Selasa, 05 Oktober 2021

PANEN JAGUNG SDN NAIBONAT 24 SEPTEMBER 2021

 

Logo Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur

EKOPEDAGOGI DALAM TRILOGI RELASI (Apresiasi Kerja Guru Agama Kemenag Kab. Kupang) Oleh Vinsens Al Hayon


0



“Verba volant exempla trahunt,” (kata-kata menggerakan, contoh-teladan menarik). Ungkapan tua Latin ini tepat sekali disematkan pada Kepala Sekolah SDN Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang bersama para guru yang telah mempraktekan pendekatan pembelajaran ekopedagogi kepada para siswanya bahkan berimbas kepada masyarakat sekitar.  

Ekopedagogi (eko=lingkungan, paes=anak dan Gogos=guru atau pembimbing) yang dimaksudkan disini merujuk pada pendapat Richard Khan (2010) dalam Critical Pedagogy, Ecoliteracy Planetary Crisis, yang berkaitan dengan literasi Ekologi/ Ekolitersi. Menurut Khan literasi ekologi ini digalakan sebagai suatu gerakan akademik untuk menyadarkan para siswa menjadi seorang individu yang memiliki pemahaman, kesadaran dan berketerampilan hidup selaras dengan kepentingan pelestarian alam. 

Jadi penekanan pendekatan ekopedagogi di kelas lebih terarah kepada praktek atau actus humanus (aksi manusiawi) berkaitan dengan pengelolaan-perawatan lingkungan, dan bukan soal proses pembelajaran di kelas berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial. 

Tujuan yang hendak dicapai dari aksi praksis ini selain untuk mendukung program 5P (Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Pariwisata) dari pemerintah Kabupaten Kupang  khusus bidang pertanian juga untuk membangkitkan sensibilitas ekologis siswa yang diyakini sangat berpengaruh akan kehidupan mereka di masa depan. Dan ini lah satu metode pendidikan berbasis lingkungan hidup berkelanjutan. 

Untuk manifestasi ekopedagogi berkelanjutan ini para pendidik dan tenaga kependidikan di SDN Naobonat lebih awal menerapkan apa yang disebut ekoliterasi. Kompetensi yang mau dicapai adalah membuat semua peserta didik (juga masyarakat sekitar) memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Hal demikian sangat mungkin dilakukan pada tingkat SD, mengingat usia siswa di sekolah dasar lebih mudah untuk diajarkan penanaman sikap peka terhadap lingkungan sekitar. Cara yang ditempuh adalah pengelolaan lahan sekolah menjadi perkebunan jagung. 

Dalam kaitan dengan proses pembelajaran maka dengan pendekatan ekopedagogi di sekolah dasar tersebut, tergambarlah kongkretisasi ranah psikomotorik siswa. Sementara pada tingkat kognitif dan afektif ekopedagogi, pendekatan ekopedagogi yang diterapkan bermaksud menggiring warga sekolah kepada pembiasaan mentalitas hidup ekologis yang senantiasa sadar bahwa keberadaan dirinya hanya bisa berarti jika eksistensi atau cara beradanya terjadi dalam kebersamaan dan berelasi dengan ciptaan lain. 

Eksistensi yang dimaksudkan di atas dalam penjelasan Kakan Kemenag Kabupaten Kupang, Saturlino, S.Th., M.Pd. memiliki dasar teologis, ekologis dan anthropologis. Ini lah trilogi ekopedagogi. Bahwa “Manusia dalam kehidupannya harus membangun relasi dengan Tuhan, relasi dengan alam lingkungan, dan relasi dengan sesama termasuk dengan diri sendiri,” lanjut Satur. 

Yang dimaksudkan dengan relasi ekololgis adalah, perawatan alam dengan memberdayakan lingkungan sekolah –kebun sekolah dengan menanam jagung, urai Satur, pada acara Panen Perdana Jagung di Kebun Sekolah SDN Naibonat (24/9/21).  Dan satu-satunya Sekolah Dasar di Kabupaten Kupang yang memiliki sensibilitas ekologis adalah SDN Naibonat, yang kepala sekolahnya adalah seorang Simon Anunu, S.Ag., M.Pd, PNS dari Instansi Kementeri Agama Kab Kupang. 

Omong tentang kebun sekolah tentu sangat erat hubungannya dengan opus manuale (kerja tangan). Kerja tangan dimaksud di sini adalah pengolahan lahan seluas satu setengah hektar untuk menanam bibit jagung oleh pihak sekolah bekerja sama dengan Kelompok Tani Sesando, pihak penyedia bibit jagung Kumala- Cap Panah Merah, Jantan F1 dan distributor pupuk dari PT. Duta Sentosa yang merupakan perpanjangan tangan dari Petro Kimia Gersik, Jelas Anunu pada acara tersebut. 

Pengelolaan lahan sekolah yang terangkai beberapa tahap, mulai dari pembalikan tanah, menyiapkan bidang tanam dan saluran air, mengebor sumur  dan pembedengan lahan tanam, menanam, menyiangi dan merawat pertumbuhan jagung telah dijalankan dengan telaten semasa pandemic Covid-19 dan pemberlkukan PPKM. “Opus manuale” diawali dengan menanam bibit jagung pada 2 Juli 2021 dan berbulir penuh pada 15  September 2021 serta panen perdana Jagung Kumala atau Jagung Ketan Anti Oksidan terjadwal pada Jumat, 24 Sepetember 2021. 

Untuk sampai ke tahap panen perdana ini “kerja keras, kerja cerdas dan kerja sama dengan beberapa pihak terkait seperti yang disinggung di atas termasuk Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang sungguh patut diapresiasi. Hendaknya juga kerja ekstra kurikuler di SDN Naibonat ini “menjadi virus bagi SD lain yang ada di wilayah Kab. Kupang,” harap Kadis Pertanian dan Tanamam Pangan Kab. Kupang, yang hadir juga pada Acara Panen Perdana Jagung Kumala Cap Panah Merah di Kebun Sekolah SDN Naibonat, Kabupaten Kupang. ***