaitu bagian Save As.
Apabila Microsoft Word belum menyediakan
pilihan tersebut maka penulis bisa mengunduh
aplikasi tersebut melalui https ://www.microsof. com /en- us
/download. Apabila telah berhasil diunduh, langkah selanjutnya adalah dengan menginstal
aplikasi tersebut. Kedua, penulis dan penerbit bisa mengubah format file dari word ke PDF dengan menggunakan akses internet (online).
Kesimpulan
Materi malam ini membuat saya semakin mengetahui
bagaimana menulis dan membuat buku digital. Terima kasih
kepada Bapak Ono dan modetor Bapak Wijaya Kusuma. Terus
memotivasi kami peserta belajar gelombang 7 semakin bisa. Saya secara pribadi mulai mengekspos diri di Kabupaten Kupang bahwa saya bisa menulis. Contonya hari ini saya menghasilkan tulisan dengan judul Covid-19 Menguji Kreativitas Guru di Kabupaten Kupang.
MENCEGAH PENYEBARAN VIRUS
CORONA GURU DAN SISWA BERTAHAN DI RUMAH
Guru mengajar tanpa siswa adalah guru itu sudah
tertular virus sinting gila mengong (SGM). Siswa belajar tanpa guru itu biasa.
Lebih asyik lagi
kalau siswa dan guru berada dalam kelas berinteraksi, itulah pembelajaran yang intens. Idealnya
komunikasi guru dan siswa harus tatap muka. Hal inilah yang dirindukan oleh
guru dan siswa sekolah dasar. Ketika pemerintah menginstruksikan kegiatan belajar- mengajar dilakukan
dari rumah demi mencegah penyebaran virus coro-na (Covid-19), hal ini
tersentak menghancurkan hubungan guru dan peserta didik. Kini bukan
satu dalam kegiatan belajar-mengajar,
tetapi dua bagaikan pinang dibelah dua. Aduh sakitnya di sini. Tahap pertama diru-mahkan tanggal 20 Maret
sampai 4 April 2020. Anak masih
senang. Tahap dua dirumahkan tanggal 6 April-20 April
2020 anak dan guru mulai gelisah. Ketika pemberlakuan tahap tiga
tang-gal 22
April sampai dengan tanggal 30
Mei 2020 hancur harapan. Me-ngapa tidak
hancur? Banyak orang tua mulai mempertanyakan masa depan anak. Ada anak yang
menangis karena mau bertemu teman dan gurunya tapi apalah daya
dibatasi dan dipisahkan oleh pandemi Covid-19. Masih anak dan orang
tua datang ke rumah ke-pala
sekolah. Walaupun sudah diberi
tahu perpanjangan waktu
dirumahkan dari tampak wajah anak dan orang tua semacam tidak mau menerima
kenya-taan. Tapi
apa hendak dikata, dunia sudah mengalami nasib begini. Belajar dari rumah (LFH) harus
dilakukan oleh siswa. Bekerja dari rumah (WFH)
itulah yang dilakukan guru. Apa yang bisa mempersatukan guru
dan murid? Biar jauh di mata namun dekat di hati. Ada beberapa hal yang bisa menghubungkan guru dan siswa agar
terjadi pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.
Ada siswa
yang tidak ada HP. Alasan karena ekonomi orang tua lemah-lembut. Lagi pula ada orang tua yang menganggap kasih HP untuk anak adalah buang-buang doi.
Jangan sampai salah gunakan. Masih ada orang menganggap kasih anak pegang HP nanti dia buat sembarang. Kini
tuntutan za-man harus
belajar online orang tua mulai kelabakan.
2. Guru tidak mati akal. Ada guru saking rindu untuk
mengajar ikut sampai dan ajar di rumah anak. Walau ada larangan pemerintah.
Semangat dedikasi tanpa
upah dengan harapan upah besar di surga. Covid-19 pun tidak pusing sadar sudah pulang kembali ke rumah.
3. Guru membagikan buku paket bahan ajar, buku pelajaran sesuai dengan
tema untuk SD, SMP dan SMA
sesuai mata pelajaran masing-masing. Hal yang terjadi di
SDN Naibonat bagi siswa yang tidak memiliki HP diinventarisir oleh
wali kelas dan diberlakukan pembe-lajaran offline.
4. Pembelajaran online dilakukan
bagi siswa yang memiliki HP. Kalau yang terjadi di SDN Naibonat ada
grup WA wali kelas masing-masing dengan orang tua.
Materinya di-WA-kan oleh
guru kepada orang tua. Orang tua mulai pusing membelajarkan di rumah
sebagai peran pendidik pertama dan utama.
5. Kepala sekolah membuat peng-umuman online kepada guru dan siswa untuk melaksanakan tugas-nya masing-masing. Kepala sekolah meneruskan format
laporan WFH yang diberikan oleh Dinas Pendi-dikan dan Kebudayaan Kabupaten
Kupang. Format diisi oleh wali kelas dan guru mata
pelajaran lalu diberikan kepada kepala seko-lah. Kepala sekolah melaporkan sebagai laporan sekolah kepada kepala dinas sebagai laporan lembaga.
Kesimpulan pembelajarn offline dan online masih
tetap ada keku-rangan dan
kelebihannya. Biasa-nya pembelajaran
dalam kelas masih ada yang
tuntas dan tidak tuntas, tapi
dalam kondisi darurat Covid-19 mau
tidak mau harus berjalan. Sambil berdoa berharap badai pasti berla-lu. Ada guru dari Kecamatan Fatuleu Barat
melalui telepon seluler mengatakan, “Saya pusing dengan anak-anak mau belajar online atau offline kita cari
setengah mati. Anak tidak belajar karena ada jaga burung dan jaga kera makan
buang jagung di kebun.”
Dalam tulisan ini saya menjawab beberapa
pertanyaan. Salah satunya adalah bagaimana
membelajarkan anak belajar dari rumah di saat situasi Covid-19 ini.
DAMPAK PERCERAIAN SUAMI
ISTERI
BAGI ANAK BALITA
Ketika
saya memandang balita yang tertidur tanpa belaian kasih seorang ibu membuat
saya teringat akan masalah pastoral keluarga. Sebagai seorang ka-tekis
petugas pastoral dalam karya pe-layanan umat Katolik setiap hari diha-dapkan
dengan masalah kawin cerai. Memang dalam gereja Katolik sifat perkawinan monogami tak terceraikan.
Tetapi
perceraian menjadi momok yang menakutkan bagi setiap keluarga. Tak hanya
suami isteri saja, perceraian juga menjadi sebuah hal yang me-nakutkan
bagi anak. Hal ini akan membawa dampak buruk pada kehidupan seluruh anggota
keluarga. Dalam hal ini, anak adalah salah satu yang paling banyak terkena
imbasnya.
Ada
banyak sekali penyebab perceraian, antara lain gagalnya ko-munikasi,
kekerasan dalam rumah tangga, ketidaksetiaan, masalah ekono-mi,
hingga pernikahan usia dini. Apapun alasannya, kedua orang tua
perlu memikirkan matang-matang apa saja dampak yang akan dirasakan keluarga
setelah bercerai.
Kemudian,
banyak pertanyaan timbul dari para orang tua
tentang pada usia berapa perceraian orang tua
mempunyai dampak buruk yang sedikit bagi anak? Apakah pada usia balita, anak
dianggap belum banyak terpapar kehidupan orang tuanya,
jadi akan lebih mudah dan lebih minimal dampaknya bagi anak ketika orang tuanya
bercerai?
Pada
dasarnya, tidak ada “usia terbaik” untuk bercerai. Dampak negatif perceraian
akan selalu dirasakan entah berapa pun usia anak. Perceraian tetap memberikan
dampak psikologis pada anak. Orang tua setidaknya harus memahami
dampak dan kebutuhan anak setelah perceraian.
Pada
balita, dampak perceraian memang seakan tak terlihat. Banyak orang tua
menganggap bahwa pada usia ini anak belum bisa benar-benar memahami keadaan
sekitarnya. Pa-dahal, yang tak terlihat tersebut justru akan berdampak pada
kehidupannya kelak.
Sebagai
orang tua, sudah tugas kita untuk memastikan anak bisa tumbuh dengan baik
layaknya keluarga normal lainnya. Untuk itu, perhatikan beberapa dampak
perceraian pada balita menurut dua tahapan umur.
Pada
keluarga normal, usia anak 0 – 2 tahun adalah masa paling bahagia. Bagaimana pun,
buah cinta antara suami dan isteri baru saja menam-pakkan wajahnya di dunia. Harusnya, kedua orang tua
berbahagia menyam-but kedatangan si kecil. Akan tetapi, perpisahan dan perceraian pun bisa
terjadi.
Pada
usia 0 – 2 tahun, persepsi anak tentang perceraian belum terlihat. Bayi tentu
saja tidak mempunyai kesadaran nyata tentang perceraian. Dampaknya baru terasa
pada kehidupannya kelak, terutama karena ia tidak dibesarkan dalam rumah
seperti keluarga pada umumnya.
Permasalahan
yang harus dicarikan solusi untuk mendukung perkembangan optimal anak adalah
tentang pemben-tukan kelekatan khusus. Pada umum-nya,
setelah bercerai, ibu atau ayah yang memegang hak asuh akan kembali bekerja.
Waktu yang dihabiskan bersama anak pun akan berkurang. Untuk itu, setidaknya
anak harus mempunyai satu sosok pengasuh utama yang secara terus-menerus
melakukan kontak dengan anak. Ini akan mem-bentuk
kelekatan awal pada diri anak.
Kehadiran
pengasuh bukan untuk menggantikan peran ayah atau ibu sebagai orang tua.
Siapa pun pasti sepakat bahwa menjadi orang tua
tunggal bukanlah hal yang mudah. Kehadiran pengasuh adalah partner terbaik
untuk mendukung perkem-bangan maksimal anak.
Kelekatan
dalam diri anak menjadi landasan utama untuk mencapai kesejahteraan diri (well-being),
yaitu rasa bahwa anak dicintai dan istimewa. Namun, prospek mempunyai dua orang tua
yang terlibat mengasuh anak pada usia ini menjadi kurang mungkin. Setelah
perceraian, salah satu orang tua sudah tidak berada di rumah secara teratur. Di sisi lain, ada pihak
orang tua yang tidak tinggal bersama anak, kemudian menikah lagi, dan tidak
mempunyai ikatan langsung dengan anak.
Risiko
ketika pihak orang tua tidak lagi mempunyai kontak harian pada usia ini adalah memudarnya
sosok orang tua dalam kehidupan anak. Ayah atau ibu yang kehilangan kontak akan
kehilangan kelekatan dan arti pada diri anak.
Untuk
memastikan bahwa anak tetap mendapatkan kasih sayang yang cukup, ada baiknya
Anda dan mantan pasangan tetap menjalin komunikasi yang baik. Doronglah mantan
untuk ikut serta mengasuh anak.
Di
sisi lain, pengasuh yang menjadi partner Anda dalam mengasuh anak
sebaiknya mengerti dan benar-benar peduli kebutuhan anak. Orang tua
kedua harus belajar bagaimana memberikan kasih yang sama dengan Anda untuk si
kecil. Dengan begitu, akan lebih aman memercayakan perawatan anak kepada
mereka.
Akhirnya
saya mengajak pasangan suami isteri (pasutri) agar mendasarkan keluarga pada semangat keluarga Kudus
Nazaret (Yesus Maria dan Yosep). Hidup ini adalah anugerah Allah. Anak adalah
buah cinta suami isteri. Titipan Allah kepada suami isteri
untuk bekerja sama dengan Allah melahirkan, memelihara, membesarkan dan
membahagiakan anak agar berguna bagi nusa dan bangsa. Amin.
POTENSI MENDIRIKAN TAMAN SEMINARI DAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS AGAMA KATOLIK (SMAK) DI NTT SANGAT TINGGI
Sambutan Kepala Kantor Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan Sambutan Ditjen Bimas Katolik Ke-menterian Agama Republik Indonesia di Hotel Sotis Kupang. Kesempatan bertepatan
dengan kegiatan pembi-naan
kompetensi pendidik taman semi-nari di
Kupang. Peserta yang hadir ada 40 orang pendidik taman seminari se-Indonesia yang berlangsung mulai tanggal 7-10 Mei 2019.
Kegiatan ini diadakan di NTT meng-ingat jumlah penduduk beragama Katolik di
Indonesia, terbanyak ada di NTT. Potensi mendirikan Taman Seminari di NTT
sangat tinggi jika
diandaikan setiap paroki memiliki satu Taman Seminari, atau jika boleh setiap
stasi yang memiliki gereja/kapela memiliki satu Taman Seminari, maka potensi
Taman Seminari di NTT adalah sebanyak 3.353 lembaga PAUD Taman Seminari.
Taman Seminari dan lembaga pendidikan berbasis
agama Katolik
lainnya menjadi jalur atau saluran yang paling efektif dan kuat dalam
mewariskan, meneruskan dan memperkuat tradisi, ajaran iman dan moral Katolik
sejak dini pada generasi milenial, generasi unggul di tahun 2045.
Perhatian Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT
untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Raudatul Athfal (PAUD berciri
khas Islam) dan Taman Seminari (PAUD berciri khas Katolik). Hingga saat
ini, di NTT sudah terdapat 15 Taman Seminari yang telah memperoleh
ijin operasional dari Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI. Terdapat beberapa
Taman Seminari yang sudah mulai beroperasi juga di NTT namun belum memperoleh izin operasional dari Dirjen Bimas Katolik, seperti
Taman Seminari Santu Simon Petrus di stasi Santa Maria Aitara Naunu paroki
St.Helena Lili Camplong Kabupaten Kupang Provinsi NTT.
Mengapa Izin Operasional Taman Seminari Santu Simon
Petrus Ka-bupaten
Kupang belum diterbitkan oleh Dirjen Bimas Katolik RI? Padahal sudah mengantongi rekomendasi
pejabat gereja
Katolik cukup dari Pastor Paroki. Tentu mengandaikan Uskup selaku
otoritas gereja lokal sudah mengetahui dan menyetujuinya. Hal ini mendorong
pengelola Taman Seminari Santu Simon Petrus melangkah dengan
pasti pada tanggal 1 Juni 2019 pukul 08.45 WITA bertemu dan
dia-log dengan Mgr. Petrus Turang Uskup Agung Kupang dan
hasilnya menanti berkat Tuhan dan doa Bunda
Maria.
Tujuan kegiatan pembinaan kompe-tensi pendidik Taman Seminari untuk
membantu pendidik
Taman Seminari merancang proses kegiatan pembe-lajaran dalam rangka mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik pada Taman Seminari. Selamat
berproses demi masa depan Taman Seminari di Indonesia.
Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT Membeberkan data Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum:
1. Ada 7.656 sekolah umum dengan rincian:
a.
5.098 SD
(3.300 negeri dan 1.798 swasta)
b.
1.693 SMP
(1.285 negeri dan 408 swasta)
c.
541 SMA (341
negeri dan 200 swasta)
d.
290 SMK (145
negeri dan 145 swasta)
e.
34 SLB (27
negeri dan 7 swasta)
2. Ada 5.145 lembaga PAUD yang terdiri atas: 1.532 TK,
124 RA, 3.132 Kelompok Bermain, 22 Taman Penitipan Anak dan 335 Satuan PAUD
Sejenis.
3. Lembaga
pendidikan di tingkat PAUD belum terdapat pengaturan khusus tentang pendidikan
agama, kecuali RA dan Taman Seminari yang diatur secara khusus oleh Ditjen
terkait.
4. Pendidikan
Umum Berciri Khas Agama
5. Program
Pendidikan Islam, terdapat: 124 RA swasta, 73 Madrasah Negeri dan 245 Madrasah
Swasta (MI 175 buah, MTs 96 buah, MA 46 buah dan MAK Negeri 1 buah).
6. Program
Bimas Katolik, terdapat: 1 SMAK Negeri, 14 SMAK Swasta (13 SMAK Umum dan 1 SMAK
Seminari).
Pendidikan Keagamaan
1.
Program
Pendidikan Islam, terdapat: 31 buah Pondok Pesantren dan 1 buah Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah, 55 buah Diniyah Takmiliyah dan 520 Lembaga Pendidikan Alquran.
2.
Program
Bimas Katolik, terdapat: 13 buah Taman Seminari, 5 buah Sekolah Tinggi Pastoral
Strata 1 dan 1 buah Program Pasca Sarjana.
3.
Program
Bimas Kristen, terdapat: 1 STAKN, 7 Sekolah Tinggi Ilmu Teologia Kristen, 32
SMTK/SMAK, 8 SMPTK dan 2 SDTK.
4.
Program
Bimas Hindu, terdapat 17 Pasraman.
5.
Program
Bimas Budha, terdapat 2 Sekolah Minggu.
Pembinaan Anak Usia Dini
pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur
1.
Pendidikan
Anak Usia Dini diselenggarakan melalui tiga jalur yakni:
a.
Jalur
Formal: berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk
lain yang sederajat.
b.
Jalur
Nonformal: berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat.
c.
Jalur
Informal: berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
2.
Syarat
mendirikan Taman Seminari, antara lain:
a.
Sarana
prasarana tidak menuntut banyak gedung,
b.
Jumlah siswa
minimal 10 orang sudah bisa (bandingkan dengan jumlah balita Katolik yang
banyak di NTT)
c.
Tenaga
pendidik dan kependidikan tidak sebanyak jika mendirikan SMAK,
d.
Rekomendasi
dari pemerintah cukup dari Pejabat Bimas Katolik setempat, dan;
e.
Rekomendasi
pejabat Gereja Katolik cukup dari Pastor Paroki (tentu mengandaikan Uskup
selaku otoritas gereja lokal sudah mengetahui dan menyetujuinya).
Pada RENSTRA Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa
Tenggara Timur, pengelolaan pendidikan anak usia dini disatukan dengan
pendidikan dasar, sehingga selalu disebut Pendidikan Agama pada PAUD dan dasar. Hal ini ditegaskan lagi dalam regulasi yang
menetapkan bahwa pada PAUD tidak disebutkan secara khusus tentang mata
pelajaran agama, sehingga tidak terdapat guru mata pelajaran agama pada PAUD. Secara khusus menjadi perhatian Kanwil Kementerian
Agama Provinsi NTT untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Raudatul
Athfal (PAUD berciri khas Islam) dan sekarang sudah hadir pula Taman Seminari
(PAUD berciri khas Katolik).
Sebagai penjabaran dari UU Sisdik-nas Nomor 20
Tahun 2003, Peraturan Menteria Agama nomor 90 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, mendefinisikan Raudhatul Athfal yang
disingkat RA sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan
agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. RA
dibina oleh pelaksana Program Pendidikan Islam pada tingkat Kabupaten/Kota atas
koordinasi pelaksana program pendidikan
Islam pada tingkat provinsi.
Senada dengan RA, pada program Bimas Katolik juga
terdapat Taman Seminari. Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Katolik Nomor 23 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis
Pendirian Taman Seminari Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bim-bingan Masyarakat Katolik, Taman Seminari
didefinisikan sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan
kekhasan agama Katolik bagi anak berusia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam)
tahun. Berdasarkan SK Dirjen Bimas Katolik Nomor 23 tahun 2015, pembinaan Taman Seminari berada
pada Direk-torat
Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik Kemenag RI.
Keberadaan Taman Seminari yang saat ini berdasarkan
SK Dirjen Bimas Katolik diharapkan akan semakin menguat dan berkembang di
Indonesia. Kita semua berharap agar pada waktunya akan terbit peraturan men-teri agama yang menaungi kebera-daannya. Dengan itu, ruang gerak koordinasi terkait
pembinaan dan pengawasan Taman Seminari ke depan menjadi lebih optimal. Secara
khusus untuk wilayah NTT yang memiliki struktur Bimas Katolik terlengkap di
Indonesia dan jumlah umat Katolik terbanyak, maka perlu ada penegasan khusus
yang berbeda dari wilayah lainnya, terkait pembinaan dan pengawasan lembaga
pendidikan formal berciri khas agama Katolik. Potensi yang banyak dan besar
ini, perlu dimanfaatkan secara maksimal.
Pengelola dan Kepala Sekolah Taman seminari Santu Simon Petrus Stasi Naunu Paroki ST. Helena Lili Camplong Kabupaten Kupang Provinsi NTT.
APA ITU SIOMAI
Siomai adalah salah satu je-nis dimsum. Dalam bahasa Mandarin, makanan ini disebut shaomai, semen-tara dalam bahasa Kanton disebut siu maai. Dalam dialek Beijing, makanan ini juga ditulis sebagai 燒麥, dan juga dibaca shaomai. Kulit siomai
serupa dengan kulit pangsit. Makanan
ini konon berasal dari Mongolia Dalam.
Dalam resep masakan Cina, siomai adalah daging babi cincang yang di-bungkus kulit yang tipis dari tepung terigu. Walaupun demikian, siomai juga dibuat dari udang,
daging kepiting, atau daging sapi. Siomai dibuat berbentuk silinder dan di
atasnya diberi hiasan seperti telur kepiting,
parutan wortel, atau kacang polong. Setelah dimatangkan dengan cara di-kukus, siomai dimakan dengan cu-ka atau kecap asin.
Dalam masakan
Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomai ber-dasarkan daging untuk isi, mulai dari siomai ikan tenggiri, ayam, udang, ke-piting, atau
campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Di beberapa
daerah, siomai tidak selalu dibungkus dengan kulit dari tepung terigu
(kulit pangsit).
Siomai biasanya disajikan dengan beberapa jenis bahan pelengkap. Pe-lengkap siomai yang biasa disajikan antara lain telur ayam rebus dan sa-yuran seperti kentang, paria dan kubis. Sebelum
dihidangkan, biasanya siomai dan bahan pelengkapnya dikukus agar dapat
disajikan dalam kondisi hangat. Tahu bakso (tahu putih dan tahu kulit yang diisi
adonan tapioka) juga dapat dimasukkan ke dalam jenis siomai. Karena itulah di
Jawa Barat, siomai juga populer dengan sebutan bakso tahu.
Siomai umumnya dihidangkan dengan siraman saus
kacang yang dibuat dari kacang tanah yang
diha-luskan dan
diencerkan dengan air. Bumbu untuk saus kacang ini antara lain cabai merah, bawang putih, gula pasir, asam jawa, bawang putih, ga-ram dapur, dan cuka. Sewaktu
disaji-kan, siomai
bisa ditambahkan kecap manis, sambal botol dan perasan jeruk limau.
Di Jawa Barat teknik penyajian bakso tahu terbagi
menjadi dua, yaitu bakso tahu kering dan bakso tahu basah. Umumnya pedagang
yang menyajikan siomai dengan kedua pilih-an penyajian ini juga menyedia-kan batagor dengan
penyajian kering dan basah. Bakso tahu/batagor kering, disajikan dengan bumbu
kacang seperti siomai/batagor pada umumnya. Adapun bakso tahu/batagor basah
(disebut juga bakso tahu/batagor kuah) adalah siomai/batagor (beserta berba-gai bahan pelengkapnya) yang disajikan di dalam
kuah kaldu, dengan taburan seledri, bawang goreng dan kecap manis.
Penulis : Simon
Anunu, S.Ag., M.Pd. Guru Agama Katolik SDN Naibonat sekaligus Kepala
Sekolah.Kabupaten Kupang Provinsi NTT.
KELOR MENCEGAH
COVID-19
Small is beautifull and small is power. Dalam bahasa
Indonesia saya memahami istilah kalimat bahasa Inggris ini begini “kecil itu
indah dan kecil itu kuat punya pengaruh”. Makna ungkapan ini
mengungkapkan daun kelor kecil nyaris di pandang sebelah mata. Sekilas terlintas dalam pikiran manusia awam
kau daun kecil apa pengaruhmu. Sama juga dengan daun yang lain. Ternyata luar
biasa pengaruhmu dalam mengusik keta-kutan dunia dalam menghadapi virus Covid-19. Daunmu kecil, khasiatmu kuat, pengaruhmu mengandung golongan
senyawa antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol,
kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam daun kelor. Itulah
yang dibuktikan para peneliti.
Hasil penelitian ini didapat dari screening aktivitas
terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal terkait dengan mekanisme
kerja virus. Hasilnya diperoleh beberapa golongan senyawa tersebut
berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 (virus corona).“Hasil
penemuan ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mencegah dan
meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus corona. Selain itu, sesuai
dengan arahan dari Kementerian Kesehatan RI, WHO dan CDC,” ujar Dekan FKUI
Fahrial Syam dalam keterangan resminya. Daun kelor memang telah lama dikenal akan
khasiatnya mengobati jenis penyakit ganas. Selengkapnya, di bawah ini terdapat
3 khasiat utama daun kelor seperti dihimpun berbagai sumber.
1. Tinggi kandungan antioksidan
Antioksidan
merupakan senyawa yang dapat melawan radikal bebas di dalam tubuh.
2. Menurunkan
kadar gula darah
Sejumlah penelitian memang menunjukkan daun kelor
efektif menurunkan kadar gula darah. Para ilmuwan meyakini hal itu berasal dari
senyawa isothiocyanate.
Namun, sebagian penelitian baru diujikan pada
hewan. Studi berbasis manusia yang ada masih dalam skala kecil. Hasilnya, kadar
gula darah puasa mereka turun rata-rata 13,5 persen. Studi kecil lainnya
melibatkan enam penderita diabetes yang diberi 50 gram daun kelor dalam menu
makanan-nya. Hasilnya,
kadar gula darah mereka dapat berkurang 21 persen.
Sahabatku kenalan basaudara, Keluargaku
menghidangkan santapan hidup sehat hanya semangkok bubur daun kelor
setiap hari. Daun diambil dari kebun yang biasa ditanam
sendiri bebas dari pupuk kimia.
RESUME MATERI BELAJAR GELOMBANG 7 BERSAMA
PROF. EKO
Semalam saya
belajar menjadi penulis bersama narasumber yang sangat kompeten dalam
bidang IT. Saya anggap ini orang ini luar biasa bukan biasa di luar. Sungguh
saya kagumi. Kekaguman yang saya sanjung adalah keahliannya dalam bidang yang
ia omongin. Ia tidak asal omong. Background-nya dilatarbela-kangi oleh hasil belajar. Bukan hanya belajar, tapi
dia buat dari hal yang kecil menjadi yang besar. Ada ungkapan klasik “kecil teranja-anja besar terbawa-bawa”. Bayangkan dari kecil bisa menulis bersama
teman-teman sebaya. Lagi pula masih kecil sudah punya cita-cita mau keliling
dunia.
Dari jawaban pertanyaan peserta yang Prof. Eko
jawab mengulas secara mendalam dan menguraikan cara ber-pikirnya memperoleh skill yang ia miliki
sampai sekarang. Dari dunia nyata sampai dunia maya. Dari mengajar langsung
sampai live streaming YouTube.
Yang paling
menarik bagi saya, Prof. Eko akhir-akhir ini mulai menjadi pribadi
tren dan motivator dalam pekerja sosial. Lihat di chanel YouTube dengan
laman EKOJI CHANNEL. Dan tidak peduli ada atau tidaknya yang nonton yang
penting beliau dapat mengajar membuat di YouTube. Membuat peluang belajar
dan membelajarkan kepada masyarakat termasuk saya penikmatnya melalui belajar gelombang 7 yang dinahkodai oleh
OmJAY dan Mas Bambang moderatornya.
Semalam dalam kolom bertanya kepada Prof. Eko, “Bagaimana
mengatasi masalah yang saya alami yaitu berpikir lola sekali, lamban membuat
resume dan mengatasi kesibukan yang menghalangi cepat menjadi
penulis?”
Tadi pagi baru saya lanjutkan pertanyaan ini dalam
japri ke Prof. Eko,
setelah mendapat sms dari Mas
Bambang memberikan nomor kontak Prof. Richardus Eko Indrajit.
Siapakah Prof. Eko ?
Pemilik hidup dan kehidupan orang yang luar
biasa ini dapat kita baca dalam profil berikut ini.
Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. R.
Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA.
Alias : Richard
Profesi : Tokoh Teknologi Informasi
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Jumat, 24 Januari
1969
Zodiak : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Istri : Lisa A. Riyanto
BIOGRAFI
Richardus Eko Indrajit merupakan pakar teknologi
yang berbakat. Tak hanya sebagai pakar, narasumber berbagai seminar, ia juga
seorang akademisi sekaligus penulis puluhan judul buku dan ratusan jurnal
ilmiah yang telah dipublikasikan tingkat nasional maupun internasional.
Lahir di Jakarta, 24 Januari 1969, pria yang akrab
disapa Richard ini memulai karir di dunia teknologi sejak duduk di bangku
kuliah. Menuntaskan pendidikan di ITS, seolah haus akan ilmu, ia kemudian
melanjutkan pen-didikan di
berbagai macam universitas seperti Harvard University, University of the City
of Manila, Maastricht School of Management, Leicester University, dan London
School of Public Relations.
Sekembalinya dari luar negeri, ayah dari tiga anak
ini sempat bekerja di sebuah perusahaan multinasional seperti Price Waterhouse,
Prosys Bangun Nusantara, Renaissance Indonesia, Jakarta Consulting Group,
Soedarpo Informatika Enterprise, dan IndoConsult Utama. Namun, ia lantas
memutuskan keluar untuk mendirikan sebuah perusahaan konsultan tekno-logi informasi independen yang membantu banyak
perusahaan baik swasta maupun pemerintahan.
Dia aktif pula membantu pemerin-tah dalam sejumlah penugasan. Dimulai dari
penunjukan sebagai Widyaiswara Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), yang
diikuti dengan berperan sebagai Staf Khusus Bidang Teknologi Informasi
Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Staf Khusus Balitbang Depar-temen Komunikasi dan Informatika, Staf Khusus
Bidang Teknologi Infor-masi Badan
Narkotika Nasional, dan Konsultan Ahli Direktorat Teknologi Informasi dan Unit
Khusus Manajemen Informasi Bank Indonesia.
Saat ini ditunjuk oleh pemerintah Republik
Indonesia untuk menahkodai institusi pengawas internet Indonesia ID-SIRTII (Indonesia
Security Incident Response Team on Internet Infra-structure) dan menjadi
anggota aktif dari Badan Standar Nasional Pendi-dikan (BSNP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP), Dewan Riset Nasional (DRN), dan Dewan Pendidikan Tinggi (DPT).
Selain aktif sebagai konsultan teknologi informasi,
suami dari Elisabeth Dhany Retno Putri ini juga menjadi akademisi di beberapa universitas;
Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atmajaya, Bina Nusantara University,
Curtin University of Technology, Universitas Trisakti, Edith Cowan University,
dan IPMI-Monash University. Tak hanya pandai di bidang pendidikan serta
profesional, Richard juga pandai dalam organisasi, kini ia menjabat sebagai Presiden Association of
Higher Learning Insti-tution in
Computing and Information Technology Studies di mana ia memimpin lebih dari 700 universitas dan
1.500 program studi di seluruh Indonesia dan President of Interna-tional Association of Software Architect.
Seolah tak pernah padam sema-ngatnya, Richard juga telah banyak menelurkan
karyanya. Tercatat lebih dari tiga puluh judul buku dan ratusan jurnal yang
telah dipublikasikan baik nasional maupun internasional.
Sang motivator
kita dalam belajar menulis buku hanya
dalam satu minggu menghasilkan buku.
Aku baru sadar bahwa dalam satu hari menghasilkan
satu halaman meski sesibuk apa pun. Pasti dalam tiga minggu dapat 100 halaman. Saya bertekad mulai hari ini menulis dengan 5W1H. Misalnya judulnya Digital Mindset maka saya
coba terapkan hasil dari pemateri beberapa hari yang lalu yang disingkat: TOJRP
yaitu menentukan tema, membuat outline atau (daftar isi), membuat jadwal,
refleksi melihat kembali perbaiki, menambah, mengurangi dan terakhir saya berikan kepada
penerbit untuk dicetak. Pasti saya pilih Prof. Eko membantu saya. Tema yang saya dapat melalui belajar malam ini
adalah Digital Mindset dengan men-jawab pertanyaan (dalam bentuk tulisan) sebagai berikut.
Chapter
1. APA yang dimaksud dengan digital mindset.
2. MENGAPA digital mindset dibu-tuhkan
3. SIAPA yang harus mengubah mind-setnya
4. DIMANA digital mindset harus diterapkan
5. KAPAN digital mindset diterapkan. dan
6. BAGAIMANA cara menerapkannya.
Apalagi Prof. Eko sudah berjanji, “satu hari tulis satu”. Berarti hari keenam sudah jadi. Hari ketujuh
kasih ke saya. Anda tidak perlu banyak berpikir, karena semua sudah saya paparkan
dalam presentasi. Tinggal Anda
bahasakan saja sesuai dengan yang Anda tangkap. Di hari ketujuh, tulisan saya akan saya tambah-tambahkan
sana-sini.
Kemudian saya akan langsung terbitkan
dengan e-ISBN resmi dari perusahaan publikasi saya yang di Yogyakarta, yaitu CV
Preinexus
yang bermitra dengan penerbit
lama Graha Ilmu. Anda adalah penulis pertamanya, saya penulis keduanya. Kalau
ternyata e-bukunya laku (kita jual di situs Ekoji Channel dengan harga murah meriah, karena yang penting
banyak yang beli). Agar
menarik, semua royalti jadi milik Anda. Kalau ternyata banyak yang laku, kita terbitkan versi kedua dalam
bentuk fisik sehingga Anda dapat
ISBN. Tertarik? Saya mau lelang judulnya malam ini, silakan nanti dipimpin moderator. Kalau ada 3 orang memilih judul yang sama, lebih
baik. jadi pengarangnya 4 orang plus saya. rejeki dibagi tiga penulis.”
Penulis Simon Anunu dari SDN
Naibonat Kabupaten Kupang Prov. NTT, Blog
simon Anunu.com,Email.simonanunu68@gmail.com,twitter simon anunu
Pada hari Selasa 14 April
2020, pukul 19.00-21.00, saya memfokuskan perhatian pada pemateri Bapak Dr. Jejen
Musfah. Beliau hadir dalam membelajarkan grup belajar online (GBO) yang
dinahkodai oleh
Omjay sang motivator bloger. Bukan apa, tapi saya sungguh merasakan bagaimana
menulis artikel lewat motivator Dr. Jejen.
Saya amati, tiru dan
menulis (ATM) dalam angan-angan. Saya klik Google melihat artikel. Menurut Wikipedia artikel adalah karangan faktual
secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan di media online maupun cetak
(melalui koran, majalah, buletin, dsb.) dan
bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan
menghibur.
Isi artikel
dapat bermacam-macam, beberapa contoh yang sering kita baca antara lain:
1. sejarah,
2. petualangan,
3. argumentasi,
4. hasil penelitian,
5. bimbingan untuk
melakukan/me-ngajarkan
sesuatu.
Penulis artikel bermacam-macam kriterianya, sebagai
berikut:
1.
penulis artikel buku,
2.
penulis artikel berita,
3.
penulis artikel marketing,
4.
penulis artikel online,
5.
penulis artikel narasi,
6.
penulis artikel naskah.
“Saya mengikuti semangat Prof. Eko setiap hari tulis 1 halaman. Maka pagi ini, bangun pagi santapan pertama
adalah menulis Resume Belajar
Gelombag 7 bersama Dr. Jejen”.
Siapa dia Dr. Jejen? Mari kita
lihat dalam ulasan berikut ini.
Bapak Dr. Jejen Musfah
lahir di Serang, 2 Juni 1977. Pendidikan beliau adalah S1 Fakultas Tarbiyah jurusan
Pendidikan Bahasa Arab IAIN Jakarta (1996-2000), S2 Kajian UIN Jakarta (2002
-2004), Diploma Kajian
Bahasa Arab LIPIA Jakarta (2006-2007), S3 Ilmu
Pendidikan UNINUS Bandung (2007 -2010).
Jabatan :
1.
Dosen Prodi Manajemen Pendidikan UIN Syahid sejak
2005 sampai sekarang.
2.
Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
FITK UIN Jakarta (2016-2020)
3.
Sekretaris Program Magister FITK (2012 -2016)
4.
Sekretaris Departemen Pembinaan Mental dan Spiritual
PB PGRI (2018 -2019)
5.
Pemimpin Redaksi Majalah PB PGRI (2016-2019)
6.
Wakil Sekretaris Jenderal PB PGRI (2019 -2024)
7.
Pemimpin Redaksi Majalah PB PGRI (2019 - 2024)
8.
Redaktur Pelaksana Majalah Pinisi BDK Makassar
(2018 sampai sekarang)
9.
Redaktur Pelaksana Jurnal Baruga BDK Makassar (2018
sampai sekarang)
10.Tim Ahli
Rancangan UU guru dan Dosen DPD RI, 2018
11.Staf Ahli
Komite III DPD RI (2020 -2021)
Beliau juga banyak
menulis buku berjumlah 13 judul buku, opini di koran, artikel
ilmiah, reviewer, peneliti dan narasumber
tentang pendidikan.
Adapun prestasi yang beliau raih puluhan prestasi
seperti :
- juara 2 opini pendidikan tingkat nasional yang
diselenggara-kan oleh
Kemendikbud tahun 2014,
- Juara harapan pendidikan keluarga tingkat nasional,
Kemendikbud 2016, Dosen Teladan FITK UIN Syarif Hidayatullah 2017
- Dan yang terakhir prestasi yang diraih adalah
penerima dana hebat riset dari
Kemenag RI.
Beliau juga pernah melawat ke luar negeri
seperti :https://wijayalabs.wordpress.com.
1.
Nasional University Singapura 2018
2.
Internasional Islamic University Malaysia 2008
3.
Infrastrukture University Kuala Lumpur Malaysia
2014
4.
Universitas Putra Malaysia (UPM) 2017.
5.
Yala Raja Bath University Thailand 2017
6.
Culalangkom University Bangkok Thailand 2018
7.
Culalangkom University Demon-tration School Bangkok, 2018
8.
Universitas Kebangsaan Malaysia, 2018
9.
KBRI Singapura 2019
10.As Sofa
College Selangor Malaysia 2019
11.Sekolah Songsem
Sasana Vitaya Foundation School (SSVS) Thailand 2019.
Karier beliau begitu memuncak di saat beliau masih berumur 43 tahun, masih sangat
muda tapi nama beliau sangat bersinar baik di Indonesia maupun di Asia
Tenggara.
Majalah Suara Guru PB PGRI email :
majalah.suaraguru@gmail.com
Salam teman-teman guru se- Indonesia.
Opini intinya gagasan penulis atas kebijakan atau
fakta pendidikan yang terjadi.
Artinya opini tdk akan khilangan topik.
Kebijakan dan fakta pendidikan selalu hadir.
Tapi tidak smua berhasil
menangkap
momentum utk menanggapi.
Guru adalah praktisi.
Majalah SG setua PGRI sendiri.
Sudah puluhan tahun.
Tulisan bisa dimuat di online dan offline.
Cetak 5.000 eksmplar.
Dibagikan ke hampir 34 provinsi.
Rubriknya beragam.
Opini, resensi, sastra, destinasi dan lain-lain.
Saya kira itu pengantarnya, ya.
Di atas adalah email bagi
yang akan kirim tulisan.
Apa saja
syaratnya kita bisa mengirimkan artikel ke redaksi majalah guru?
- Menyebutkan
status dan foto.
- Tulisannya
bisa sesuai rubrik di atas.
- Diutamakan bidang pendidikan dan isu-isu yang hangat.
Sampai saat ini jujur saja, masih kekurangan naskah berkualitas.
Cenderung diterima.
Dengan editing redaktur.
Antusiasme peserta
Gelombang 7 dalam merespon presenter Dr. Jejen Musfah saya
sampaikan secara jelas dan mutakir dalam daftar berikut ini.
[19.24,
14/4/2020] Eni Setyowati: Selamat malam Pak Jejen. Maaf mau tanya, untuk ketentuan/syarat-syarat pengiriman naskah. Apa saja, ya? Terima kasih.
[19.25,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Di atas sudah dijawab.
[19.25,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Menyebutkan
status dan foto.
[19.26,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Opini.
Resensi. Sastra. Destinasi. Dll
[19.26,
14/4/2020] Noraliapurwa Gel8: Assalamualaikum Pak Jejen.
Sebelumnya
saya ucapkan terima kasih karena tulisan saya sudah dimuat secara online di
website PGRI, yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah boleh satu orang mengirimkan beberapa artikel ke majalah PGRI?
2. Tema tulisan
yang paling disukai untuk dimuat di majalah PGRI yang seperti apa Pak?
3. Terima kasih
[19.27,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Boleh lebih.
Tentang pendidikan mutakhir.
[19.27,
14/4/2020] Musiin Kediri: Apakah untuk opini ada batasan dalam berpendapat dan
untuk sastra bentuknya berupa karya sastra atau teori dari karya sastra? Terima kasih.
[19.27,
14/4/2020] +62 858-5050-2204: Apakah dalam mengirim artikel syarat-syarat yang harus
dipenuhi dan berapa artikel dimuat di majalah guru? Moch. Zahli Bojonegoro
[19.27,
14/4/2020] Rahma Dharmasraya: Assalamualaikum Pak Jejen, mohon maaf saya mau tanya apakah naskah yang akan dikirim ditentukan jumlah halamannya atau
berdasarkan apa? Terima kasih.
[19.28,
14/4/2020] Rusmin Kalsel: Adakah tata cara atau aturan khusus tentang tulisan (ukuran dan
jenis huruf, pengaturan
halaman dan lain-lain) agar tulisan
bisa diterbitkan. Rusmin (G8-017) Kab.
Barito Kuala Kalsel.
[19.29,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Tidak mengandung SARA.
Sastra bisa
keduanya.
[19.29,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Opini
maksimal 1.000 kata
[19.29,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Bebas.
[19.30,
14/4/2020] wijayalabs: Assalamualikum Pak Jeje. Apakah kita mengirim artikel ke Suara Guru PGRI ada biayanya? Dari rasita Bengkulu.
[19.30,
14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Tidak ada, free.
Demikian resume yang saya buat atas perhatian, saya ucapkan terima kasih. Silakan komentar untuk
menambah, mengurangi, koreksi penulis sangat mengharapkan.
Bersama doa Bunda Maria pasti saya bisa
menulis artikel seperti Dr. Jejen Musfah.
PENDIDIK MENGINSPIRASI
Pengalaman adalah guru terbaik. Walaupun
mengenyam Pendidikan formal jenjang
strata S1 dan S2 tapi belum memiliki pengalaman mengajar atau bekerja
rasanya profesioliame belum lengkap.
Lewat proses melihat kembali pengalaman bagaimana membuat orang lain menemukan
dirinya yang sesungguhnya. Hal ini tidak semudah membalik telapak tangan.
Proses menemukan sesuatu yang lebih dari yang biasa itulah yang disebut
perjuangan. Tiada amal tanpa
berkurban. Tiada kurban tanpa derita. Itulah hidup pencari fakta. Memang orang
suka fakta ketimbang cerita belaka.
Bagaimana proses memanu-siakan
manusia itulah tugas seorang pendidik. Makanya tugas pendidik adalah tugas
mulia. Mari kita melihat kembali
kegiatan pembelajaran yang terjadi di
SDN Naibonat dalam rangka menangani di mana ada anak yang loyo dalam belajar. Keloyoan belajar
anak di kelas di mana anak cepat bosan
belajar. Sikap masa bodoh. Bahkan sikap protes
yang ditunujukan dengan bandel.
Mengganggu teman baik dalam kelas
maupun kelas lain. Ada satu anak peserta didik baru kelas dua. Banyak guru dari kelas satu sampai kelas enam
mengeluh tentang sikap anak yang bernama Adrianus Hali Wiwi ini. Siswa ini
sudah bandel tidak mau berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Lebih
aneh lagi ketika ada anak yang
menangis dalam kelas pasti Adrianus
melakukan kekerasan dengan memukul teman
itu.
Kejadian ini menyita perhatian banyak orang. Wali kelas dua, kepala sekolah dan orang tua. Ada surat panggilan kepala sekolah kepada
orang tua anak ini untuk dicarikan jalan keluar dan jalan terbaik. Ternyata
anak ini mempunyai sikap super aktif.
Tidak suka duduk terlalu lama belajar, ternyata
dia diajak bermain sambil belajar malah dia lebih aktif. Kesempatan ini
menjadi tantangan bagi guru SDN
Naibonat jeli meman-dang
sebagai peluang untuk
mencari model pembelajaran yang tepat.
Ada lagi satu
anak peserta didik yang sudah
duduk di bangku kelas IV SDN Naibonat. Suatu ketika ketika diperhatikan ternyata ketika menulis
hanya menggoyangkan
pulpennya seperti menulis sungguh. Diperhatikan
secara cermat ternyata dia tidak menulis sungguh. Guru menaruh perhatian khusus ternyata anak ini
mempunyai gerak manipulasi seolah-olah aktif
menulis. Lalu guru itu semakin penasaran.
Curiga sepertinya anak ini belum tahu menulis dengan baik. Jangan
sampai tidak menguasai huruf, kata dan
kalimat. Guru ini naik pitam mengapa ada anak yang sudah duduk kelas
empat tetapi belum bisa menulis. Ditelusuri lebih teliti ternyata anak ini lamban. Bila dikte
cepat pasti anak ini pura-pura menulis.
Akhirnya anak ini diperhatikan
secara khusus oleh gurunya. Ketika temannya pulang saat bel sekolah
berbunyi semua anak pulang. Anak ini
diberi remedial menulis
ulang. Mulai saat itu bisa
menulis indah. Anak peserta didik ini
sudah duduk di bangku kelas V pada tahun ajaran 2020/2021.
Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat
memberikan spirit inspiratif untuk siswa-siswinya. Spirit inspiratif ini
ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasihat membangun kepada
anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan
tidak mampu.
Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak
cukup hanya mengu-asai ilmu yang
akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang
dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu
mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiawaan
peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke
arah kemajuan.
Ada satu hal yang luar biasa adalah siswa yang drop
out (DO) Sekolah Dasar Negeri Naibonat pada tahun pembelajaran lalu.
Berhubung penulis adalah pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM).
Penulis bekerja sama mengunjungi orang tua peseta didik yang DO di rumah. Di sana sambil minum kopi panas.
Kami diskusi dan saling meneguhkan tentang masa depan anaknya. Bila anak ini
tidak sekolah bagaimana masa depan anak bangsa. Anak ini bernama Adikar Lubalu
satu-satunya lelaki dalam keluarga.
Setelah orang tuanya mengerti masih ada jalan
lain ke Roma. Di mana bila Adikar daftar
sambung sekolah di PKBM mengikuti pendidikan kesetaraan paket A maka anak ini
bisa menikmati pendidikan selanjutnya. Tawaran manis ini diterima baik dengan
senang hati oleh orang tua Adikar yang sudah janda. Suaminya sudah dipanggil
oleh Tuhan beberapa tahun lalu. Sikap orang tua yang sangat bersyukur. Kini
Adikar sudah sekolah di SMP Negeri 4 Kupang Timur. Ketika Adikar dan keluarga
melihat penulis selalu mereka katakan kita ini keluarga.
Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat
memberikan inspirasi untuk para muridnya. Inspirasi ini ditunjukkan para guru
dengan memberikan teladan dan nasihat membangun pada anak-anak didik agar
mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu. Demikian
disampaikan Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional RI Suyanto saat
memperingati Hari Guru Nasional di SDN II Cideng, Jakarta Pusat, Jumat
(25/11/2011).
Profil Penulis
Simon Anunu,
S.Ag., M.Pd., dilahirkan di Kuan
Tes, Kabupaten TTU, 10 Desember 1968. Me-ngenal pendi-dikan mulai dari SDK Tes 1977 sampai kelas III dan tamat di SDN Sasi
Kefa 1983. SMPN Kefa 1987 lanjut SPGAK Warta Bakti Kefa tamat 1990. D2 IPI Malang tamat 1996. Menempuh S1 di Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung Kupang
tamat 2004. S2 Pascasarjana Undana Kupang Prodi PIPS tamat 2015. Mengapa
sekolah tahun tidak teratur karena sebagai anak petani subsisten sekolah
sedikit cari uang baru sambung. Pengalaman mendirikan SMP Katolik San Daniel
Oepoli, SMP Katolik Santu Donbosco Naunu Kabupaten Kupang. Pengelola Paket ABC
PKBM Bintang Timur sambung Kembali anak yang putus sekolah. Tokoh Agama Peduli
HIV/AIDS Kabupaten Kupang otlet Kondom. Asesor PAUD PNF NTT. Instruktur K13.
Animator Sekami. Kepala SDN Naibonat. Ketua pengawas KSP Swasti Sari. Alamat tempat tinggal: Naibonat Kabupaten Kupang Provinsi NTT.
Pengalaman
menulis: Jejak Digital Motivator Andal, Pola Pembelajaran
yang Eefektif dari Rumah, Refleksi dan Resolusi Saat Pandemi dan Puisi Patidusa dan Literasi Sekolah di Masa Pandemi. Bersama guru Bloger Indonesia hebat.
Kontak penulis dapat dihubungi melalui HP.WA
085237893978; email simonanunu68@gmail.com.face book simon
anunu.blog: https://naibonatnew.blogspot.com