EKOPEDAGOGI DALAM TRILOGI RELASI
(Apresiasi Kerja Guru Agama Kemenag Kab. Kupang) Oleh Vinsens Al Hayon
0
“Verba volant exempla trahunt,” (kata-kata menggerakan, contoh-teladan menarik). Ungkapan tua Latin ini tepat sekali disematkan pada Kepala Sekolah SDN Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang bersama para guru yang telah mempraktekan pendekatan pembelajaran ekopedagogi kepada para siswanya bahkan berimbas kepada masyarakat sekitar.
Ekopedagogi (eko=lingkungan,
paes=anak dan Gogos=guru atau pembimbing) yang dimaksudkan disini merujuk pada
pendapat Richard Khan (2010) dalam Critical Pedagogy, Ecoliteracy Planetary
Crisis, yang berkaitan dengan literasi Ekologi/ Ekolitersi. Menurut Khan
literasi ekologi ini digalakan sebagai suatu gerakan akademik untuk menyadarkan
para siswa menjadi seorang individu yang memiliki pemahaman, kesadaran dan
berketerampilan hidup selaras dengan kepentingan pelestarian alam.
Jadi penekanan pendekatan ekopedagogi
di kelas lebih terarah kepada praktek atau actus humanus (aksi manusiawi)
berkaitan dengan pengelolaan-perawatan lingkungan, dan bukan soal proses
pembelajaran di kelas berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Tujuan yang hendak dicapai dari aksi
praksis ini selain untuk mendukung program 5P (Pertanian, Peternakan,
Perikanan, Perkebunan dan Pariwisata) dari pemerintah Kabupaten Kupang
khusus bidang pertanian juga untuk membangkitkan sensibilitas ekologis
siswa yang diyakini sangat berpengaruh akan kehidupan mereka di masa depan. Dan
ini lah satu metode pendidikan berbasis lingkungan hidup berkelanjutan.
Untuk manifestasi ekopedagogi
berkelanjutan ini para pendidik dan tenaga kependidikan di SDN Naobonat lebih
awal menerapkan apa yang disebut ekoliterasi. Kompetensi yang mau dicapai adalah
membuat semua peserta didik (juga masyarakat sekitar) memiliki kesadaran akan
pentingnya menjaga lingkungan. Hal demikian sangat mungkin dilakukan pada
tingkat SD, mengingat usia siswa di sekolah dasar lebih mudah untuk diajarkan
penanaman sikap peka terhadap lingkungan sekitar. Cara yang ditempuh adalah
pengelolaan lahan sekolah menjadi perkebunan jagung.
Dalam kaitan dengan proses
pembelajaran maka dengan pendekatan ekopedagogi di sekolah dasar tersebut,
tergambarlah kongkretisasi ranah psikomotorik siswa. Sementara pada tingkat
kognitif dan afektif ekopedagogi, pendekatan ekopedagogi yang diterapkan
bermaksud menggiring warga sekolah kepada pembiasaan mentalitas hidup ekologis
yang senantiasa sadar bahwa keberadaan dirinya hanya bisa berarti jika eksistensi
atau cara beradanya terjadi dalam kebersamaan dan berelasi dengan ciptaan
lain.
Eksistensi yang dimaksudkan di atas
dalam penjelasan Kakan Kemenag Kabupaten Kupang, Saturlino, S.Th., M.Pd.
memiliki dasar teologis, ekologis dan anthropologis. Ini lah trilogi
ekopedagogi. Bahwa “Manusia dalam kehidupannya harus membangun relasi dengan
Tuhan, relasi dengan alam lingkungan, dan relasi dengan sesama termasuk dengan
diri sendiri,” lanjut Satur.
Yang dimaksudkan dengan relasi
ekololgis adalah, perawatan alam dengan memberdayakan lingkungan sekolah –kebun
sekolah dengan menanam jagung, urai Satur, pada acara Panen Perdana Jagung di
Kebun Sekolah SDN Naibonat (24/9/21). Dan satu-satunya Sekolah Dasar di
Kabupaten Kupang yang memiliki sensibilitas ekologis adalah SDN Naibonat, yang
kepala sekolahnya adalah seorang Simon Anunu, S.Ag., M.Pd, PNS dari Instansi
Kementeri Agama Kab Kupang.
Omong tentang kebun sekolah tentu
sangat erat hubungannya dengan opus manuale (kerja tangan). Kerja tangan
dimaksud di sini adalah pengolahan lahan seluas satu setengah hektar untuk
menanam bibit jagung oleh pihak sekolah bekerja sama dengan Kelompok Tani
Sesando, pihak penyedia bibit jagung Kumala- Cap Panah Merah, Jantan F1 dan
distributor pupuk dari PT. Duta Sentosa yang merupakan perpanjangan tangan dari
Petro Kimia Gersik, Jelas Anunu pada acara tersebut.
Pengelolaan lahan sekolah yang
terangkai beberapa tahap, mulai dari pembalikan tanah, menyiapkan bidang tanam
dan saluran air, mengebor sumur dan pembedengan lahan tanam, menanam,
menyiangi dan merawat pertumbuhan jagung telah dijalankan dengan telaten semasa
pandemic Covid-19 dan pemberlkukan PPKM. “Opus manuale” diawali dengan menanam
bibit jagung pada 2 Juli 2021 dan berbulir penuh pada 15 September 2021
serta panen perdana Jagung Kumala atau Jagung Ketan Anti Oksidan terjadwal pada
Jumat, 24 Sepetember 2021.
Untuk sampai ke tahap panen perdana
ini “kerja keras, kerja cerdas dan kerja sama dengan beberapa pihak terkait
seperti yang disinggung di atas termasuk Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang
sungguh patut diapresiasi. Hendaknya juga kerja ekstra kurikuler di SDN
Naibonat ini “menjadi virus bagi SD lain yang ada di wilayah Kab. Kupang,”
harap Kadis Pertanian dan Tanamam Pangan Kab. Kupang, yang hadir juga pada
Acara Panen Perdana Jagung Kumala Cap Panah Merah di Kebun Sekolah SDN
Naibonat, Kabupaten Kupang. ***