Selasa, 07 November 2023

siap terbit BIOGRAFI RM.DANIEL.J.AFOAN, Pr

 BIOGRAFI

RM.DANIEL J. AFOAN, Pr

TOKOH PENGGAGAS PENDIRI

SMPK SAN DANIEL OEPOLI

 

 

 

Oleh :

Simon Anunu

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SEKAPUR SIRIH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ROMO DANIEL J.AFOAN Pr

 

    Pada tahun 1989 Mgr.Gregorius Monteiro, SVD Uskup Agung Kupang. Menempatkan seorang pastor menjadi Pastor Paroki. Romo Daniel J.Afoan, Pr menjadi pastor paroki Santu Stefanus Naikliu.  Umat katolik yang ada di sini tersebar dalam dua stasi besar. Stasi Naikliu hanya 17 Kepala keluarga. Pilihan Naikliu menjadi pusat Paroki kala itu karena ibu kota kecamatan Amfoang Utara. Maka jadilah paroki Santu Stefanus Naikliu. Pusat Paroki ada di Naikliu, tetapi pusat karya pastoral  ada di stasi Oepoli. Karena umat terbanyak ada di Oepoli.

Sesuai antusias dan perjuangan umat kala itu. Tokoh  umat yang berdiri di garis depan. Bapak Marsel Korbaffo sebagai ketua DPS, Tim katekis terdiri dari Bernardus Rajingan Poylado bersama agen pastoral yang ada di Naikliu  bapak Paulus Penu, Petrus Tapobali, Teodorus Bay bersama umat   katolik  mulai menyiapkan persiapan paroki.

  ROMO DANIEL J.AFOAN Pr

A. PASTOR  PAROKI  SANTU STEFANUS  NAIKLIU

Sebelum ada paroki,  umat katolik  Oepoli  mendapat pelayanan  pastoral dari paroki Eban atas perintah Uskup Atambua Theodorus Sulama, SVD. Menurut tutur umat kala itu imam yang pernah melayani dan mendirikan  gereja Santa Maria oepoli adalah pater Bernard Kock, SVD. Biasa umat menyapa Pater Kock.

Pater Kock pencinta anak-anak. Biasanya setelah misa selalu mengajak anak-anak bermain bersama  di pantai Faefnafu. Biasa dikenal Faefnafu beack. Khas lagu pater Kock adalah kita pastilah menang. Pater Kock pernah menyanyikan lagu ini saat menyebrang sungai Noebesi yang deras banjirnya tapi pater luput dari banjir. Syair lengkap lagunya ini: “kita pastilah menang bersama Kristus Tuhan dalam perjuangan hidup ini. Kupercaya teguh kuberharap kita pastilah menang ”

Napas lagu ini pernah menginpirasi penulis Simon Anunu Metan. Saat bertugas sebagai katekis di Oepoli. Terutama sebagai animator sekami. Mengajarkan dan menjelaskan  lagu ini kepada anak-anak sekami. Mengunjungi sekami per KUB. Gerakan sekami mulai menjalar sampai berbasis KUB. Sampai sekami yang ada di kapela santu Agustinus Mamlasi. Sekami Kepela santa Veronika di Biloka. Sekami kapela santu Laurensius Netemnanu di Taloi. Sekami Kapela santu Petrus di Tataum. Selalu ada kemping rohani sekami setiap hari raya natal dan paskah. Konfoi sekami  per KUB menuju tempat kemping. Ada beberapa tempat yang masih ingat baik seperti pokmeto dikepung oleh pohon lontar menjadi saksi. Padang sabana (humone) Napunef  sekarang menjadi tempat kapela Napunef  yang dihuni oleh umat eks Timor Timur dari Baoknana Nitibe Citrana dan Naktuka yang dinakodai oleh Naef Sonbai.

 Membangun  gedung Kapela santa Maria Oepoli di mana sampai sekarang masih berdiri kokoh. Menurut cerita bapak Marcel Korbaffo. Pater Kock mampu menggerakan umat agar suka dan rela mengumpulkan batu dan pasir secara mandiri. Gedung gereja ini dibangun saat itu tidak ada mobil pengangkut bahan bangunan. Partisipasi umat mengumpulkan batu dan pasir yang dipikul dari sungai Noebesi. Tumpukan batu dan pasir sesuai beban setiap kepala keluarga katolik. Sampai Gedung kapela ini berdiri tegak.

Rupanya kerinduan umat, bukan hanya menanti kosong. Bukan hanya duduk- duduk tinggal tada hasil. Harapan umat semakin kuat. Paroki harus terwujud. Persatuan berdoa bersama. Kemandirian umat membiayai seluruh karya pastoral. Gerakan karya pastoral ekonomi (PSE). Ada sawah gereja. Menghasilkan padi gereja yang dikelola oleh Dewan pastoral stasi. Ini untuk menopang beras untuk pastoran. Karena sebelumnya penghayatan gereja mandiri mulai dari setiap keluarga katolik (KK). Misalnya mau memberi makan pastor yang datang melayani umat. Ketua KUB mengatur umat per KK mengantar makan minum pastor. Ada satu pengalaman menarik. Suatu pagi setelah misa pagi pastor menunggu bagian dari KK yang akan menyiapkan sarapan pagi buat pastor. Rupanya Ketua KUB kurang memperhatikan kalua KK ini juga kurang mampu. Dia pun tidak bisa menyiapkan sarapan pagi pastor karena dia pun tidak punya. Akhirnya si pastor itu sudah lapar terpaksa meminta makanan sarapan pagi dari keluarga terdekat.    Pokoknya berbagai macam cara dilakukan. Misalnya novena di gereja kecil yang selalu dilantunkan doa yang dikenal ROGA yang dipimpin bapak Goris Parera (ayah RM.Deodatus Parera) tak henti-hentinya. Rupanya Bunda Maria mendengar dan mengabulkan harapan mereka.   Berjalannya  waktu  Uskup Mongsinyiur Gregorius Monteiro, SVD memandang perlu harus  ada paroki  di Naikliu dan Oepoli. Rupanya kerinduan umat, bukan hanya menanti kosong. Bukan hanya duduk- duduk tinggal tada hasil. Harapan umat semakin kuat. Paroki harus terwujud. Persatuan berdoa bersama. Kemandirian umat membiayai seluruh karya pastoral. Gerakan karya pastoral ekonomi (PSE). Ada sawah gereja. Menghasilkan padi gereja yang dikelola oleh Dewan pastoral stasi. Ini untuk menopang beras untuk pastoran. Karena sebelumnya penghayatan gereja mandiri mulai dari setiap keluarga katolik (KK). Misalnya mau memberi makan pastor yang datang melayani umat. Ketua KUB mengatur umat per KK mengantar makan minum pastor. Ada satu pengalaman menarik. Suatu pagi setelah misa pagi pastor menunggu bagian dari KK yang akan menyiapkan sarapan pagi buat pastor. Rupanya Ketua KUB kurang memperhatikan kalau KK ini juga kurang mampu. Dia pun tidak bisa menyiapkan sarapan pagi buat pastor karena dia pun tidak punya. Akhirnya si pastor itu sudah lapar terpaksa meminta makanan sarapan pagi dari keluarga terdekat. Hal ini diketahui oleh katekis setelah mengecek roda pelayanan makan pastor. Tindakan yang diambil adalah rapat anggota DPS mengganti pola pelayanan makan minum pastor berbasis pastoran. Harus ada dapur pastoran. Ada yang masak di pastoran. Masalah waktu itu belum ada pastoran. Maka umat berpikir untuk membuat pastoran darurat. Melayani dengan suka cita dan bersuka citalah dalam doa. Pokoknya berbagai macam cara dilakukan. Ada tindakan rohani dan jasmani. Kebiasaan rohani umat berdoa bersama mingguan. Ada umat tertentu yang mempunyai karunia berdoa di gereja kecil.  Misalnya novena di gereja kecil yang selalu dilantunkan doa yang dikenal ROGA yang dipimpin bapak Goris Parera (ayah RM.Deodatus Parera) tak henti-hentinya. Rupanya Bunda Maria mendengar dan mengabulkan harapan mereka.   Berjalannya  waktu  Uskup Mongsinyiur Gregorius Monteiro, SVD memandang perlu harus  ada paroki  di Naikliu dan Oepoli.

   Sesuai antusias dan perjuangan umat kala itu. Tokoh  umat yang berdiri di garis depan. Bapak Marsel Korbaffo sebagai ketua DPS, Tim katekis terdiri dari Bernardus Poylado, Simon Anunu Metan,Yosep Taena, Bernardus Banafanu bersama agen pastoral yang ada di Naikliu  bapak Paulus Penu, Petrus Tapobali, Teodorus Bay bersama umat   katolik  mulai menyiapkan persiapan paroki.

Dalam tradisi Gereja katolik persiapan menjadi paroki disebut Quasi paroki. Saat itu paroki  santu Stefanus Naikliu mulai beraksi. Gayung bersambut keinginan umat bertahun-tahun lamanya. Kerinduan umat akan terwujudnya paroki kini menjadi kenyataan.

Pusat paroki bertempat di Naikliu sebagai ibu kota Kecamatan Amfoang  Utara. Pusat karya pastoralnya ada di Oepoli. Mengapa harus ada di Oepoli karena umat katolik terbanyak. Sangat membutuhkan perhatian reksa pastoral. Pada tahun 1989 Mgr.Gregorius Monteiro, SVD mengutus Pastor Rm. Daniel J.Afoan Pr menjadi  pastor Quasi paroki Santu Stefanus Naikliu. Memang   Rm.Daniel J.Afoan, Pr menjadi pastor  paroki Santu Stefanus Naikliu  selama 10 tahun.  

 Hadirnya seorang pastor paroki  pada  suatu paroki  akan mempengaruhi resksa pastoral. Gerakan pastoral mulai menggema dan masuk dalam relung hati  umat. Setiap umat mengatakan kita ini umat Allah. Bersaksi tentang Yesus Kristus  sang Imanuel  anak Allah yang hidup. Mari kita beraksi. Ada aksi Natal. Aksi paskah yang dikemas dalam APP. Katekese adven. Katekese aksi puasa pembangunan (APP). Katekese HIV/AIDS. Katekese balai-balai di kuburan. Misa panen di mana setiap umat mempersembahkan hasil panen setiap tahun. Kumpulan padi atau jagung  menjadi lumbung untuk membiayai karya pastoral. Bahkan ada umat yang mempersembahkan hasil usaha ternak seperti sapi yang diberi nama sapi gereja.

 Umat larut  dalam lima karya pastoral yaitu:

1). Liturgi jantungnya adalah ekaristi sebagai sumber dan puncak  kehidupan umat beriman. Ada misa di setiap kelompok umat basis (KUB). Hal ini dilakukan untuk memupuk  persatuan, persaudaraan umat. Sekaligus sebagai wadah penetrasi karya pastoral.

 2). Kerygma atau  pewartaan. Isi kerajaan Allah yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Hal-hal ini menjadi jati diri manusia. Perlu diwartakan dalam  kata, sikap, dan perbuatan setiap hari dalam hidup. Menjadi garam dan terang adalah  sosok pribadi yang diguguh dan ditiru. Sembari mengumpulkan harta surgawi selama hayat masih dikandung badan. Sekaligus menjadi bekal masuk surga. Hal ini yang diimani dan diwartakan. Disinilah eorang pewarta melihat cara pandang pola pikir yang jitu.  

3). Diakonia (pelayanan) segala bentuk pelayanan karya pelayanan sosial gereja bagi semua orang yang membutuhkan. Misalnya pastoral sosial ekonomi. Pastor paroki bekerja sama dengan Delsos Keuskupan Agung Kupang. Menghadirkan mesin mol padi yang dikelola oleh usaha bersama (UB) Amo pada tahun 1994. Pada saat itu merupakan satu-satunya mol padi yang ada di oepoli. Mol padi ini yang sangat dirindukan oleh umat dan masyarakat baik dari masyarakat Desa Netemnanu  Utara dan Desa Netemnanu Selatan bahkan sampai Desa Kifu. Mol padi ini pernah berperan membantu SMPK San Daniel Oepoli. Di mana beras untuk guru SMPK San Daniel setiap bulan.Karena honor guru yang sangat kecil. Misalnya kepala sekolah besar honornya 35.000 ditambah beras 10 kilogram perbulan. Beras hasil dari setiap orang yang memnafaatkan  mol  UB AMO.

4). Koinonia (persekutuan).segala bentuk peran serta umat dalam persekutuan untuk membina persaudaraan sebagai anak-anak Allah. Ada empat kelompok umat basis (KUB) di stasi oepoli.KUB santu Yosep, KUB santa Maria.KUB santu Petrus dan KUB santa Bernadeta.

 5). Martyria (kesaksian hidup) karya gereja yang berkaitan dengan segala bentuk peran serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia. Gereja adalah umat Allah. Gereja bersaksi tentang Kristus yang mereka Imani. Kesaksian iman umat diwujudkan dalam segala pengorbankan hidup. Kita saksikan iman Rm.Daniel J.Afoan,Pr. Melayani umat  sampai dibawa banjir di sungai Noelfael. Satu malam dua hari dikepung banjir dalam sungai. Diceritakan oleh RM.Daniel J.Afoan, Pr pada saat misa syukur di sungai Noelfael. Tiba-tiba di tengah sungai itu  air banjir dasyat. Kira-kira seratus meter mau masuk muara. Doa Rm.Daniel J.Afoan, Pr dalam hati “Ya Bapa Tuhan Yang Maha Kuasa. Alam  ini  kau atur. Jangan biarkan hambamu ini larut dalam bencana alam.Luputkan aku dari serangan maut banjir yang dasyat ini. Bila Allah Bapa masih mau menggunakan aku di paroki ini untuk melayani umat-Mu”

Rm.Daniel J.Afoan, Pr membagi pengalaman iman

Ungkapan iman Rm.Daniel.J.Afoan,Pr yang diseringkan saat duduk bersama penulis di bawah pohon mangga belakang pastoran Oepoli usai   katekese  di KUB berdua. Masih dalam ingatan penulis.  Ketika APP biasa kami katekese keliling KUB. Metode katekese yang kami gunakan adalah analisa sosial (Ansos). Metode katekese tanggapan amanat teks (TAT). Biasanya kami mengawali katekese dengan duet menyanyikan lagu “ken neno napipinkit”  artinya kilat dan guntur membangkitkan semangat. Bila dikaitkan dengan katekese  APP membangkitkan semangat pertobatan. Bermetanoia mengubah hidup dari hidup lama menuju hidup baru yang lebih baik. Penekanan pertobatan dan hidup baru disesuaikan dengan kategori  katekese anak-anak, orang muda katolik dan orang dewasa. Biasa katekese malam sampai pagi dini hari. Hal ini menyebabkan besok saat mengajar di sekolah SMPK San Daniel  selalu mengantuk.

 

 Umat Katolik misa syukur

 Pada tahun 1990 umat katolik bersyukur bersama  Romo Daniel J.Afoan, Pr bertempat  di sungai Noelfael. Altar persembahan misa pesis pada akar kaswari yang menopang Romo Daniel pada mukjizat penyelamatan dirinya dari kepungan banjir di tengah sungai itu. Kesaksian kepala Desa setempat yang beragama Kristen protestan mengakui iman orang katolik dalam diri Romo Daniel yang bisa selamat dari kepungan banjir.

 

Kepala Desa Nunuanah memberi kesaksian

Kata kepala desa dalam sambutan usai misa syukur ini. Ketika malam diguyur hujan deras. Malam semakin larut. Hujan pun semakin deras. Banjir yang dahsyat  membuat pawang banjir setempat pun kehilangan akal. Tak berdaya.  Aroma banjir menurut masyarakat setempat  saat itu. Bahwa banjir pemakan manusia. Bahkan orang setempat yang biasa jago berenang di atas banjir kehilangan akal. Upaya menebang pohon kaswari yang tinggi di sekitar sungai Noelfael tidak mampan menyelamatkan raga Romo Daniel. Kepala Desa Nunuanah bersama masyrakat  berjaga sehari semalam menyaksikan Romo Daniel di tengah sungai yang jauh dari darat sekitar 500 meter.

 

Ada dua Malaikat berpakaian putih menjaga RM.Daniel J.Afoan,Pr

 Menurut kesaksian kepala Desa bahwa pada malam hari mereka melihat seperti ada dua  malaikat berpakaian putih  menjaga Romo Daniel dalam  banjir  itu. Diceritakan malam itu kepala Desa mengatur jadwal. Para hansip dan karma mengatur giliran memantau kala RM.Daniel dalam banjir itu. Para pemantau tidak bisa tidur. Penasaran dengan menyaksikan hujan semakin deras. Banjir semakin deras. Dua orang yang berpakaian putih setia mendampingi Rm.Daniel.J.Afoan,Pr.

 Kesaksiannya bahwa selama satu malam satu hari tidak rasa lapar. Pada sore hari itu setelah hujan berhenti  mulai siang itu. Banjir perlahan-lahan derasnya berkurang maka masyarakat Desa Nunuanah dipimpin oleh kepala Desa masuk ke sungai menggotong Romo Daniel. Keluar dari tengah sungai yang sudah redah banjirnya. Kaki  Romo sudah keram.Badannya lemah  karena sudah semalam sehari tidak makan dan minum. Romo Daniel bersama kepala Desa menuju rumahnya. Di sana istri  kepala  Desa sudah masak beras jadi  bubur. Karena Romo Sudah terlalu lapar. Bubur beras dua piring disantap. Setelah makan kekuatannya mulai pulih Kembali. Sebagai orang Timor Romo biasanya harus makan siri pinang yang sudah disiapkan.  Air hangat sudah disiapkan oleh ibu-ibu.yang beragama protestan. Dengan air hangat itu Romo Mandi. Setelah segar semalam Romo bersaksi tentang mukjizat selamat dari banjir dasyat. Dari pandangan Romo kurang lebih 100 meter sudah masuk muara. Pertemuan air laut dengan banjir. Semua orang yang datang di rumah kepala Desa memandang Romo Daniel .J.Afoan sebagai pribadi yang ajaib. Bisa selamat dari banjir yang deras lagi luas sungainya. Kata kepala Desa Romo Daniel ini termasuk orang suci. Kalau orang berdosa pasti sudah mati. Memang seorang pastor katolik  seperti Romo Daniel ini sungguh orang suci disayang Tuhan dan Bunda Maria.      

Stasi  Naikliu Dan Stasi Oepoli

Kegiatan pastoral  dibagi dalam dua wilayah menurut penyebaran umat katolik.Wilayah pelayanan pastoral stasi Naikliu. Dikenal sebagai stasi pusat paroki. Di stasi ini hanya ada satu Kelompok umat basis. Pada umumnya umat yang ada di stasi ini umat katolik yang ada kebanyakan pegawai Negeri Sipil.TNI dan Polri    yang beragama katolik. Bapak Niko Simon sebagai anggota polisi. Mami istri dari bapak Niko Simon  adalah ibu bidan di puskesmas Naikliu. Camat Naikliu  bapak Agustinus Ora Geru  beragama katolik. Isteri bapak Agustinus Ora Geru  adalah ibu guru Sekolah Dasar.

Rm. Daniel J.Afoan, Pr  bersama Paulus Penu dan Petrus Tapob

Menjelang sore hari tim yang terdiri dari Pastor quasi paroki santu stefanus Naikliu Rm.Daniel J.Afoan,Pr bersama Paulus Penu dan Petrus Tapobali kala itu  baru Kembali dari Kupang. Tiba di bibir sungai Noelfael. Niatan  tim ini harus tiba memang di Naikliu pusat paroki. Mereka dihadang oleh banjir sungai Noelfael. Ama Belu sebagai sopir oto paroki berhenti di bibir sungai. Sambil mengamati  luasnya sungai Noelfael. Mobil diparkir. Mereka duduk sambil menunggu kalau derasnya banjir  sungai berkurang. Tak lama kemudian Rm.Daniel J.Afoan, Pr berusaha masuk ke sungai Noelfael. Coba merasakan derasnya banjir kalau bisa oto boleh lewat. Inilah satu-satunya jalan yang harus dilewati. Tidak ada pilihan lain. Luasnya sungai yang sedang banjir tak sadar Rm.Daniel sudah di tengah sungai. Banjir semakin deras membuat Romo tidak berdaya. Mereka berteriak Romo diseret banjir. Paulus Penu dan teman-temannya melihat banjir semakin naik memenuhi bibir sungai. Romo Daniel sudah tidak kelihatan. Hari semakin gelap. Lagi di tengah semak hutan. Mereka sendirian  jauh dari pemukiman penduduk. Di seberang sungai Noelfael ada kampung Desa Nunuanah.         

Rm.Daniel J.Afoan, Pr membagi pengalaman iman

 Iman yang semakin diuji harus semakin ditantang. Berikut ini kisah Rm.Daniel J.Afoan,Pr diseret banjir sungai Noelfael. Selama satu malam satu hari dikepung banjir. Ketika Romo bercerita tentang saat di bawa banjir. Saya memang sudah pasrah pada kehendak Allah. Sore kelabu menjelang matahari ditelan bumi. Hati gelisah karena sejauh mata memandang hanya banjir yang terbentang. Aku masih hidup. Hari semakin gelap.Tiba-tiba saya merasa seperti ada tangan yang menopang. Hujan semakin deras. Banjir bercampur gelap menjadi satu. Darat yang saya rindukan semakin tidak jelas. Aku di atas derasnya banjir di tengah sungai Noelfael. Aku rasakan ada sebatang pohon yang mengeluarkan akarnya yang besar. Di atas akar ini aku duduk semalam. Tiba-tiba air sungai terbelah menjadi dua. Membentuk darat yang membiarkan aku mendarat. Aku berdoa, “Ya Allah Bapa bila bapa masih menggunakan saya di dunia ini untuk mewartakan Sabda-Mu pasti saya selamat. Doa ini saya daraskan berulang – ulang sampai terbangun dari tidur dalam banjir yang dasyat itu. Ketika tertidur seperti ada suara yang membangunkan. Akhirnya sampai matahari terbit menyinari bumi ini. Saya melihat  betul ada akar besar dari suatu pohon kaswari yang besar dan Panjang. Saya selamat. Pagi itu pun banjir belum surut. Saya melihat banyak orang di tepi sungai bersiap-siap menunggu membantu saya keluar dari sungai. Sampai sore hari baru mereka berhasil masuk dengan merenang sampai di tempat saya duduk. Rupanya banjir sudah surut. Ada beberapa orang datang menggotong saya dengan kursi dan keluarkan dari sungai yang masih banjir itu”

 Cerita ini penulis dapat dari Rm.Daniel J.Afoan,Pr Ketika kami berdua pulang dari Katekese. Duduk-duduk di bawah pohon mangga di belakang pastoran Oepoli. Pohon mangga menjadi saksi bisu.

 

 

Yayasan Daniel Broutieur dibubarkan

 

 Di bawah pohon mangga di belakang Pastoran  ini penulis pernah memberi masukan kepada Rm.Daniel J.Afoan,Pr  agar SMPK San Daniel Oepoli sebaiknya diserahkan ke Yaswari Keuskupan Agung Kupang. Jangan sampai suatu saat Romo dan penulis tidak ada siapa yang harus lanjutkan sekolah ini. Berjalannya waktu Romo pindah ke Alor. Sebelum ia pindah Romo Daniel J.Afoan,Pr menyuruh penulis membuat laporan kekayaan Yayasan Daniel Broutieur di Oepoli Bersama guru dan siswa SMPK San Daniel Oepoli. Penulis dan Rm.Daniel J.Afoan,Pr menghadap Uskup Mgr.Petrus Turang menyerahkan SMPK San Daniel Oepoli masuk Yaswari. Yayasan Daniel Broutieur dibubarkan.

 

Suster Hilde CB sebagai ketua Yayasan Swasti Sari menerima SMPK San Daniel Oepoli.

 

 Saat  Ketua Yayasan Swasti Sari menerima SMPK San Daniel Oepoli. Seluruh kekayaan sekolah  ini menjadi milik Yaswari. Penulis menyerahkan Sapi 15 ekor. Uang tunai 11 juta. Siswa dan guru serta Gedung yang masih darurat. Penulis langsung menerima Surat Keputusan 100% menjadi guru Yaswari. Lalu menyusul guru satu persatu diproses menjadi guru Yaswari. Penulis hanya bertahan menjadi guru Yaswari selama satu tahun saja. Karena pada tanggal 1 maret tahun 2000  penulis lulus tes masuk CPNS. Sampai sekarang SMPK San Daniel oepoli sudah jaya di bawah pimpinan kepala Sekolah RD.Januario Gonzalfes.   

Rm.Daniel J.Afoan, Pr bersama Katekis Simon Anunu katekese keliling KUB di Oepoli.

Gerakan Aksi Puasa  Pembangunan setiap tahun sangat mempengaruhi karya pastoral. Keuntungan karya pastoral turun ke bawah. Beralaskan sabda Tuhan mendarat di hati umat. Ini membutuhkan suatu proses. Salah satunya proses pendalaman iman dalam katekese. Salah satu penetrasi iman dan nampak  dalam perubahan perilaku iman. Ada kekompakan umat dalam KUB. Tanggungan koor mingguan. Pembinaan iman anak remaja dalam sekami. Ada dana solidaritas KUB. Semua program pastoral cepat dipahami umat karena ada Katekese. Dalam katekese umat memperdalam imannya melalui bacaan kitab suci. Kunjungan pastor dan agen pastoral dan  misa Kelompok Umat Basis (KUB).   Ungkapan iman Rm.Daniel.J.Afoan,Pr yang diseringkan saat duduk bersama penulis di bawah pohon mangga belakang pastoran Oepoli usai   katekese  di KUB berdua. Masih dalam ingatan penulis.  Ketika APP biasa kami katekese keliling KUB. Metode katekese yang kami gunakan adalah analisa sosial (Ansos). Metode katekese tanggapan amanat teks (TAT). Biasanya kami mengawali katekese dengan duet menyanyikan lagu “ken neno napipinkit”  artinya kilat dan guntur membangkitkan semangat. Bila dikaitkan dengan katekese  APP membangkitkan semangat pertobatan. Bermetanoia mengubah hidup dari hidup lama menuju hidup baru yang lebih baik. Penekanan pertobatan dan hidup baru disesuaikan dengan kategori  katekese anak-anak, orang muda katolik dan orang dewasa. Biasa katekese malam sampai pagi dini hari. Hal ini menyebabkan besok saat mengajar di sekolah SMPK San Daniel  selalu mengantuk.

Katekese ikat jagung di Mamlasi di bawah terang bulan

Bahkan Katekese ikat jagung. Katekese ikat jagung ini terjadi di Mamlasi  persis umat malam ikat jagung. Begini ceritanya pada saat katekis datang di Mamlasi mau katekese Aksi Puasa Pembangunan (APP). Guru agama kapela dan sekaligus ketua KUB Bonivasius Samone mengatakan malam ini umat tidak bisa hadir katekese. Karena mereka berkumpul di kebun musim ikat jagung. Katekis bilang itu Namanya Katekese ikat jagung. Malam ini kita katekese di kebun tumpukan jagung siap diikat. Di bawah terang bulan kami katekese APP. Sambil makan jagung goreng supaya jangan mengantuk. Setengah jam ketekese selesai. Masih bahas persoalan umat mulai masalah perkawinan. Sampai Pendidikan anak-anak. Katekis larut malaman katekese  tidur di kebun beralaskan jagung. Katekis  didampingi  ayah kandung bapak Ignasius Saba Metan yang mau melihat dan menyaksikan  apa yang dikerjakan anaknya sampai bermalam-malaman.

 

Katekis Simon Anunu mengunjungi Kapela  santu Agustinus Mamlasi dan santa Veronika Biloka

 

Kalau zaman dulu kala  perjanjian lama ada para Nabi mempersiapkan jalan Tuhan. Nabi yang terakhir Yohanes Pembaptis. Mempersiapkan jalan Tuhan. Ia menyerukan pertobatan. Banyak orang bertobat  memberi diri dibaptis. Mau mengikuti jalan Tuhan. Ia mengatakan aku mempermandikan kamu dengan air.Tapi Dia yang datang  sesudah aku Ia akan mempermandikan kamu dengan Roh Kudus. Ia melepaskan kasutnya pun  aku tidak layak.

Semangat Injil ini membakar spiritual  katekis Simon Anunu. Berkeliling sambil berbuat baik. Dengan katekese keliling umat basis dan kapela di stasi Oepoli. Bermalam-malaman bersama umat larut dalam katekese. Karena katekese yang intens bukan sekedar sharing pengalaman. Baik pengalaman  hidup dunia dan pengalaman iman. Menjadi wadah penyelesaian masalah pelayanan umat dalam Kelompok umat Basis.

Khas umat yang ada di Mamlasi mereka ber KUB bergambung dengan KUB Santa Bernadeta yang ada di Netemnanu Selatan di Tataum. Masalah yang muncul ketua KUB ada di Tataum. Bagaimana bisa berdoa rosario sampai di  Mamlasi? Ini yang membuat katekis menemukan masalah pelayanan.

Solusi yang kami ambil adalah memutuskan bersama umat yang ada di Mamlasi harus KUB sendiri. Bagimana caranya? Persoalan ini harus dibawa ke rapat Dewan pastoral Stasi dan pastor paroki. Membutuhkan proses Panjang.

 

Apa arti sebuah nama

 

Harapan dan doa umat Mamlasi akhirnya terjawab. Kali berikut katekis datang lagi dengan katekese APP tahun berikutnya. Menyampaikan keputusan bahwa umat Mamlasi boleh menjadi KUB sendiri. Umat menyambut dengan baik. Mulai menginventaris orang katolik yang tinggal di Mamlasi ada 10 kepala keluarga (KK). Harus mandiri dalam pelayanan pastoral mulai liturgi dan keseluruhan karya pastoral. Umat mamlasi siap membawa aspirasi ini kepada DPS dan pastor paroki. Mari kita memikirkan nama KUB baru hasil pemekaran dari KUB Santa Bernadeta. Usul katekis nama KUB ini santu Agustinus. Karena Santu Agustinus bila kita merenungkan Riwayat hidupnya  termasuk anak nakal. Hidupnya penuh dosa. Ibunya selalu mendoakan agar ia cepat bertobat. Doa mengalahkan segala kekuatan dosa. Maka pada suatu saat Agustinus bertobat. Hidupnya berubah seratus persen. Agustinus dikenal sebagai uskup dan pujangga Gereja. Ia pernah menulis tentang kerahiman Allah. Allah itu maha Rahim. Rahasia kehidupan ada dalam Allah.

 

Rm.Daniel J.Afoan,Pr komitmen pastoral Pendidikan

 

Pemerintah Kecamatan Amfoang Utara pada saat itu sangat mendukung Pendidikan di Oepoli. Melalui kepala kantor cabang Dinas Pendidikan dan kebudayaan kecamatan Amfoang Utara Paulus Dae. Mendekati Rm.Daniel J.Afoan ,Pr untuk melanjutkan menghidupkan Kembali  SMP YURKAU yang sudah lama non aktif. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Simon Anunu. Maka awal berdiri SMPK San Daniel Oepoli kursi dan bangku SMP Yurkau yang ada di Naikliu dipindahkan ke Oepoli. Penulis waktu itu sebagai bendahara SMPK San Daniel Oepoli yang menginventaris barang-barang ini.

 

Pada tanggal 1 bulan Juli tahun 1990 berdiri SMPK San Daniel Oepoli. Pada tahun 1993 baru ada ijin operasional dari Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Kupang. Menurut tutur tokoh masyarakat Oepoli Thom Kameo. Sebelum ada SMP di sini. Anak-anak yang mau sekolah harus ke Naikliu atau harus ke Kefa. Thom Kameo sangat mendukung berdirinya SMPK San Daniel Oepoli. Thom Kameo menjadi ketua komite. Satu-satunya SMP Katolik ada di Amfoang. Di Oepoli menjadi lahan subur berkembangnya Lembaga Pendidikan katolik. Memang ini andilnya umat katolik yang ada di Oepoli. Dari segi kwantitas jumlah umat itu dihitung dengan jari. Tapi kwalitas sumber daya manusia boleh dikata sangat lumayan.

 

 Yayasan Daniel Broutieur

Untuk mendirikan sekolah harus ada Yayasan pengelola. Sebelum Rm.Daniel J.Afoan,Pr mendirikan SMPK San Daniel Oepoli. Ia harus menhadap akte Notaris. Notaris yang Romo hadapi adalah Silvester Mambait,SH. Untuk mendapat akta pendirian sekolah. Dalam akte pendirian  harus ada biaya. Biaya pendirian SMPK San Daniel Oepoli dalam akte pendiriannya hanya 10.000. Ketua Yayasan Daniel Broutieur adalah Rm.Daniel J.Afoan,Pr. Sekretaris Yayasan ini Bernardus Rajingan Poylado. Bendahara Marsel Korbaffo.

 

 Guru-guru perdana SMPK San Daniel Oepoli

 

Ada 8 orang yang direkrut menjadi guru SMPK San Daniel Oepoli. Kepala sekolah Ria Ngusu Damianus,A.Md guru PPKn. Simon Anunu guru agama katolik dan kesenian serta bendahara. Philipus Malo Bulu guru IPA fisika biologi. Laurensius Tefa guru matematika. Blasius Bria guru Bahasa Indonesia. Martinus Siki guru Orkes. Ana Leha Totnay guru IPS geografi dan sejarah. Yosefina  Manehat guru Ketrampilan. Semua guru ini sebelum laksanakan tugas mengikuti pembekalan di SMPK Santu Yosep Naikoten Kupang. Delapan orang guru ini pada awalnya tinggal bersama dalam satu rumah. Makan dari satu periuk. Yang masak adalah guru yang tidak mengajar hari itu. Maka ada jadwal masak yang dibuat oleh Simon Anunu. Selama tahun pertama guru-guru dapat beras dari padi gereja. Diatur oleh bendahara Simon Anunu.

 

Gaji guru-guru perdana baru dibayar diakhir tahun ajaran karena harus himpun dana dari siswa perbulan Rp.2.500.

 

Dana awal untuk Yayasan ini hanya Rp.10.000 dan mengandalkan pelayanan. Guru perdana tidak pernah tanya kita dapat berapa. Hanya dibenak mereka apa yang harus kita lakukan untuk SMPK San Oepoli. Kami larut dalam buayan motivasi Rm.Daniel J.Afoan,Pr untuk menjadi saksi Kristus. Tapi heran pada saat itu tidak ada di antara kami merontak tentang gaji.  

 

 

Yayasan Daniel Broutieur dibubarkan

 

       Di bawah pohon mangga di belakang Pastoran  ini penulis pernah memberi masukan kepada Rm.Daniel J.Afoan,Pr  agar SMPK San Daniel Oepoli sebaiknya diserahkan ke Yaswari Keuskupan Agung Kupang. Jangan sampai suatu saat Romo dan penulis tidak ada siapa yang harus lanjutkan sekolah ini. Berjalannya waktu Romo pindah ke Alor. Sebelum ia pindah Romo Daniel J.Afoan,Pr menyuruh penulis membuat laporan kekayaan Yayasan Daniel Broutieur di Oepoli bersama guru dan siswa SMPK San Daniel Oepoli. Penulis dan Rm.Daniel J.Afoan,Pr menghadap Uskup Mgr.Petrus Turang menyerahkan SMPK San Daniel Oepoli masuk Yaswari. Yayasan Daniel Broutieur dibubarkan.       

 

               PENDIDIKAN ADALAH BUAH CINTAKU KEPADAMU

      Pada tanggal 1  Juli 1990   SMP Katolik San Daniel Oepoli  mulai berdiri di bawah payung hukum  Yayasan Daniel Broutieur. Berkolaborasi dengan pemerintah setempat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Kabupaten Kupang mengeluarkan izin operasional pada tahun 1993. Penulis adalah salah satu guru dari delapan guru pemula.

            Pada akta notaris pendirian  SMPK San Daniel Oepoli  tertulis modal awal Rp.10.000 (sepuluh ribu rupiah). Pendirinya pastor paroki yang note bene tidak punya uang. Hanya semangat  mau pastoral Pendidikan jalan. Yayasan Daniel Broutieur  itu ada hanya untuk memenuhi tuntutan hukum agar SMPK San Daniel oepoli  lahir. Semangat ini diinspirasi oleh Santu Daniel Broutieur yang pernah mendirikan sekolah katolik  tanpa ada uang. Menurut cerita RM.Daniel J. Afoan Pr,pada saat melihat dan merasakan betapa pentingnya Pendidikan di oepoli. Beliau membaca sebuah buku  yang bercerita tentang Pastor Daniel Broutieur yang mendirikan sebuah sekolah hanya karena semangat mencintai Pendidikan. Diceritakan pada saat pastor Daniel ini dipanggil oleh Uskup untuk mempertanggung jawabkan sekolah yang dirikan di sebuah Desa di mana paroki itu berada. Pastor ini tidak pernah bayangkan bahwa nanti ada donatur yang membantu memberikan uang secukupnya untuk membangun sekolah itu.

            Di pintu gerbang uskup itu ada seorang yang tidak dikenal oleh pastor Daniel Broutieur. Orang itu memberikan sebuah amplop yang berisi uang. Pastor Daniel Broutieur tidak membuka dan mengetahui  isi amplop itu. Lanjut cerita Rm. Daniel J.Afoan,Pr, bahwa amplop itu langsung diberikan kepada uskup. Pada saat uskup bertanya berapa jumlah uang yang dibutuhkan untuk membangun sekolahnya. Langsung uskup membuka amplop itu yang tadi diberikan oleh orang yang tidak dikenal. Jumlah uang yang ada dalam amplop itu persis seperti yang dilaporkan oleh pastor Daniel Broutieur dalam proposal pendirian Sekolah itu.

            APA ARTI SEBUAH NAMA

Pada awal lahirnya SMPK San Daniel Oepoli para pastor di Keuskupan Agung Kupang bertanya mengapa  harus bernama San Daniel?  Nama yayasannya juga Daniel. Apakah ini Rm.Daniel J. Afoan mengkultuskan diri? Pertanyaan ini di dengar oleh Simon Anunu pada saat rekoleksi dan pertemuan para Pastor di Wisma Oemat Honis Camplong. Kala itu Simon Anunu Katekis Oepoli mengikuti kegiatan ini. Dalam Aula Wisma Oemat Honis Simon Anunu bersaksi. Menceritakan kepada khalayak ramai. Tentang asal muasal nama SMPK San Daniel Oepoli. Ruangan aula sunyi diam tertegun mendengarkan cerita kesaksian Sang Katekis. Seolah hanya ada dalam ruangan aula itu simon seorang diri. Pada saat itu simon melihat seorang pastor yang tidak disebut namanya menganggup-anggup. Seolah-olah nama ini mengagumkan.

SMPK adalah akronim dari sekolah menengah pertama Katolik. San Daniel adalah akronim dari Santu Daniel. Oepoli adalah nama tempat yang terindah di muka bumi ini khas dan unik. Oepoli  adalah surga yang tersembunyi di kolong langit ini. Nun jauh di sana tempat aku dibesarkan dalam karierku sebagai seorang katekis. Di sinilah terukir banyak kisah di gereja tua. Pohon beringin besar dan pohon asam di sumur tua menjadi Saksi bisu kehidupan ini. Disilah RM.Daniel J.Afoan,Pr menemukan ide gagasan. Mendirikan sebuah pohon Pendidikan yang di balut dalam literasi. Misalnya di gerbang pintu SMPK San Daniel tertulis di kayu palang berbunyi “Di sini aku diasah,diasuh dan diasih”  

Dalam  tradisi Gereja Katolik memberi nama pada tempat dan orang, di  tanah misi katolik berada dan berkarya haruslah nama yang diambil dari nama orang kudus. Landasan nama pelindung seakan memberi makna spiritual semangat seperti orang kudus itu. Ada keyakinan bahwa orang kudus yang kini sudah bersama dengan Allah di Surga akan mendoakan dan memberkati  tempat dan orang itu.

Semangat Santu Daniel Broutieur menyemangati Rm.Daniel  J.Afoan,Pr mengumpulkan delapan orang guru. Delapan orang guru direkrut sesuai latar belakang Pendidikan. Guru PPKn  Ria Ngusu Damianus.  Guru Bahasa Indonesia Blasius Bria. Guru agama Katolik Simon Anunu sekaligus bendahara sekolah. Guru Matematika Laurensius Tefa. Guru PJOK Martinus Siki. Guru IPA Filipus Malo Bulu. Guru Ketrampilan Ibu Anna Leha Totnai. Guru Kesenian ibu Yosefina Manehat. Bahasa Inggris  diajar oleh RM.Daniel.J.Afoan,Pr.

MAKAN BERSAMA DARI SATU PERIUK

Pada awalnya delapan guru ini tinggal dalam satu rumah. Rumah Pastoran yang beratap daun gewang dan berdinding bebak (pelepah gewang). Daun Pintu dari bebak dan hanya dikunci dengan cara ikat dengan tali gewang. Rumah ini memiliki tiga kamar. Satu kamar makan dan sekaligus kamar tidur untuk yang laki-laki. Dari delapan guru ini  masak untuk makan pagi siang dan malam dari satu periuk. Ada jadwal masak untuk setiap guru. Bila tidak mengajar pasti dia punya tugas masak.  

Beras untuk makan diambil dari padi gereja. Mol di mol gereja Bernama mol Amo. Sayur dan lauk pauk diatur oleh pastor Paroki sekaligus ketua Yayasan.

BAGAIMANA GAJI GURU

Gaji selama tahun pertama 1990 baru dibayar akhir tahun ajaran. Mengapa harus begitu? Karena uang untuk gaji tunggu dikumpulkan dari uang sekolah anak perbulan peranak Rp.2.500. Pada tahun ajaran  pertama hanya 35 siswa. Gaji guru perbulan dihitung berdasarkan jam mengajar perminggu. Penulis masih ingat gaji kepala sekolah Rp.35.000 perbulan sedangkan guru yang lain ada yang sampai  Rp.17.500 perbulan.

MOGOK MENGAJAR MALAH DIPETCAT GURU SMPK SAN DANIEL OEPOLI

Pada suatu hari di pagi hari segar. Udara sejuk mendukung kebiasaan apel pagi tepat pukul 6.30 wita. Tidak sepertinya semua guru baris di depan siswa. Hanya pak guru Simon Anunu berdiri seorang diri di hadapan siswa. Mengarahkan siswa pada disiplin sekolah. Disiplin siswa masuk sekolah dan belajar dengan tekun. Mengikuti disiplin seperti para guru selalu disiplin mengajar. Dari wajah anak-anak saya mendapatkan paras wajah seolah mau mengomentari  kenapa guru banyak yang tidak hadir. Kok tidak disiplin. Ternyata guru-guru yang lain ada di jalan raya seolah tidak tahu disiplin sekolah. Ternyata mereka mau bertemu Rm.Daniel J.Afoan,Pr, sebagai kepala Sekolah saat itu. Sekaligus Ketua Yayasan Daniel Broutieur.

            Maksud guru-guru yang tidak masuk barisan apel pagi karena mau mogok mengajar. Alasan mereka suapaya gaji mereka dinaikan. Barisan guru yang mogok mengajar diketuai oleh Drs.Gregorius Anunut. Maksud mereka ini sudah diketahui oleh guru Simon Anunu yang tidak mau terlibat. Alasan tidak terlibat karena tetap pendirian SMPK San Daniel Oepoli harus tetap eksis. Jangan berorientasi uang tetapi pengabdian.

            Barisan guru mogok semakin mendekati pintu pastoran. Ada seorang guru bernama  Martinus Siki mendekati Simon Anunu atas perintah ketua kelompok guru mogok mengajar. Supaya simon yang membawa mereka bertemu kepala sekolah. Saat itu guru yang masuk mengajar hanya Simon Anunu. Maka sebelum tinggalkan kelas harus memberikan tugas belajar kepada siswa dengan moda mengajar kelas rangkap. Setelah semua siswa kelas VII, VIII  dan kelas IX mendapat tugas. Simon Anunu menuju barisan guru mogok bertemu Rm.Daniel.J.Afoan,Pr.

            Pintu pastoran terbuka setelah dijinkan oleh pastor Kepala Sekolah. Katanya silahkan masuk. Saat semua guru barisan mogok duduk dengan sopan dalam ruangan pastoran. Romo kepala sekolah keluar dari kamar. Selamat pagi bapak ibu guru. Saya lihat dari lubang pagar  berbahan daun gewang yang memisahkan pastoran dengan sekolah. Kala itu Gedung SMPK San Daniel Oepoli menggunakan Gedung darurat. Pernah dibangun untuk aula. Hanya seorang guru Simon Anunu. di manakah yang lain. Lalu ketua kelompok guru mogok Drs.Gregorius Anunut menuturkan maksud kedatangan bertemu. Katanya “Kami mau mogok mengajar, supaya ketua Yayasan menaikan gaji kami. Menurut kami gaji terlalu kecil tidak cukup biaya hidup” Jawaban dari RM.Daniel J.Afoan dengan wajah tampak kemerahan, “katanya ” Mulai sekarang kamu tidak boleh jadi guru di SMPK San Daniel Oepoli.  Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. Maaf saya tidak bisa berlama-lama karena harus pergi ke sawah.

            Bagaimana tanggapan guru-guru peserta mogok. Mereka tidak setuju dengan keputusan kepala sekolah. Setelah keluar dari pastoran ada dua guru mendekati guru Simon Anunu. Guru Martinus Siki dan guru Philipus Mallo Bulu. Menjelaskan bahwa kami tidak bermaksud   supaya dikeluarkan. Tetapi dipengaruhi oleh pa Goris. Mulai saat itu ada dua kubu guru. Besok paginya  mereka guru mogok itu Kembali bertemu Rm.Daniel J. Afoan meminta maaf sekaligus mohon diterima Kembali menjadi guru di SMPK San Daniel Oepoli.

MENGAPA SMPK SAN DANIEL OEPOLI MASUK YASWARI KEUSKUPAN AGUNG KUPANG

            Pada suatu saat setelah katekese dari KUB Santu Yosep. KUB ini yang ada di sekitar pastoran Oepoli. Biasa Katekese  (APP)  selesai dan Kembali sudah larut malam. Di bawah pohon mangga belakang pastoran oepoli. Kami berdua Rm.Daniel J,Afoan dan Simon Anunu duduk-duduk melepas Lelah. Sambil duduk kami berbincang tentang  masa depan sekolah ini. Simon Anunu menganjurkan lebih baik SMPK San Daniel Oepoli diserahkan ke Yaswari Keuskupan Agung Kupang. Alasannya apabila Rm.Daniel J.Afoan suatu Ketika pindah dari Oepoli apakah pastor yang datang berjiwa Pendidikan seperti Rm.Daniel. Hal ini menjadi perbincangan hangat.  Suatu Ketika keputusan menyerahkan sekolah ini ke Yaswari terjadi  sebelum Rm.Daniel pindah ke  seminari santu Rafael Oepoi Kupang.

PROSES SMPK SAN DANIEL OEPOLI MASUK YASWARI KEUSKUPAN AGUNG KUPANG

            Atas perintah Ketua Yayasan Daniel Broutieur. Simon Anunu bertemu Ketua Yaswari Keuskupan Agung Kupang. Bertemu  pembina Yaswari yang mulia Uskup Agung Kupang Mgr.Petrus Turang,Pr. Dari hasil pertemuan ini bapak Uskup memerintahkan silahkan proses perpindahan ini dan bubarkan Yayasan Daniel Broutieur. Pendekatan berlanjut ke Ketua Yaswari Suter Hilda, CB. Dari hasil pertemuan dengan suster kami menyiapkan hal-hal  penyerahan. Pada saatnya di depan Uskup Agung Kupang Mgr.Petrus Turang,Pr kami menyerahkan seluruh kekayaan SMPK San Daniel Oepoli. Uang tunai Rp.11.000.000 (sebelas juta rupiah). Sapi 15 ekor saat itu digembalakan oleh Bapak Emanuel Daos. Seluruh sarana prasarana. Kepala sekolah dan guru-guru dan seluruh siswa kelas VI, VIII dan kelas IX. Suster Hildegardis ketua Yayasan Swasti Sari Keuskupan Agung Kupang. Menrima  semua inventaris milik SMPK San Daniel Oepoli yang diserahkan oleh Simon Anunu. Mulai  saat itu SMPK San Daniel Oepoli menjadi milik Yaswari Keuskupan Agung Kupang pada tahun 1998. Simon Anunu langsung diangkat menjadi guru tetap Yaswari. Itu pun karena saya menuntut supaya semua guru yang diserahkan  harus langsung guru tetap. Tetapi ternyata tidak seperti yang diharapkan. Sebelum Simon Anunu lolos CPNS  tahun 2000 protes suater Ketua Yaswari  dengan ancaman kalau semua guru yang diserahkan diperlakukan bukan guru tetap lebih baik sapi dan uang yang sudah serahkan kembalikan kepada kami. Karena itu usaha hasil keringat kami. Biar kami bagi-bagi. Dihadapan suster ketua Yaswari saya tegaskan.

KEADAAN TERKINI SMPK SAN DANIEL OEPOLI

            Kren di media sosial ternyata boleh dikatakan SMPK San Daniel Oepoli zaman now. Mengapa dikatakan demikian? Kover depan fasce book kini selalu kita baca tampilan penampilan yang sangat bagus. Sangat bersaing dengan perkembangan zaman terkini. Didukung oleh kepala sekolah sekarang Rm.Januario Gonzaga, Pr. Membuka flatform fasce book SMPK San Daniel Oepoli. Membuat banyak orang ingin berkomentar tentang perkembangan pesat sekolah. Rupanya merdeka belajar sudah diterapkan. Terima kasih kepada Kepala sekolah dan guru-guru. Kamu semakin mengukir prestasi mandiri belajar dan merdeka belajar. Kami sebagai pendiri sangat bangga. Senang melihat kemajuan Pendidikan di Oepoli khususnya sekolah yang kita cintai. Ternyata tidak sia-sia usaha para pendiri, guru pemula, umat stasi dan kini sudah menjadi paroki Santa Maria Mater Dei Oepoli.

            Sejarah mengukir. Yang lalu perlu dikenang. Sekarang menjadi kenyataan. Masa yang akan datang menjadi harapan. Jangan lupa mendoakan arwah almarhum Rm.Daniel J.Afoan,Pr. Mendoakan arwah almarhum bapak Marcel Korbaffo. Mereka ini sudah Bahagia Bersama bapa di surga. Mari kita katakan Requeiscat In Pace (RIP).  Beristirahat dalam damai di rumah Allah Bapa. Menjadi pendoa bagi kita yang masih berziarah di dunia ini sebagai Gereja pejuang. Berziarah menuju rumah Bapa.

     

                                           

A.    PASTOR  PAROKI  SANTU STEFANUS  NAIKLIU

Sebelum ada paroki di Oepoli,  umat katolik  Oepoli  mendapat pelayanan  pastoral dari paroki Eban atas perintah Uskup Atambua Theodorus Sulama, SVD. Menurut tutur umat kala itu imam yang pernah melayani dan mendirikan  gereja Santa Maria oepoli adalah pater Bernard Kock, SVD. Biasa umat menyapa Pater Kock.

Pater Kock pencinta anak-anak. Biasanya setelah misa selalu mengajak anak-anak bermain bersama  di pantai Faefnafu. Biasa dikenal Faefnafu beack. Khas lagu pater Kock adalah kita pastilah menang. Pater Kock pernah menyanyikan lagu ini saat menyebrang sungai Noebesi yang deras banjirnya tapi pater luput dari banjir. Syair lengkap lagunya ini: “ Kita pastilah menang bersama Kristus Tuhan dalam perjuangan hidup ini. Kupercaya teguh kuberharap kita pastilah menang ” solmisasi lagu ini yang pernah ditutur dan dinyanyikan oleh umat yang pernah bersama Pater Kock, SVD seperti opanya sekami sekarang Yosep Romedi. Beginilah solmisasinya:  

“ 5  5  /  6  6 / 5  4 /  3.  /  5  5 / 6  6 / 5   4 /  3  . / 5  5 / 6  7 / 1 . / 2 ./

  Kita   pasti lah menang bersamaKristus Tuhan dalam perju a  ngan

7   6  /   7  5 /  6  7 /1 . / 7.  / 6  5 /   6  5 / 4  3 / 5  5 / 1  4  /  3 . /  2 . / 1 . / “

Hi dup  i   ni  kuperca   ya   teg uh  kuberharap kita  pasti   lah  me   nang

     Penulis memaknai kata-kata dalam lagu ini. Sebagai seorang misionaris menjadi misioner harus bersatu dengan misionaris Agung Yesus Kristus. Apa pun masalah yang dihadapi pasti menang. Kemenangan yang dimiliki oleh utusan Pewarta Sabda Allah. Karena berkat persatuan pewarta dengan isi sang sabda itu sendiri yaitu Yesus Kristus. Misalnya pater Kock yang menang dari serangan maut banjir deras sungai Noebesi. Kala itu ia datang dari Eban mau melayani umat katolik Oepoli. Katanya pater biasa dengan kudanya biar banjir deras kuda dan Pater Kock selamat. Karena Pater menyanyi dan meditasi dengan makna lagu kita pastilsh menamg bersama Kristus Tuhan. Mulai  saat itu umat katolik meyakini bahwa biar banyak tantangan, tapi bersatu dengan Kristus Yesus semua tantangan menjadi berkat. Ada hidup baru. Setelah mengalami tantangan iman  pasti selamat dan berhasil dalam perjuangan hidup.

    Hal ini dialami penulis dalam melaksanakan tugas sebagai katekis. Pada saat itu Tim katekese APP 1995. Terdiri dari   ketua Tim Simon Anunu bersama kepala Desa Netemnanu Selatan Bapak Agustinus Kuil mendapat tugas di Kepela Santa Veronika Biloka. Sementara Katekese di Kapela ini ada hujan lebat selama satu minggu. Hujan lebat ini mengakibatkan banjir sungai Noelfael yang memisahkan kapela Santa Veronika Biloka dengan Kapela Santu Laurensius Taloi di Netemnanu. Pada hari ke enam banjir pun belum turun. Banjir semakin deras. Ada peserta Katekese umat Kapela santa Veronika menjadi korban  arus deras banjir itu. Dia memaksa diri menyebrang  arus banjir  deras menyeretnya sepanjang   100 meter dan ditemui dalam keadaan sudah mejadi jenasah. Hal ini semakin membuat situasi tegang. Tim Katekese yang sebenarnya hanya berkatekese satu malam diperpanjangn menjadi satu minggu. Menunggu sampai curah hujan berkurang. Maka penulis adalah ketua Tim Katekese saat itu tidak kehilangan akal. Tema APP 1995 ada empat diborong habis. Termasuk aksi nyata menanam kelapa 100 pohon. Penulis memfasilitasi diskusi memberi nama kapela Biloka santa Veronika. Penulis memilih nama ini karena santa Veronika mempunyai sejarah penting dalam Gereja Katolik. Misalnya pada saat Yesus memikul salib. Pada perhentian ke Enam Veronika mengusap wajah Yesus. Sebagai balasan ia mendapat  disaputangannya terukir wajah Yesus. Aplikasi dari arti sebuah nama umat Biloka bertobat. Mengubah perilaku hidup beriman lebih baik. Akhirnya Tim Katekese APP 1995 pulang dengan selamat melewati banjir yang deras. Pada saat menyebrang sungai penulis bernyanyi kita pastilah menang bersama Kristus Tuhan dalam perjuangan hidup ini. Situasi ini masih kukenang sampai saat ini. Bersama Yesus dalam perjuangan hidup dan kehidupan penulis selalu sukses.

        Dulu waktu penulis mengajar di SMPK San Daniel Oepoli hanya dengan ijasah SPGAK. Penulis selalu merasa diri tidak layak. Mengajar layak karena sesuai latar belakang pendidikan sebagai guru agama katolik sejak tahun 1990 sangat layak. Bahkan saya bangga karena semakin dipercaya oleh Ketua Yayasan Daniel Broutieur Rm.Daniel J.Afoan,Pr menjadi kepala sekolah SMPK San Daniel Oepoli. Kerja sebagai kepala sekolah tetapi laporan keluar Romo Daniel menjadi kepala Sekolah. Mengapa demikian karena setelah Cornelis Kuma OPun menjadi kepala sekolah ia menyerahkan kepada Simon Anunu. Tetapi saya harus tahu diri. Dipercaya tetapi jangan menjadi sombong. orang yang rendah hati akan ditinggikan. Maka suatu saat sebelum Romo Daniel dipindah tugaskan ke Alor kami Dewan Guru SMPK San Daniel oepoli memilih secara aklamasi ibu Maria Magdalena Sare menjadi Kepala Sekolah. Pemilihan ini diketuai oleh Romo Daniel J.Afoan,Pr. Andaikan waktu itu saya tidak rendah hati pasti saya tidak bisa keluar dari oepoli untuk mengikuti Kuliah S1 dan mengenyam S2 magister pendidikan  di Pascasarjana Universtas Nusa Cendana Kupang. Ceritanya memang panjang. Pada tahun 2000 penulis lulus tes CPNS ditempatkan di SDN Tataum sebagai guru agama Katolik. pada tahun 2002 penulis pindah tugas dari SDN Tataum ke SDI Naibonat. Alasan lebih dekat kampus untuk kuliah S1 di Sekolah Tinggi pastoral Keuskupan Agung Kupang  selesai 2004. Pada tahun 2012 penulis mengikuti tes kuliah di Pascasarjana Undana Kupang dan lulus di program Studi pendidikan ilmu pengetahuan sosial dikenal dengan nama prodi PIPS berhasil meraih gelar S2 dengan prdikat  sangat memuaskan dengan IP 3.63. Semua hambatan dilalui sebagai berkat. Bersama Yesus pasti menang.

Rm. Daniel J.Afoan,Pr bersama Katekis Simon Anunu gunting pita di tengah hutan

        Umat kapela  santu Agustinus Mamlasi dipelopori oleh tokoh umat pendiri Kapela bapak  Norbertus Samone. Salah satu anak laki-laki Bonevasius Samone  sampai sekarang  menjadi guru agama Kapela tersebut. Kata guru agama kapela biasa disapa Boni. Kami sudah satu minggu mempersiapkan pemberkatan kapela yang sudah lama kami rindukan. Ini kapela baru dari stasi Oepoli. Ini kampung lama. penuh dengan mamar. Mamar itu hasil tanaman sirih pinang kelapa. Ternak  babi kambing sapi ayam hutan babi hutan dan kera berkelimpahan.    gunting pita

                  Napas lagu ini pernah menginpirasi penulis Simon Anunu Metan, S.Ag,M.Pd. Saat bertugas sebagai katekis di Oepoli. Terutama sebagai animator sekami. Mengajarkan dan menjelaskan  lagu ini kepada anak-anak sekami. Makna misionaris. Kata misioner berasal dari kata missi. Artinya keluar. Misionaris adalah orang yang menjalankan karya misi. Misi artinya perutusan. Penekanan sekami dari KUBnya berkunjung ke KUB lain. Tugas sekami doa derma kurban kesaksian disingkat 2D2K. Ada doa wajib sekami satu kali salam Maria dan satu kali doa bapak kami setiap hari.  Saya ingat penjelasan Pater Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia (KKI). Saat penulis dikirim oleh Uskup Agung Kupang. Mongsinyiur Petrus Turang. Mengikuti pertemuan Nasional Sekami di Klender Jakarta. Itu  pengalaman pertama penulis  naik pesawat. Mendarat di Bandara Internasional Soekarno bersama Suster Dionesia,PRR sebagai dirdios KKI Keuskupan Agung Kupang. Setelah kegiatan kami berkunjung pertama kali ke monumen Nasional (MONAS). Penulis kaget karena di monas itu ada ruangan di bawah tanah. Pada saat kami datang ke Monas langsung di kaki. Tetapi dipanggil oleh petugas masuk lewat ruangan bawah tanah baru naik ke puncak Monas. Penulis berhasil foto di puncak monas bersama Suster Dion dan utusan dari Keuskupang Atambua bapak Karolus Tae sebagai dirdios KKI. Juga bersama anak sekami Bandung.

SEKAMI BERBASIS KUB

 Mengunjungi sekami per KUB. Gerakan sekami mulai menjalar sampai berbasis KUB. Sekami KUB Santu Yosep. Sekami KUB santa Maria. Sekami KUB Santu Petrus. Sekami  KUB Santu Aloysius. Sekami KUB Santa Theresia di Pokmeto. Sekami Santa Bernadeta di Tataum. Sekami Santu Mikhael di Tataum. Masing-masing KUB  dan Kapela ada seksi Sekami. Sampai sekami yang ada di kapela santu Agustinus Mamlasi. Sekami Kepela santa Veronika di Biloka. Sekami kapela santu Laurensius Netemnanu di Taloi. Sekami Kapela santu Petrus di Tataum. Selalu ada kemping rohani sekami setiap hari raya natal dan paskah. Konfoi sekami  per KUB menuju tempat kemping. Ada beberapa tempat yang masih ingat baik seperti pokmeto dikepung oleh pohon lontar menjadi saksi. Padang sabana (humone) Napunef  sekarang menjadi tempat kapela Napunef  yang dihuni oleh umat eks Timor Timur dari Baoknana Nitibe Citrana dan Naktuka yang dinakodai oleh Naef Sonbai.

 Membangun  gedung Kapela santa Maria Oepoli di mana sampai sekarang masih berdiri kokoh. Menurut cerita bapak Marcel Korbaffo. Pater Kock mampu menggerakan umat agar suka dan rela mengumpulkan batu dan pasir secara mandiri. Gedung gereja ini dibangun saat itu tidak ada mobil pengangkut bahan bangunan. Partisipasi umat mengumpulkan batu dan pasir yang dipikul dari sungai Noebesi. Tumpukan batu dan pasir sesuai beban setiap kepala keluarga katolik. Sampai Gedung kapela ini berdiri tegak.

Rupanya kerinduan umat, bukan hanya menanti kosong. Bukan hanya duduk- duduk tinggal tada hasil. Harapan umat semakin kuat. Paroki harus terwujud. Persatuan berdoa bersama. Kemandirian umat membiayai seluruh karya pastoral. Gerakan karya pastoral ekonomi (PSE). Ada sawah gereja. Menghasilkan padi gereja yang dikelola oleh Dewan pastoral stasi. Ini untuk menopang beras untuk pastoran. Karena sebelumnya penghayatan gereja mandiri mulai dari setiap keluarga katolik (KK). Misalnya mau memberi makan pastor yang datang melayani umat. Ketua KUB mengatur umat per KK mengantar makan minum pastor. Ada satu pengalaman menarik. Suatu pagi setelah misa pagi pastor menunggu bagian dari KK yang akan menyiapkan sarapan pagi buat pastor. Rupanya Ketua KUB kurang memperhatikan kalau KK ini juga kurang mampu. Dia pun tidak bisa menyiapkan sarapan pagi buat pastor karena dia pun tidak punya. Akhirnya si pastor itu sudah lapar terpaksa meminta makanan sarapan pagi dari keluarga terdekat. Hal ini diketahui oleh katekis setelah mengecek roda pelayanan makan pastor. Tindakan yang diambil adalah rapat anggota DPS mengganti pola pelayanan makan minum pastor berbasis pastoran. Harus ada dapur pastoran. Ada yang masak di pastoran. Masalah waktu itu belum ada pastoran. Maka umat berpikir untuk membuat pastoran darurat. Melayani dengan suka cita dan bersuka citalah dalam doa. Pokoknya berbagai macam cara dilakukan. Ada tindakan rohani dan jasmani. Kebiasaan rohani umat berdoa bersama mingguan. Ada umat tertentu yang mempunyai karunia berdoa di gereja kecil.  Misalnya novena di gereja kecil yang selalu dilantunkan doa yang dikenal ROGA yang dipimpin bapak Goris Parera (ayah RM.Deodatus Parera) tak henti-hentinya. Rupanya Bunda Maria mendengar dan mengabulkan harapan mereka.   Berjalannya  waktu  Uskup Mongsinyiur Gregorius Monteiro, SVD memandang perlu harus  ada paroki  di Naikliu dan Oepoli.

 

 

Dalam tradisi Gereja katolik persiapan menjadi paroki disebut Quasi paroki. Saat itu paroki  santu Stefanus Naikliu mulai beraksi. Gayung bersambut keinginan umat bertahun-tahun lamanya. Kerinduan umat akan terwujudnya paroki kini menjadi kenyataan.

Rupanya kerinduan umat, bukan hanya menanti kosong. Tetapi novena di gereja kecil yang selalu dilantunkan doa yang dikenal ROGA yang dipimpin bapak Goris Parera (ayah RM.Deodatus Parera) tak henti-hentinya. Rupanya Bunda Maria mendengar dan mengabulkan harapan mereka.   Berjalannya  waktu  Uskup Mongsinyiur Gregorius Monteiro, SVD memandang perlu harus  ada paroki  di Naikliu dan Oepoli.

 Pusat paroki bertempat di Naikliu sebagai ibu kota Kecamatan Amfoang  Utara. Pusat karya pastoralnya ada di Oepoli. Mengapa harus ada di Oepoli karena umat katolik terbanyak. Sangat membutuhkan perhatian reksa pastoral. Pada tahun 1989 Mgr.Gregorius Monteiro, SVD mengutus Pastor Rm. Daniel J.Afoan Pr menjadi  pastor Quasi paroki Santu Stefanus Naikliu. Memang   Rm.Daniel J.Afoan, Pr menjadi pastor  paroki Santu Stefanus Naikliu  selama 10 tahun.  

 Hadirnya seorang pastor paroki  pada  suatu paroki  akan mempengaruhi resksa pastoral. Gerakan pastoral mulai menggema dan masuk dalam relung hati  umat. Setiap umat mengatakan kita ini umat Allah. Bersaksi tentang Yesus Kristus  sang Imanuel  anak Allah yang hidup. Mari kita beraksi. Ada aksi Natal. Aksi paskah yang dikemas dalam APP. Katekese adven. Katekese aksi puasa pembangunan (APP). Katekese HIV/AIDS. Katekese balai-balai di kuburan. Misa panen di mana setiap umat mempersembahkan hasil panen setiap tahun. Kumpulan padi atau jagung  menjadi lumbung untuk membiayai karya pastoral. Bahkan ada umat yang mempersembahkan hasil usaha ternak seperti sapi yang diberi nama sapi gereja.

 Umat larut  dalam lima karya pastoral yaitu:

1).  Liturgi jantungnya adalah ekaristi sebagai sumber dan puncak  kehidupan umat beriman. Ada misa di setiap kelompok umat basis (KUB). Hal ini dilakukan untuk memupuk  persatuan, persaudaraan umat. Sekaligus sebagai wadah penetrasi karya pastoral.

 2). Kerygma atau  pewartaan. Isi kerajaan Allah yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Hal-hal ini menjadi jati diri manusia. Perlu diwartakan dalam  kata, sikap, dan perbuatan setiap hari dalam hidup. Menjadi garam dan terang adalah  sosok pribadi yang diguguh dan ditiru. Sembari mengumpulkan harta surgawi selama hayat masih dikandung badan. Sekaligus menjadi bekal masuk surga. Hal ini yang diimani dan diwartakan. Disinilah eorang pewarta melihat cara pandang pola pikir yang jitu.  

3). Diakonia (pelayanan) segala bentuk pelayanan karya pelayanan sosial gereja bagi semua orang yang membutuhkan. Misalnya pastoral sosial ekonomi. Pastor paroki bekerja sama dengan Delsos Keuskupan Agung Kupang. Menghadirkan mesin mol padi yang dikelola oleh usaha bersama (UB) Amo pada tahun 1994. Pada saat itu merupakan satu-satunya mol padi yang ada di oepoli. Mol padi ini yang sangat dirindukan oleh umat dan masyarakat baik dari masyarakat Desa Netemnanu  Utara dan Desa Netemnanu Selatan bahkan sampai Desa Kifu. Mol padi ini pernah berperan membantu SMPK San Daniel Oepoli. Di mana beras untuk guru SMPK San Daniel setiap bulan.Karena honor guru yang sangat kecil. Misalnya kepala sekolah besar honornya Rp.35.000 ditambah beras 10 kilogram perbulan. Beras hasil dari setiap orang yang memnafaatkan  mol  UB AMO.

4). Koinonia (persekutuan).segala bentuk peran serta umat dalam persekutuan untuk membina persaudaraan sebagai anak-anak Allah. Ada empat kelompok umat basis (KUB) di stasi oepoli.KUB santu Yosep, KUB santa Maria.KUB santu Petrus dan KUB santa Bernadeta.

 5). Martyria (kesaksian hidup) karya gereja yang berkaitan dengan segala bentuk peran serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia. Gereja adalah umat Allah. Gereja bersaksi tentang Kristus yang mereka Imani. Kesaksian iman umat diwujudkan dalam segala pengorbankan hidup. Kita saksikan iman Rm.Daniel J.Afoan,Pr. Melayani umat  sampai dibawa banjir di sungai Noelfael. Satu malam dua hari dikepung banjir dalam sungai. Diceritakan oleh RM.Daniel J.Afoan, Pr pada saat misa syukur di sungai Noelfael. Tiba-tiba di tengah sungai itu  air banjir dasyat. Kira-kira seratus meter mau masuk muara. Doa Rm.Daniel J.Afoan, Pr dalam hati “Ya Bapa Tuhan Yang Maha Kuasa. Alam  ini  kau atur. Jangan biarkan hambamu ini larut dalam bencana alam.Luputkan aku dari serangan maut banjir yang dasyat ini. Bila Allah Bapa masih mau menggunakan aku di paroki ini untuk melayani umat-Mu”

 

Rm.Daniel J.Afoan, Pr membagi pengalaman iman

 

Ungkapan iman Rm.Daniel.J.Afoan,Pr yang diseringkan saat duduk bersama penulis di bawah pohon mangga belakang pastoran Oepoli usai   katekese  di KUB berdua. Masih dalam ingatan penulis.  Ketika APP biasa kami katekese keliling KUB. Metode katekese yang kami gunakan adalah analisa sosial (Ansos). Metode katekese tanggapan amanat teks (TAT). Biasanya kami mengawali katekese dengan duet menyanyikan lagu “ken neno napipinkit”  artinya kilat dan guntur membangkitkan semangat. Bila dikaitkan dengan katekese  APP membangkitkan semangat pertobatan. Bermetanoia mengubah hidup dari hidup lama menuju hidup baru yang lebih baik. Penekanan pertobatan dan hidup baru disesuaikan dengan kategori  katekese anak-anak, orang muda katolik dan orang dewasa. Biasa katekese malam sampai pagi dini hari. Hal ini menyebabkan besok saat mengajar di sekolah SMPK San Daniel  selalu mengantuk.

 Umat Katolik misa syukur

 Pada tahun 1990 umat katolik bersyukur bersama  Romo Daniel J.Afoan, Pr bertempat  di sungai Noelfael. Altar persembahan misa pesis pada akar kaswari yang menopang Romo Daniel pada mukjizat penyelamatan dirinya dari kepungan banjir di tengah sungai itu. Kesaksian kepala Desa setempat yang beragama Kristen protestan mengakui iman orang katolik dalam diri Romo Daniel yang bisa selamat dari kepungan banjir.

 Kepala Desa Nunuanah memberi kesaksian

 Kata kepala desa dalam sambutan usai misa syukur ini. Ketika malam diguyur hujan deras. Malam semakin larut. Hujan pun semakin deras. Banjir yang dahsyat  membuat pawang banjir setempat pun kehilangan akal. Tak berdaya.  Aroma banjir menurut masyarakat setempat  saat itu. Bahwa banjir pemakan manusia. Bahkan orang setempat yang biasa jago berenang di atas banjir kehilangan akal. Upaya menebang pohon kaswari yang tinggi di sekitar sungai Noelfael tidak mampan menyelamatkan raga Romo Daniel. Kepala Desa Nunuanah bersama masyrakat  berjaga sehari semalam menyaksikan Romo Daniel di tengah sungai yang jauh dari darat sekitar 500 meter.

   Ada dua Malaikat berpakaian putih menjaga RM.Daniel J.Afoan,Pr

  Menurut kesaksian kepala Desa bahwa pada malam hari mereka melihat seperti ada dua  malaikat berpakaian putih  menjaga Romo Daniel dalam  banjir  itu. Diceritakan malam itu kepala Desa mengatur jadwal. Para hansip dan karma mengatur giliran memantau kala RM.Daniel dalam banjir itu. Para pemantau tidak bisa tidur. Penasaran dengan menyaksikan hujan semakin deras. Banjir semakin deras. Dua orang yang berpakaian putih setia mendampingi Rm.Daniel.J.Afoan,Pr.

 Kesaksiannya bahwa selama satu malam satu hari tidak rasa lapar. Pada sore hari itu setelah hujan berhenti  mulai siang itu. Banjir perlahan-lahan derasnya berkurang maka masyarakat Desa Nunuanah dipimpin oleh kepala Desa masuk ke sungai menggotong Romo Daniel. Keluar dari tengah sungai yang sudah redah banjirnya. Kaki  Romo sudah keram.Badannya lemah  karena sudah semalam sehari tidak makan dan minum. Romo Daniel bersama kepala Desa menuju rumahnya. Di sana istri  kepala  Desa sudah masak beras jadi  bubur. Karena Romo Sudah terlalu lapar. Bubur beras dua piring disantap. Setelah makan kekuatannya mulai pulih Kembali. Sebagai orang Timor Romo biasanya harus makan siri pinang yang sudah disiapkan.  Air hangat sudah disiapkan oleh ibu-ibu.yang beragama protestan. Dengan air hangat itu Romo Mandi. Setelah segar semalam Romo bersaksi tentang mukjizat selamat dari banjir dasyat. Dari pandangan Romo kurang lebih 100 meter sudah masuk muara. Pertemuan air laut dengan banjir. Semua orang yang datang di rumah kepala Desa memandang Romo Daniel .J.Afoan sebagai pribadi yang ajaib. Bisa selamat dari banjir yang deras lagi luas sungainya. Kata kepala Desa Romo Daniel ini termasuk orang suci. Kalau orang berdosa pasti sudah mati. Memang seorang pastor katolik  seperti Romo Daniel ini sungguh orang suci disayang Tuhan dan Bunda Maria.      

 STASI  NAIKLIU DAN STASI OEPOLI

            Kegiatan pastoral  dibagi dalam dua wilayah menurut penyebaran umat katolik.

1.      Wilayah pelayanan pastoral stasi Naikliu. Dikenal sebagai stasi pusat paroki. Di stasi ini hanya ada satu Kelompok umat basis. Pada umumnya umat yang ada di stasi ini umat katolik yang ada kebanyakan pegawai Negeri Sipil.TNI dan Polri    yang beragama katolik. Bapak Niko Simon sebagai anggota polisi. Mami istri dari bapak Niko Simon  adalah ibu bidan di puskesmas Naikliu. Camat Naikliu  bapak Agustinus Ora Geru  beragama katolik. Isteri bapak Agustinus Ora Geru  adalah ibu guru Sekolah Dasar.

HIDUP ADALAH PERJUANGAN MEMBUTUHKAN  PENGORBANAN

Mengenal diri adalah awal reflek-si  berintrospeksi. Pada suatu ketika saya bertanya dalam diri, ”siapa dan bagaimana aku?” lalu saya berusaha menelusuri latar belakang diri. Saya pun menemukan beberapa jawaban. Saya ini anak petani miskin. Orang tua tak mampu menyekolahkanku. Anak petani subsisten, bertani  dengan cara tradisional sesuai kebiasaan nenek moyang yang masih primitif. Ditambah lagi kepercayaan animisme dan dina-misme istilah setempat uis pah  harus diberi sesajian. Jika tidak diberi sesajian maka hasil  panen gagal atau tanaman diserang hama. Itu tanda uis pah marah dan memberi kutukan. Suka menyerah pada nasib memang sudah begini. Tanpa evaluasi diri  dan mencari solusi. Mestinya bertanya pada ahli pertanian  bersama peme-rintah. Bukan bertanya pada rumput yang bergoyang. Miskin ilmu malu bertanya sesat  dalam hidup.  Mungkin ini  salah satu penyebab NTT miskin.

Mengapa dan Bagaimana Anak Petani Miskin Bisa Menempuh Magister Pendidikan?

Pertanyaan ini biasa dan cara menjawabnya yang  biasa dibuat. Me-ngapa tidak? Karena saya sudah keluar dari lubang singa. Tantangan hidup membuat rasanya mau mati. Saya rasakan gesekan yang menda-lam  sampai-sampai saya jalani de-ngan cara yang biasa dibuat orang. Dengan tulisan ini saya coba me-review mengapa bisa jadi begini. Mari simak rintihan hati saya.

Untuk sekolah melanjutkan pen-didikan setelah tamat sekolah da-sar  dari SDN Sasi Kota Kefamenanu, saya menjual kayu api, menjadi koki rumah tangga alias pembantu rumah tangga. Ini saya jalani selama setahun setelah tamat SD tahun 1983. Majikan saya seorang polisi,  rupanya saya diuji tangguh menjadi pembantu rumah tangga. Modal dipercaya menjadi anak buah  rajin kerja keras, menimba air, memasak, ambil kayu api, cuci pakaian di sungai yang berjarak satu kilometer dari rumah.

Pada tahun 1984, saya didaftar melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Kefamenanu dikenal sebagai anak polisi di sekolah dan membiayai uang sekolah. Untuk belajar saya silih waktu kerja. Setelah semua kerja beres baru pegang buku mengerjakan PR, membaca kembali catatan. Metode belajar yang cocok saat itu ada-lah learning by doing. Belajar sambil bekerja. Ada tiga cara belajar yaitu membaca kembali catatan, mengerja-kan pekerjaan rumah (PR), dan menyiapkan pelajaran yang akan dibe-lajarkan besok. Saya mencatat per-tanyaan dari bahan ajar yang tidak dipecahkan kemudian akan saya tanyakan kepada guru saat pelajaran besok.

Waktu berjalan, hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun berganti mengantar saya tamat SMP pada tahun 1987. Ada pertanyaan yang muncul  dalam diri saya “ke mana saya pergi melanjutkan pendidikan. Lalu saya ingat sebuah judul lagu rohani berbunyi: “ooo ... ke manakah arah perahu”.

Siapa lagi yang bisa membantu saya membiayai pendidikan selanjut-nya? Pertanyaan  ini selalu meng-ganggu pekerjaan saya sebagai pembantu rumah tangga, waktu tidur, dan saya sering mengkhayal. Saya sering ditegur oleh majikan  karena kelihatan sering melamun.

Suatu saat menjelang awal tahun ajaran baru, saya diam dan mene-mukan jawaban setelah membaca papan apresiasi majalah dinding SMP almamater. Ada tulisan menjadi guru agama Katolik  setelah tamat sekolah pendidikan guru agama Katolik (SPGAK) Warta Bakti Kefamenanu. Hati saya terpanggil untuk menjadi guru agama Katolik.

Suatu saat di tengah hutan sambil memilih kayu kering,  ada bisikan dalam hati “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan baptislah mereka dalam nama bapa dan putera dan Roh Kudus”. Kalimat ini saya ingat saat membaca kitab suci setiap malam selesai belajar.

Saya pernah sangat tertekan oleh situasi hidup susah. Saya biasa mengucapkan salam Maria di waktu doa Rosario sebagai kebiasaan  orang Katolik. Menjadi doa kesayangan di situasi sulit. Aku menulis surat kepada Bunda Maria di surga. Begini bunyi isi suratnya “Kepada Yang Tercinta Bunda Maria di Surga. Pandanglah aku anakmu yang sengsara ini. Berikanlah aku petunjukmu. Bagaimana aku menemukan sekolah yang tepat  untuk mengantar aku keluar dari soal hidup ini. Biar engkau di surga doakanlah aku anakmu yang merana ini. Santa Maria  doakanlah aku, Amin”.

Dengan hati tegar dan kuat, saya melangkah dengan pasti. Saya men-daftar sebagai peserta didik baru di SPGAK Warta Bakti Kefamenanu pada tahun 1987. Peserta yang mendaftar saat itu sebanyak 360 orang. Namun, yang lulus tes masuk hanya 150 orang termasuk Simon Anunu, penulis buku ini, berada pada urutan ke-25. Saya gembira karena Bunda Maria menga-bulkan doa.

Siapa yang membiayai pendidikan-ku  selama di SPGAK? Uang sekolah saat itu Rp7.500,00. Saat itu gaji seorang polisi Rp150.000,00. Apakah saya terus sekolah? Hanya tiga bulan polisi itu janji membayarkan uang sekolah. Ternyata sudah tiga bulan bendahara sekolah  menagihnya. Ma-jikan saya tidak mampu bayar, malah menganjurkan saya keluar dari sekolah menunggu tahun depan daftar ulang di SMA Negeri 1. Saat itu  uang sekolah hanya Rp500,00. Antara Rp7.500 di SPGAK dengan  Rp 500,00 di SMA Negeri  lebih baik pilih yang murah meriah karena keputusan penentu kebijakan tanpa mempertimbangkan keputusan saya yang menjadi korban.

Bagaimana saya menanggapi atas anjuran majikan harus berhenti seko-lah alias drop out. Saya menolak  de-ngan keras anjuran majikan keluar dari SPGAK. Saya memilih keluar dari maji-kan polisi ini. Saya berniat  mencari uang membiayai diri sendiri tetap sekolah di SPGAK. Apakah orang tua bisa membantu? Tidak. Orang tua mencari makan saja tidak cu-kup.  Lebih sadis lagi pakaian seragam sekolah ditahan oleh saya. Ijazah SD dan SMP  juga ditahan sampai harus bawa tebusan berupa sapi, babi, atau setimpal.

Apakah saya tetap sekolah? Ja-wabannya saya terus sekolah. Untuk pakaian seragam SMA saya meminjam pakaian bekas milik teman sekampung yang sudah lulus SMA. Sepatu juga pinjam karena tidak ada uang untuk beli baru. Baju seragam saya pinjam milik adik nona yang sudah tamat SD. Jarak tempuh sekolah semakin jauh. Yang sebelumnya hanya tiga kilometer, sekarang menjadi tujuh kilometer karena kembali ke rumah orang tua.

Uang sekolah saya bayar sendiri dengan dari jasa jual air sepulang sekolah. Suatu ketika saya mencoba cari kerja sambil sekolah. Ada seorang jaksa yang membutuhkan jasa timba air. Saya menawarkan diri setiap minggu tiga kali mengisi bak air di rumah  jaksa kala itu  belum ada air leding. Saya menjadi “leding hidup”. Mengambil air dari sumur berjarak 20 meter dari sumur ke rumah jaksa. Gaji jasa mengisi air di bak mandi dan bak WC sebesar Rp12.000,00 per bulan. Dengan gaji Rp12.000,00 menjadi modal bayar uang sekolah dan masih ada sisa untuk saya tabung.

Bagaimana menambah tambahan penghasilan uang?  Saya pernah mem-bersihkan rumput di kebun milik ke-pala kantor agama Kabupaten  Timor Tengah Utara. Istilah setempat tofa kebun. Luas kebun itu empat are. Setelah selesai membersihkan kebun itu, saya diberi Rp12.000,00. Setiap are dihargai dengan   Rp3.000,00. Tekad saya kerja halal apa saja yang penting menghasilkan uang untuk menyelesaikan studi. Puji Tuhan  saya diberi kekuatan  untuk membiayai diri sendiri. Belajar mandiri, sekolah mandiri dan biaya sendiri karena saya akui orang tua miskin.   

Bagaimana dapat makan? Saya mendapatkan jagung, ubi kayu atau singkong dari orang tua. Mulai saat itu saya harus konsentrasi belajar maka saya memilih tinggal di asrama yang dekat sekolah. Uang asrama saya bayar dari sisa uang jasa timba air di jaksa itu.  Makanan  tiap hari jagung ketemak dicampur dengan  ga-plek  dan sayur daun asam muda (isti-lah setempat kiu so”o) yang mudah gratis diperoleh dari hutan. Jagung ketemak itu keras, membutuhkan wak-tu masak yang cukup lama. Sekali masak untuk tiga kali makan. Misalnya pulang sekolah masak jagung untuk makan malam, makan pagi ke sekolah dan makan siang. Kebiasaan ini ber-langsung hanya satu tahun selama  SPGAK Warta Bakti Kefa-menanu.

Suatu ketika  saya masih di bangku kelas tiga SPGAK. Ada seorang ibu guru SMA Negeri 1 Kefamenanu men-cari  seorang pembantu rumah tangga khusus timba air. Beliau  mencari saya di sekolah. Saat berpapasan mena-warkan saya untuk tinggal bersama keluarganya hanya untuk timba air. Apabila saya bersedia maka uang sekolah, biaya hidup, keluarga ini yang tanggung. Saya merasa luar biasa. Secepatnya saya ambil sikap beralih dari asrama  pindah tempat tinggal. Tanpa memberi tahu  orang tua  dan memang orang tua pun tidak ambil tahu. Ibu guru ini bernama Ibu Sry, sedangkan suaminya bernama Pa Jhon Lay, seorang pegawai negeri sipil kantor perdagangan Kota Kefa. Saya merasa bahagia. Diperlakukan seperti anak yang layak dibantu.  Rupanya Tuhan mempergunakan keluarga ini untuk memerhatikan saya. Memang keluarga ini belum dikaruniai seorang anak.  Biasanya saya  hanya makan jagung ketemak. Di keluarga ini  hanya makan nasi. Saat-saat pertama perut saya harus membutuhkan penyesuaian. Rasanya mau makan jagung  terus tapi jagung  tidak tersedia.

Siapa saja yang membantu saya selama  melanjutkan pendidikan mulai dari SMP sampai  selesai tamat sekolah pendidikan guru agama Katolik  di Kefamenanu? Kesempatan ini saya akan menuturkan satu per satu melalui  tulisan ini.

Pada tahun 1983 tamat sekolah dasar. Saya berjumpa dengan seorang polisi bernama Rofinus Gole asal  Flores Lembata. Ia seorang ang-gota Polisi Resor (Polres) Kabupaten Timor Tengah Utara. Kini beralamat di samping terminal bus Kota Kefame-nanu. Saat bertemu di depan rumah-nya, ia bersiap-siap hendak piket malam. Ketika saya memberi salam selamat malam ia kaget. Lalu ia bertanya dari mana dan mau ke mana dengan  nada tegas seorang polisi. Saat itu masih kanak-kanak sambil takut saya jawab pertanyaan polisi dengan tegas. Saya dari kampung Kuan Tes dan hendak ke transmigrasi lokal di Sasi. Lalu ia melanjutkan pertanyaan di mana saya sekolah.

 “Saya baru tamat dari SDN Sasi. Tapi karena orang tua miskin  tidak bisa melanjutkan pendidikan. Jadi setiap hari saya jual es lilin keliling Kota Kefamenanu,” jawab saya.

Polisi itu tersentak lalu menarik napas panjang.

“Jadi engkau mau sekolah?” tanya polisi itu.

Saya pun menjawab dengan suara lantang penuh harapan.

“Kalau kau mau sekolah, tinggallah bersama kami sekeluarga di sini. Lalu kami membiayaimu sekolah,” kata polisi itu.

Saya tersentak saat itu, mende-ngarnya serasa sebutir embun menye-jukkan hati. Lalu polisi itu mengajak saya masuk ke rumahnya. Saya bertemu dengan isterinya bernama Lenny Mamo Gole dan ketiga putrinya yang masih kecil. Anak pertama bernama Hedy Gole baru kelas dua SD dan dua yang lain belum sekolah. Ibu dan tiga anak ini menyambut saya dengan gembira. Rupanya mereka menanti seorang anak pembantu rumah tangga. Karena biasanya orang tua bepergian, ketiga anaknya sendiri di rumah. Letak rumah ini cukup jauh dari rumah tetangga. Mulai saat itu saya tinggal dengan keluarga mereka sampai tahun depan baru sekolah. Rupanya mereka menguji ketabahan saya.

Siapakah orang kedua yang men-jadi  orang tua asuh saya pasca putus hubungan kerja pembantu rumah tangga dan melanjutkan studi. Majikan bapak kandung saya yang memelihara sapi majikannya bernama Orias Kaseh.  Ia bersedia menampung saya tinggal di rumahnya  sebagai pem-bantu rumah tangga. Bapak Orias Kaseh dan Ibu Dora Lake bersedia menjahitkan pakaian seragam sekolah. Ada dua macam seragam sekolah putih abu-abu dan putih hijau. Harga setiap pasang Rp12.500,00. Uang ini dipo-tong dari uang jasa bapak sa-ya  memelihara sapi majikannya. Saya tinggal bersama keluarga ini selama setahun.

Mengapa harus jahit pakaian seragam sekolah lagi? Karena semua pakaian seragam telah ditahan oleh majikan pertama karena itu milik mereka. Karena sudah keluar  dari rumah majikan itu maka pakaian dan ijazah SD dan SMP mereka tidak berikan. Setelah jadi guru di SMP San Daniel Oepoli sekaligus pendiri sekolah ini, honor Rp15.000,00 selama  lima tahun saya belikan seekor sapi sebagai tebusan. Saya bawa sapi itu ke majikan pertama. Kemudian ia baru memberikan ijazah SD dan SMP saya.

Siapakah keluarga berikutnya yang menjadi orang tua asuh saya?  Bapak Gabriel Akoit adalah orang tua asuh ketiga. Keluarga ini hanya bersedia menampung saya untuk tinggal saja tanpa membiayai sekolah. Uang sekolah saya cari sendiri. Rumah Bapak Gabriel Akoit  berhadapan langsung dengan perumahan jaksa Kota Kefamenanu. Setiap hari saya pulang  sekolah berjumpa dengan seorang nona di sumur tua ini. Dia bercerita bahwa ada jaksa tetangga majikannya mencari orang untuk menimba air. Dalam hati saya ber-tanya bisakah aku dapat diterima di situ untuk menimba air. Pada suatu sore saya melihat jaksa itu duduk di serambi depan rumah dinasnya. Saya berusaha mendekati,  coba menanya-kan  kalau-kalau bisa diterima  menim-ba air.  Sebelum saya bertemu terlebih dahulu saya berdoa Salam Maria Doa Rosario. Dengan langkah berani saya menemuinya.

Assalamualaikum,” salam pertama saya sampaikan kepadanya.

“Alaikum salam,” jawabnya.

Saya pun duduk bersama di serambi rumah itu. Saya langsung menyampaikan maksud kedatangan.

“Bapak saya mau cari kerja,” kata saya.

“Apakah yang bisa engkau kerjakan?” tanya beliau.

 Saya menguraikan semua kemam-puan yang saya miliki yaitu bisa timba air, bisa ambil kayu api, bisa tofa rumput,  cuci pakaian, dan seterika pakaian.

“Kami ini seorang jaksa. Setiap hari hanya memutuskan perkara. Kebun kami tidak punya. Kalau Adik Simon mau, boleh timba air  karena anak yang biasa timba air di keluarga kami sudah kembali ke kampung,” jawab jaksa yang bernama Pa Ismail.

Dengan lega saya bersyukur karena bisa dierima kerja timba air. Setelah itu, saya  mulai berbicara  tentang gaji dan kapan masuk kerja. Jaksa itu menjelaskan mulai besok  sore bisa mulai timba dan pikul air menggu-nakan jerigen 20 liter sebanyak dua buah. Satu di depan dan satu di belakang. Saya menawarkan gaji sebagai jasa pikul air itu sebesar Rp15.000,00 per bulan. Tapi Jaksa Ismail melepaskan koran di tangannya dan mengangkat kepala bertanya kepada saya untuk apa uang itu. Saya menjawab  untuk biaya sekolah. Pa Ismail bertanya di mana saya sekolah. sekolah. Saya menjawab sudah di kelas dua SPGAK Kefa.

“Wah, luar biasa tapi kurangi sedi-kit  upahmu,” kata Pa Ismail.

Maka saya langsung menawarkan sebesar Rp12.000,00 per bulan. Pa Ismail menyetujui. Pa Ismail menjelas-kan dalam satu minggu cukup tiga kali timba air. Sehabis kerja boleh makan dalam. Artinya selesai bak mandi dan bak  WC diisi dengan air penuh lang-sung makan sebelum pulang. Kesan saya makan di rumah jaksa selalu enak. Dalam hati  saya, kalau makan enak begini biar timba air tiap hari. Inilah orang tua asuh yang ketiga dan keempat.

Siapakah orang tua asuh yang kelima?  Pada saat saya sementara kerja di sekolah, saya kedatangan seorang ibu guru. Menurut saya ini tamu terhormat. Rupanya ibu ini sudah merekam jejak saya sebagai seorang penimba air. Ibu ini bernama Ibu Sry.  Rupanya ia orang Jawa mengajar di SMA Negeri Kefamenanu. Ia mencari orang untuk membantu menimba air dari sumur yang dalamnya 35 meter. Tawaran yang diberikan kepada saya apabila saya bersedia maka biaya sekolah dan makan minum serta akomodasi tempat tinggal. Ibu Sry dan suaminya, Pa Jhon Lay,  menerima saya sebagai anak asuh. Saya menerima tawaran ini dengan ikhlas hati.

 

 

 

Awal Saya Merintis Karier

Memang betul pendidikan di SPGAK Warta Bakti Kefamenanu mengantar saya masuk dunia kerja dengan mulus. Ketika tamat sekolah dari lembaga pendidikan ini saya siap menjadi seorang guru agama Katolik, dalam gereja Katolik biasa dikenal sebagai seorang katekis. Kata katekis berasal dari kata Yunani katechein yang berarti pewarta sabda pelayan umat Katolik, petugas pastoral.  Pada tahun 1990 saya mulai masuk Kabupaten Kupang. Pesis di wilayah Oepoli,  kini  Kecamatan Am-foang Timur. Bersama seorang pastor bernama Romo Daniel J. Afoan Pr.  sebagai seorang pastor paroki di Paroki Santu Stefanus Naikliu Keuskupan Agung Kupang, di Kecamatan Amfoang Utara kala itu.

Pada tanggal 1  Juli 1990 merintis SMP Katolik San Daniel Oepoli di bawah payung hukum  Yayasan Daniel Broutieur. Berkolaborasi dengan pe-merintah setempat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Kabupaten Kupang mengeluarkan izin operasional. Saya adalah salah satu guru dari delapan guru pemula. Gaji yang kami peroleh  selama 10 tahun 1990 sam-pai  dengan tahun 2000 adalah guru yayasan dengan besaran gaji Rp40.000,00. Kami enjoy dengan gaji yang ada.  Penulis sebagai guru agama Katolik  dan perintis lembaga pendi-dikan ini.  

Selama 12 tahun saya habiskan waktu tinggal di Oepoli. Di samping sebagai guru juga bertugas seba-gai  bapak pengasuh asrama putera-puteri. Saya sering mewakili  yayasan mengikuti pertemuan di ting-kat kabupaten dan tingkat keuskupan majelis pendidikan Katolik sampai tingkat nasional. Inilah yang memben-tuk pribadi pengelola pendidikan Katolik. Begitu juga pengalam-an  mengelola pendidikan formal dan nonformal bekerja  sama dengan Pen-didikan Luar  Sekolah (PLS).

Pengalaman adalah guru terbaik. Dengan pengalaman kerja dalam dunia pendidikan, kini saya mengelola  Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Sejak tahun 1990 membantu siswa putus sekolah  dengan program paket A setara sekolah dasar, Paket B setara SMP dan paket C setara SMA. Banyak orang cukup terbantu dengan program ini. Apalagi dengan adanya Undang– undang Desa mengisyaratkan aparat desa harus berijazah  SLTA atau sederajat seperti paket C. Bah-kan  tamatan  PKBM  bekerja sebagai sekretaris desa yang berijazah paket C diangkat menjadi pegawai negeri sipil.

Bagaimana bisa mendapat kembali ijazah SD dan SMP yang pernah dita-han oleh majikan pertama? Perjalanan hidup saya berliku-liku pahit manis bercampur menjadi satu. Inilah jalan melalui penderitaan dalam bahasa latin Via Dolo Rosa. Setiap orang dianugerahi jalan hidup yang khas sesuai rencana Tuhan. Saya memahami dan menjalani saja.

Saat  menjadi guru di SMP Katolik San Daniel Oepoli, saya pernah mem-bantu seorang anak mau sekolah tetapi tidak punya uang.

“Apabila Pa Simon memban-tu  membiayai anak saya sampai tamat SMP maka  kami sekeluarga akan memberi seekor sapi,” kata orang tua dari anak itu  kepadaku.

Setelah saya hitung harga sapi ka-lau diuangkan  ternyata cukup. Begitu anak ini tamat maka sapi yang dijanjikan itu mereka berikan dengan ikhlas. Seekor sapi ini saya bawa dari Oepoli  Kabupaten Kupang menuju Kota Kefamenanu untuk menebus kembali ijazah dan pakaian seragam yang pernah ditahan oleh majikan pertama. Memang  waktu saya pindah ke majikan kedua hanya bawa pakaian di badan. Waktu itu saya masih ingat, baju  yang saya pakai adalah kaos Golkar dan celana seragam SMP. Aku pun memberi sapi ini dengan ikhlas kepada majikan pertama. Ijazah SD, SMP  diberikan kepada saya

Kapan saya mulai diangkat menjadi PNS dan menjadi sarjana?  Pada tahun 2000 saya berhasil mengikuti tes CPNS dan lulus menjadi PNS guru agama Katolik. Pada tahun 2002  pindah tugas dari  Oepoli ke Naibonat Kecamatan Kupang Timur dengan maksud melan-jutkan studi mengambil  program sarjana dengan program izin belajar. Berkat restu Tuhan pada tahun 2004 diwisuda di Sekolah Tinggi Il-mu  Pastoral  (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang.  Pada tahun 2012 saya putuskan mengambil program pasca-sarjana prodi Pendidikan Ilmu Penge-tahuan Sosial (PIPS). Menggunakan program tugas belajar biaya sendiri per semester lima juta rupiah. Saya me-nyelesaikan program pascasar-jana  S2  Undana Kupang pada tahun 2015.

Bagaimana keadaan karier saya  sekarang ini?  Saya semakin langgeng melangkah maju. Kini saya diangkat menjadi kepala SDN Naibonat berdasarkan SK Bupati Kupang Nomor: 821.21/15/BKPP.KAB.KPG/2017.  Pada tahun 2018  saya  lulus  tes  asesor PAUD dan PNF  Badan Akreditasi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini menyebabkan saya keliling NTT untuk  visitasi akreditasi  PAUD dan PNF setiap tahun. Di samping itu,  saya dipercaya oleh Kepala Dinas Pendi-dikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur sebagai anggota tim verifikator modul paket A, B, dan C. Sampai sekarang menjadi Instruktur Kurikulum 2013  Pendidikan Agama Kabupaten Kupang. Tokoh Agama Peduli HIV  outlet kondom gratis.

Dengan adanya pengalaman merintis sekolah maka pada tahun 2018 saya mendirikan SMP Katolik Santu Donbosco di Naunu bersama Yayasan Bintang Timur. Tahun 2019 saya merintis Taman Seminari Santu Simon Petrus di Naunu Paroki Lili Camplong. Tahun 2019 ini saya merintis lagi Sekolah Menengah Agama Katolik  (SMAK) di Naunu bersama Romo Anselmus Leu Pastor Paroki Santa Helena  Lili Camplong.

Peran saya dalam Gereja Katolik Stasi Santu Yohanes Maria  Vianney Naibonat Paroki Santa Maria Fatima Taklale sebagai wakil ketua stasi. Katekis umat Katolik bekerja sama dengan Bupati Kupang dan DPRD Kabupaten Kupang  sejak tahun 2012  dan di tahun  2019 ini Gereja Katolik mendapat hibah tanah pemda  untuk bangun Gereja Katolik stasi dengan serifikat tanah  hak milik.  Peletakan batu pertama pemba-ngunan gereja akan dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2019 oleh Uskup Agung Kupang Mongsinyiur Petrus Turang

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA