Sabtu, 19 Juni 2021

MENGUKIR MAKNA HIDUP ( memoar praktik Literasi dan berbagi )

 

Halaman Penerbit

Mengukir Makna Hidup (Memoar      Praktik Literasi dan Berbagi)

Copyright ©2021

201 hlm; 14cm x 21cm

ISBN

Penulis                 :  Simon, Anunu, M.Pd.

Penyunting Naskah :  Sri Sugiastuti

Perancang Sampul  :  Ajinatha

Penata  Letak        :  Yassin Cahyo Ramadhan

Redaksi

CV Oase Pustaka

Palur Wetan Mojolaban Sukoharjo

0271-8205349

085732288767

Perpustakaan Nasional RI Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

 


Mengukir Makna Kehidupan (Memoar Praktik Literasi dan Berbagi) -Sukoharjo: Oase Pustaka, Mei  2021

ISBN 978-602-457-

201 hlm; 14cm x 21cm

1.         Non-Fiksi I. Judul II. Musiin

 

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

Isi di luar tanggung jawab Penerbit Oase Pustaka

 

Persembahan

Persembahan

 

 

 

Karya ini saya persembahkan kepada:

 

 

 

Keluarga Besar Guru di Indonesia

 

Komunitas Guru Sejuta Ngeblog (KSGN)

 

Calon Penulis hebat yang bersemangat

 

Guru Penggerak Literasi

 

Penikmat buku yang sadar sukses

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Bijak

 

 

 

 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Pengantar

 

Aam Nurhasanah, S.Pd.

 

(Penulis dan Juara I Lomba Blog Tingkat Nasional)

 

Suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya, ketika dipercaya menulis kata pengantar untuk buku solo kedua Bapak Simon Anunu, S.Ag, M.Pd. yang termotivasi dan diadopsi dari lika liku perjalan hidup penuh makna dalam dunia literasi.

 

Saya mengenal Bapak Simon karena beliau adalah salah satu peserta alumni gelombang belajar menulis PGRI yang digagas oleh Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. Saya ingat sekali pertama kali Bapak Simon  bergabung di kelas menulis, semangatnya sungguh luar biasa. Saat saya membaca tulisan pertamanya, progres menulisnya sangat berbeda jauh dengan tulisan yang sekarang.

 

Suatu kebanggaan penuh haru, melihat Beliau berhasil membuat buku memoar perjalanan hidup penuh makna dalam menggaungkan geliat literasi yang dikemas menjadi sebuah buku yang menarik untuk dibaca. Buku ini menjadi saksi bahwa konsistensi menulis akan melahirkan sebuah karya yang bermakna.

 

Saya ucapkan selamat datang pada penulis hebat. Semoga banyak ilmu yang didapat setelah membaca buku yang penuh manfaat.

 

 

Lebak, 19 Juni 2021

Salam Blogger Inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

SMPS MATHLA' UL HIDAYAH CIPANAS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Prakata

 

 

Puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan naskah buku dengan judul “Mengukir Makna Hidup  ini dengan baik dan lancar.

Buku memoar ini merupakan salah satu goresan penaku yang sudah lama saya simpan dalan lembaran buku tulis dan laptop pribadi dan juga merupakan goresan hati untuk mengungkapkan perjalanan hidupku dalam menggiatkan literasi di masa pandemic.

Buku memoar ni dapat terselesaikan berkah bantuan beberapa pihak yang terkait, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.   Bu Kanjeng  atau Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M. Pd.  merupakan sahabat di dunia maya yang selalu mendorongku untuk berliterasi demi mewujutkan karya nyata yang dapat dinikmati dengan kasat mata.

2.   Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Kupang yang mendorong guru dan kepala sekolah tetap teguh melaksanakan Pendidikan pada satuan pendidikan selama pandemi covid melanda dunia Pendidikan kita.

3.   Bapak Ibu guru SD Negeri Naibonat, yang membantu saya untuk dapat menyelesaikan buku ini.

4.   Ibu Aam yang selalu mendorong saya untuk berliterasi demi mewujutkan karya nyata yang dapat dinikmati dengan kasat mata.

5.   Keluarga, istri tercinta Rosa sinensis Binsasi. Anak sulung Selsus Primus Anunu Metan. Anak ke dua Sergius Saba Metan dan anak bungsu Gregoriana Afoan Metan yang mendukung dengan cara masing-masing agar terselesainya buku ini.

6.   Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan terbitnya buku kedua saya.

Semoga amal ibadah mereka mendapatkan pahala dan ridho dari Allah dan diberikan imbalan yang lebih baik dari apa yang telah mereka berikan.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

 

Naibonat, 19 Juni 2021

Penulis

Simon Anunu, S.Ag, M.Pd.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Isi

 

Halaman Penerbit ……………………..     ii

Persembahan …………………………….     iii

Kata Pengantar ………………………….     iv

Prakata ………………………………………     v

Daftar Isi ……………………………………     vi

HIDUP ADALAH PERJUANGAN MEMBUTUHKAN  PENGORBANAN           1

AWAL SAYA MERINTIS KARIER ..     19

MENGOLAH PENDIDIKAN MASA PANDEMI ……………………………………  26

MUTIARA KASIH PANCARAN   SINARMU MENJANGKAU ANAK-    ANAK DI PULAU TIMOR                                …………….     35

ANGKA DUA BELAS MOMENTAL   PENUH MAKNA       …………………………. 45

MENULIS BERSAMA                         OM JAY MENJADI BLOGER AKU      BISA       …………………………………………..     61

MENGGUNAKAN BLOG ………………     69

MATERI  YANG PALING DIINGAT   DARI NARASUMBER IBU         KANJENG              …………………………………..     72   

MENCIPTAKAN  POLA BELAJAR  EFEKTIF DARI RUMAH       ……………….  78

COVID-19 MENGUJI  KREATIVITAS GURU ………………………………………..      84

MENCEGAH PENYEBARAN                VIRUS CORONA GURU DAN            SISWA BERTAHAN DI RUMAH                          …..   100

DAMPAK PERCERAIAN SUAMI      ISTERI BAGI ANAK BALITA ………..        105

POTENSI MENDIRIKAN TAMAN SEMINARI  DAN SEKOLAH MENENGAH  ATAS AGAMA                                              KATOLIK (SMAK) DI NTT       SANGAT TINGGI            ……………………………………..   111

PRAKTIK MENULIS……………………..  122

KINI AKU HARUS BISA MENULIS  ARTIKEL       ………………….        132

PENDIDIK MENGINSPIRASI ……..   149

Profil Penulis ……………………………..   155                    



HIDUP ADALAH PERJUANGAN MEMBUTUHKAN  PENGORBANAN

Mengenal diri adalah awal reflek-si  berintrospeksi. Pada suatu ketika saya bertanya dalam diri, ”siapa dan bagaimana aku?” lalu saya berusaha menelusuri latar belakang diri. Saya pun menemukan beberapa jawaban. Saya ini anak petani miskin. Orang tua tak mampu menyekolahkanku. Anak petani subsisten, bertani  dengan cara tradisional sesuai kebiasaan nenek moyang yang masih primitif. Ditambah lagi kepercayaan animisme dan dina-misme istilah setempat uis pah  harus diberi sesajian. Jika tidak diberi sesajian maka hasil  panen gagal atau tanaman diserang hama. Itu tanda uis pah marah dan memberi kutukan. Suka menyerah pada nasib memang sudah begini. Tanpa evaluasi diri  dan mencari solusi. Mestinya bertanya pada ahli pertanian  bersama peme-rintah. Bukan bertanya pada rumput yang bergoyang. Miskin ilmu malu bertanya sesat  dalam hidup.  Mungkin ini  salah satu penyebab NTT miskin.

Mengapa dan Bagaimana Anak Petani Miskin Bisa Menempuh Magister Pendidikan?

Pertanyaan ini biasa dan cara menjawabnya yang  biasa dibuat. Me-ngapa tidak? Karena saya sudah keluar dari lubang singa. Tantangan hidup membuat rasanya mau mati. Saya rasakan gesekan yang menda-lam  sampai-sampai saya jalani de-ngan cara yang biasa dibuat orang. Dengan tulisan ini saya coba me-review mengapa bisa jadi begini. Mari simak rintihan hati saya.

Untuk sekolah melanjutkan pen-didikan setelah tamat sekolah da-sar  dari SDN Sasi Kota Kefamenanu, saya menjual kayu api, menjadi koki rumah tangga alias pembantu rumah tangga. Ini saya jalani selama setahun setelah tamat SD tahun 1983. Majikan saya seorang polisi,  rupanya saya diuji tangguh menjadi pembantu rumah tangga. Modal dipercaya menjadi anak buah  rajin kerja keras, menimba air, memasak, ambil kayu api, cuci pakaian di sungai yang berjarak satu kilometer dari rumah.

Pada tahun 1984, saya didaftar melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Kefamenanu dikenal sebagai anak polisi di sekolah dan membiayai uang sekolah. Untuk belajar saya silih waktu kerja. Setelah semua kerja beres baru pegang buku mengerjakan PR, membaca kembali catatan. Metode belajar yang cocok saat itu ada-lah learning by doing. Belajar sambil bekerja. Ada tiga cara belajar yaitu membaca kembali catatan, mengerja-kan pekerjaan rumah (PR), dan menyiapkan pelajaran yang akan dibe-lajarkan besok. Saya mencatat per-tanyaan dari bahan ajar yang tidak dipecahkan kemudian akan saya tanyakan kepada guru saat pelajaran besok.

Waktu berjalan, hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun berganti mengantar saya tamat SMP pada tahun 1987. Ada pertanyaan yang muncul  dalam diri saya “ke mana saya pergi melanjutkan pendidikan. Lalu saya ingat sebuah judul lagu rohani berbunyi: “ooo ... ke manakah arah perahu”.

Siapa lagi yang bisa membantu saya membiayai pendidikan selanjut-nya? Pertanyaan  ini selalu meng-ganggu pekerjaan saya sebagai pembantu rumah tangga, waktu tidur, dan saya sering mengkhayal. Saya sering ditegur oleh majikan  karena kelihatan sering melamun.

Suatu saat menjelang awal tahun ajaran baru, saya diam dan mene-mukan jawaban setelah membaca papan apresiasi majalah dinding SMP almamater. Ada tulisan menjadi guru agama Katolik  setelah tamat sekolah pendidikan guru agama Katolik (SPGAK) Warta Bakti Kefamenanu. Hati saya terpanggil untuk menjadi guru agama Katolik.

Suatu saat di tengah hutan sambil memilih kayu kering,  ada bisikan dalam hati “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan baptislah mereka dalam nama bapa dan putera dan Roh Kudus”. Kalimat ini saya ingat saat membaca kitab suci setiap malam selesai belajar.

Saya pernah sangat tertekan oleh situasi hidup susah. Saya biasa mengucapkan salam Maria di waktu doa Rosario sebagai kebiasaan  orang Katolik. Menjadi doa kesayangan di situasi sulit. Aku menulis surat kepada Bunda Maria di surga. Begini bunyi isi suratnya “Kepada Yang Tercinta Bunda Maria di Surga. Pandanglah aku anakmu yang sengsara ini. Berikanlah aku petunjukmu. Bagaimana aku menemukan sekolah yang tepat  untuk mengantar aku keluar dari soal hidup ini. Biar engkau di surga doakanlah aku anakmu yang merana ini. Santa Maria  doakanlah aku, Amin”.

Dengan hati tegar dan kuat, saya melangkah dengan pasti. Saya men-daftar sebagai peserta didik baru di SPGAK Warta Bakti Kefamenanu pada tahun 1987. Peserta yang mendaftar saat itu sebanyak 360 orang. Namun, yang lulus tes masuk hanya 150 orang termasuk Simon Anunu, penulis buku ini, berada pada urutan ke-25. Saya gembira karena Bunda Maria menga-bulkan doa.

Siapa yang membiayai pendidikan-ku  selama di SPGAK? Uang sekolah saat itu Rp7.500,00. Saat itu gaji seorang polisi Rp150.000,00. Apakah saya terus sekolah? Hanya tiga bulan polisi itu janji membayarkan uang sekolah. Ternyata sudah tiga bulan bendahara sekolah  menagihnya. Ma-jikan saya tidak mampu bayar, malah menganjurkan saya keluar dari sekolah menunggu tahun depan daftar ulang di SMA Negeri 1. Saat itu  uang sekolah hanya Rp500,00. Antara Rp7.500 di SPGAK dengan  Rp 500,00 di SMA Negeri  lebih baik pilih yang murah meriah karena keputusan penentu kebijakan tanpa mempertimbangkan keputusan saya yang menjadi korban.

Bagaimana saya menanggapi atas anjuran majikan harus berhenti seko-lah alias drop out. Saya menolak  de-ngan keras anjuran majikan keluar dari SPGAK. Saya memilih keluar dari maji-kan polisi ini. Saya berniat  mencari uang membiayai diri sendiri tetap sekolah di SPGAK. Apakah orang tua bisa membantu? Tidak. Orang tua mencari makan saja tidak cu-kup.  Lebih sadis lagi pakaian seragam sekolah ditahan oleh saya. Ijazah SD dan SMP  juga ditahan sampai harus bawa tebusan berupa sapi, babi, atau setimpal.

Apakah saya tetap sekolah? Ja-wabannya saya terus sekolah. Untuk pakaian seragam SMA saya meminjam pakaian bekas milik teman sekampung yang sudah lulus SMA. Sepatu juga pinjam karena tidak ada uang untuk beli baru. Baju seragam saya pinjam milik adik nona yang sudah tamat SD. Jarak tempuh sekolah semakin jauh. Yang sebelumnya hanya tiga kilometer, sekarang menjadi tujuh kilometer karena kembali ke rumah orang tua.

Uang sekolah saya bayar sendiri dengan dari jasa jual air sepulang sekolah. Suatu ketika saya mencoba cari kerja sambil sekolah. Ada seorang jaksa yang membutuhkan jasa timba air. Saya menawarkan diri setiap minggu tiga kali mengisi bak air di rumah  jaksa kala itu  belum ada air leding. Saya menjadi “leding hidup”. Mengambil air dari sumur berjarak 20 meter dari sumur ke rumah jaksa. Gaji jasa mengisi air di bak mandi dan bak WC sebesar Rp12.000,00 per bulan. Dengan gaji Rp12.000,00 menjadi modal bayar uang sekolah dan masih ada sisa untuk saya tabung.

Bagaimana menambah tambahan penghasilan uang?  Saya pernah mem-bersihkan rumput di kebun milik ke-pala kantor agama Kabupaten  Timor Tengah Utara. Istilah setempat tofa kebun. Luas kebun itu empat are. Setelah selesai membersihkan kebun itu, saya diberi Rp12.000,00. Setiap are dihargai dengan   Rp3.000,00. Tekad saya kerja halal apa saja yang penting menghasilkan uang untuk menyelesaikan studi. Puji Tuhan  saya diberi kekuatan  untuk membiayai diri sendiri. Belajar mandiri, sekolah mandiri dan biaya sendiri karena saya akui orang tua miskin.   

Bagaimana dapat makan? Saya mendapatkan jagung, ubi kayu atau singkong dari orang tua. Mulai saat itu saya harus konsentrasi belajar maka saya memilih tinggal di asrama yang dekat sekolah. Uang asrama saya bayar dari sisa uang jasa timba air di jaksa itu.  Makanan  tiap hari jagung ketemak dicampur dengan  ga-plek  dan sayur daun asam muda (isti-lah setempat kiu so”o) yang mudah gratis diperoleh dari hutan. Jagung ketemak itu keras, membutuhkan wak-tu masak yang cukup lama. Sekali masak untuk tiga kali makan. Misalnya pulang sekolah masak jagung untuk makan malam, makan pagi ke sekolah dan makan siang. Kebiasaan ini ber-langsung hanya satu tahun selama  SPGAK Warta Bakti Kefa-menanu.

Suatu ketika  saya masih di bangku kelas tiga SPGAK. Ada seorang ibu guru SMA Negeri 1 Kefamenanu men-cari  seorang pembantu rumah tangga khusus timba air. Beliau  mencari saya di sekolah. Saat berpapasan mena-warkan saya untuk tinggal bersama keluarganya hanya untuk timba air. Apabila saya bersedia maka uang sekolah, biaya hidup, keluarga ini yang tanggung. Saya merasa luar biasa. Secepatnya saya ambil sikap beralih dari asrama  pindah tempat tinggal. Tanpa memberi tahu  orang tua  dan memang orang tua pun tidak ambil tahu. Ibu guru ini bernama Ibu Sry, sedangkan suaminya bernama Pa Jhon Lay, seorang pegawai negeri sipil kantor perdagangan Kota Kefa. Saya merasa bahagia. Diperlakukan seperti anak yang layak dibantu.  Rupanya Tuhan mempergunakan keluarga ini untuk memerhatikan saya. Memang keluarga ini belum dikaruniai seorang anak.  Biasanya saya  hanya makan jagung ketemak. Di keluarga ini  hanya makan nasi. Saat-saat pertama perut saya harus membutuhkan penyesuaian. Rasanya mau makan jagung  terus tapi jagung  tidak tersedia.

Siapa saja yang membantu saya selama  melanjutkan pendidikan mulai dari SMP sampai  selesai tamat sekolah pendidikan guru agama Katolik  di Kefamenanu? Kesempatan ini saya akan menuturkan satu per satu melalui  tulisan ini.

Pada tahun 1983 tamat sekolah dasar. Saya berjumpa dengan seorang polisi bernama Rofinus Gole asal  Flores Lembata. Ia seorang ang-gota Polisi Resor (Polres) Kabupaten Timor Tengah Utara. Kini beralamat di samping terminal bus Kota Kefame-nanu. Saat bertemu di depan rumah-nya, ia bersiap-siap hendak piket malam. Ketika saya memberi salam selamat malam ia kaget. Lalu ia bertanya dari mana dan mau ke mana dengan  nada tegas seorang polisi. Saat itu masih kanak-kanak sambil takut saya jawab pertanyaan polisi dengan tegas. Saya dari kampung Kuan Tes dan hendak ke transmigrasi lokal di Sasi. Lalu ia melanjutkan pertanyaan di mana saya sekolah.

 Saya baru tamat dari SDN Sasi. Tapi karena orang tua miskin  tidak bisa melanjutkan pendidikan. Jadi setiap hari saya jual es lilin keliling Kota Kefamenanu,” jawab saya.

Polisi itu tersentak lalu menarik napas panjang.

Jadi engkau mau sekolah?” tanya polisi itu.

Saya pun menjawab dengan suara lantang penuh harapan.

Kalau kau mau sekolah, tinggallah bersama kami sekeluarga di sini. Lalu kami membiayaimu sekolah,” kata polisi itu.

Saya tersentak saat itu, mende-ngarnya serasa sebutir embun menye-jukkan hati. Lalu polisi itu mengajak saya masuk ke rumahnya. Saya bertemu dengan isterinya bernama Lenny Mamo Gole dan ketiga putrinya yang masih kecil. Anak pertama bernama Hedy Gole baru kelas dua SD dan dua yang lain belum sekolah. Ibu dan tiga anak ini menyambut saya dengan gembira. Rupanya mereka menanti seorang anak pembantu rumah tangga. Karena biasanya orang tua bepergian, ketiga anaknya sendiri di rumah. Letak rumah ini cukup jauh dari rumah tetangga. Mulai saat itu saya tinggal dengan keluarga mereka sampai tahun depan baru sekolah. Rupanya mereka menguji ketabahan saya. 

Siapakah orang kedua yang men-jadi  orang tua asuh saya pasca putus hubungan kerja pembantu rumah tangga dan melanjutkan studi. Majikan bapak kandung saya yang memelihara sapi majikannya bernama Orias Kaseh.  Ia bersedia menampung saya tinggal di rumahnya  sebagai pem-bantu rumah tangga. Bapak Orias Kaseh dan Ibu Dora Lake bersedia menjahitkan pakaian seragam sekolah. Ada dua macam seragam sekolah putih abu-abu dan putih hijau. Harga setiap pasang Rp12.500,00. Uang ini dipo-tong dari uang jasa bapak sa-ya  memelihara sapi majikannya. Saya tinggal bersama keluarga ini selama setahun.

Mengapa harus jahit pakaian seragam sekolah lagi? Karena semua pakaian seragam telah ditahan oleh majikan pertama karena itu milik mereka. Karena sudah keluar  dari rumah majikan itu maka pakaian dan ijazah SD dan SMP mereka tidak berikan. Setelah jadi guru di SMP San Daniel Oepoli sekaligus pendiri sekolah ini, honor Rp15.000,00 selama  lima tahun saya belikan seekor sapi sebagai tebusan. Saya bawa sapi itu ke majikan pertama. Kemudian ia baru memberikan ijazah SD dan SMP saya.

Siapakah keluarga berikutnya yang menjadi orang tua asuh saya?  Bapak Gabriel Akoit adalah orang tua asuh ketiga. Keluarga ini hanya bersedia menampung saya untuk tinggal saja tanpa membiayai sekolah. Uang sekolah saya cari sendiri. Rumah Bapak Gabriel Akoit  berhadapan langsung dengan perumahan jaksa Kota Kefamenanu. Setiap hari saya pulang  sekolah berjumpa dengan seorang nona di sumur tua ini. Dia bercerita bahwa ada jaksa tetangga majikannya mencari orang untuk menimba air. Dalam hati saya ber-tanya bisakah aku dapat diterima di situ untuk menimba air. Pada suatu sore saya melihat jaksa itu duduk di serambi depan rumah dinasnya. Saya berusaha mendekati,  coba menanya-kan  kalau-kalau bisa diterima  menim-ba air.  Sebelum saya bertemu terlebih dahulu saya berdoa Salam Maria Doa Rosario. Dengan langkah berani saya menemuinya.

Assalamualaikum,” salam pertama saya sampaikan kepadanya.

“Alaikum salam,” jawabnya.

Saya pun duduk bersama di serambi rumah itu. Saya langsung menyampaikan maksud kedatangan.

“Bapak saya mau cari kerja,” kata saya.

Apakah yang bisa engkau kerjakan?” tanya beliau.

 Saya menguraikan semua kemam-puan yang saya miliki yaitu bisa timba air, bisa ambil kayu api, bisa tofa rumput,  cuci pakaian, dan seterika pakaian.

Kami ini seorang jaksa. Setiap hari hanya memutuskan perkara. Kebun kami tidak punya. Kalau Adik Simon mau, boleh timba air  karena anak yang biasa timba air di keluarga kami sudah kembali ke kampung,” jawab jaksa yang bernama Pa Ismail.

Dengan lega saya bersyukur karena bisa dierima kerja timba air. Setelah itu, saya  mulai berbicara  tentang gaji dan kapan masuk kerja. Jaksa itu menjelaskan mulai besok  sore bisa mulai timba dan pikul air menggu-nakan jerigen 20 liter sebanyak dua buah. Satu di depan dan satu di belakang. Saya menawarkan gaji sebagai jasa pikul air itu sebesar Rp15.000,00 per bulan. Tapi Jaksa Ismail melepaskan koran di tangannya dan mengangkat kepala bertanya kepada saya untuk apa uang itu. Saya menjawab  untuk biaya sekolah. Pa Ismail bertanya di mana saya sekolah. sekolah. Saya menjawab sudah di kelas dua SPGAK Kefa.

Wah, luar biasa tapi kurangi sedi-kit  upahmu,” kata Pa Ismail.

Maka saya langsung menawarkan sebesar Rp12.000,00 per bulan. Pa Ismail menyetujui. Pa Ismail menjelas-kan dalam satu minggu cukup tiga kali timba air. Sehabis kerja boleh makan dalam. Artinya selesai bak mandi dan bak  WC diisi dengan air penuh lang-sung makan sebelum pulang. Kesan saya makan di rumah jaksa selalu enak. Dalam hati  saya, kalau makan enak begini biar timba air tiap hari. Inilah orang tua asuh yang ketiga dan keempat.

Siapakah orang tua asuh yang kelima?  Pada saat saya sementara kerja di sekolah, saya kedatangan seorang ibu guru. Menurut saya ini tamu terhormat. Rupanya ibu ini sudah merekam jejak saya sebagai seorang penimba air. Ibu ini bernama Ibu Sry.  Rupanya ia orang Jawa mengajar di SMA Negeri Kefamenanu. Ia mencari orang untuk membantu menimba air dari sumur yang dalamnya 35 meter. Tawaran yang diberikan kepada saya apabila saya bersedia maka biaya sekolah dan makan minum serta akomodasi tempat tinggal. Ibu Sry dan suaminya, Pa Jhon Lay,  menerima saya sebagai anak asuh. Saya menerima tawaran ini dengan ikhlas hati.

 

AWAL SAYA MERINTIS KARIER

Memang betul pendidikan di SPGAK Warta Bakti Kefamenanu mengantar saya masuk dunia kerja dengan mulus. Ketika tamat sekolah dari lembaga pendidikan ini saya siap menjadi seorang guru agama Katolik, dalam gereja Katolik biasa dikenal sebagai seorang katekis. Kata katekis berasal dari kata Yunani katechein yang berarti pewarta sabda pelayan umat Katolik, petugas pastoral.  Pada tahun 1990 saya mulai masuk Kabupaten Kupang. Pesis di wilayah Oepoli,  kini  Kecamatan Am-foang Timur. Bersama seorang pastor bernama Romo Daniel J. Afoan Pr.  sebagai seorang pastor paroki di Paroki Santu Stefanus Naikliu Keuskupan Agung Kupang, di Kecamatan Amfoang Utara kala itu.

Pada tanggal 1  Juli 1990 merintis SMP Katolik San Daniel Oepoli di bawah payung hukum  Yayasan Daniel Broutieur. Berkolaborasi dengan pe-merintah setempat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Kabupaten Kupang mengeluarkan izin operasional. Saya adalah salah satu guru dari delapan guru pemula. Gaji yang kami peroleh  selama 10 tahun 1990 sam-pai  dengan tahun 2000 adalah guru yayasan dengan besaran gaji Rp40.000,00. Kami enjoy dengan gaji yang ada.  Penulis sebagai guru agama Katolik  dan perintis lembaga pendi-dikan ini.  

Selama 12 tahun saya habiskan waktu tinggal di Oepoli. Di samping sebagai guru juga bertugas seba-gai  bapak pengasuh asrama putera-puteri. Saya sering mewakili  yayasan mengikuti pertemuan di ting-kat kabupaten dan tingkat keuskupan majelis pendidikan Katolik sampai tingkat nasional. Inilah yang memben-tuk pribadi pengelola pendidikan Katolik. Begitu juga pengalam-an  mengelola pendidikan formal dan nonformal bekerja  sama dengan Pen-didikan Luar  Sekolah (PLS).

Pengalaman adalah guru terbaik. Dengan pengalaman kerja dalam dunia pendidikan, kini saya mengelola  Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Sejak tahun 1990 membantu siswa putus sekolah  dengan program paket A setara sekolah dasar, Paket B setara SMP dan paket C setara SMA. Banyak orang cukup terbantu dengan program ini. Apalagi dengan adanya Undang– undang Desa mengisyaratkan aparat desa harus berijazah  SLTA atau sederajat seperti paket C. Bah-kan  tamatan  PKBM  bekerja sebagai sekretaris desa yang berijazah paket C diangkat menjadi pegawai negeri sipil.

Bagaimana bisa mendapat kembali ijazah SD dan SMP yang pernah dita-han oleh majikan pertama? Perjalanan hidup saya berliku-liku pahit manis bercampur menjadi satu. Inilah jalan melalui penderitaan dalam bahasa latin Via Dolo Rosa. Setiap orang dianugerahi jalan hidup yang khas sesuai rencana Tuhan. Saya memahami dan menjalani saja.

Saat  menjadi guru di SMP Katolik San Daniel Oepoli, saya pernah mem-bantu seorang anak mau sekolah tetapi tidak punya uang.

Apabila Pa Simon memban-tu  membiayai anak saya sampai tamat SMP maka  kami sekeluarga akan memberi seekor sapi,” kata orang tua dari anak itu  kepadaku. 

Setelah saya hitung harga sapi ka-lau diuangkan  ternyata cukup. Begitu anak ini tamat maka sapi yang dijanjikan itu mereka berikan dengan ikhlas. Seekor sapi ini saya bawa dari Oepoli  Kabupaten Kupang menuju Kota Kefamenanu untuk menebus kembali ijazah dan pakaian seragam yang pernah ditahan oleh majikan pertama. Memang  waktu saya pindah ke majikan kedua hanya bawa pakaian di badan. Waktu itu saya masih ingat, baju  yang saya pakai adalah kaos Golkar dan celana seragam SMP. Aku pun memberi sapi ini dengan ikhlas kepada majikan pertama. Ijazah SD, SMP  diberikan kepada saya

Kapan saya mulai diangkat menjadi PNS dan menjadi sarjana?  Pada tahun 2000 saya berhasil mengikuti tes CPNS dan lulus menjadi PNS guru agama Katolik. Pada tahun 2002  pindah tugas dari  Oepoli ke Naibonat Kecamatan Kupang Timur dengan maksud melan-jutkan studi mengambil  program sarjana dengan program izin belajar. Berkat restu Tuhan pada tahun 2004 diwisuda di Sekolah Tinggi Il-mu  Pastoral  (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang.  Pada tahun 2012 saya putuskan mengambil program pasca-sarjana prodi Pendidikan Ilmu Penge-tahuan Sosial (PIPS). Menggunakan program tugas belajar biaya sendiri per semester lima juta rupiah. Saya me-nyelesaikan program pascasar-jana  S2  Undana Kupang pada tahun 2015.

Bagaimana keadaan karier saya  sekarang ini?  Saya semakin langgeng melangkah maju. Kini saya diangkat menjadi kepala SDN Naibonat berdasarkan SK Bupati Kupang Nomor: 821.21/15/BKPP.KAB.KPG/2017.  Pada tahun 2018  saya  lulus  tes  asesor PAUD dan PNF  Badan Akreditasi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini menyebabkan saya keliling NTT untuk  visitasi akreditasi  PAUD dan PNF setiap tahun. Di samping itu,  saya dipercaya oleh Kepala Dinas Pendi-dikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur sebagai anggota tim verifikator modul paket A, B, dan C. Sampai sekarang menjadi Instruktur Kurikulum 2013  Pendidikan Agama Kabupaten Kupang. Tokoh Agama Peduli HIV  outlet kondom gratis.

Dengan adanya pengalaman merintis sekolah maka pada tahun 2018 saya mendirikan SMP Katolik Santu Donbosco di Naunu bersama Yayasan Bintang Timur. Tahun 2019 saya merintis Taman Seminari Santu Simon Petrus di Naunu Paroki Lili Camplong. Tahun 2019 ini saya merintis lagi Sekolah Menengah Agama Katolik  (SMAK) di Naunu bersama Romo Anselmus Leu Pastor Paroki Santa Helena  Lili Camplong. 

Peran saya dalam Gereja Katolik Stasi Santu Yohanes Maria  Vianney Naibonat Paroki Santa Maria Fatima Taklale sebagai wakil ketua stasi. Katekis umat Katolik bekerja sama dengan Bupati Kupang dan DPRD Kabupaten Kupang  sejak tahun 2012  dan di tahun  2019 ini Gereja Katolik mendapat hibah tanah pemda  untuk bangun Gereja Katolik stasi dengan serifikat tanah  hak milik.  Peletakan batu pertama pemba-ngunan gereja akan dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2019 oleh Uskup Agung Kupang Mongsinyiur Petrus Turang.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MENGOLAH PENDIDIKAN MASA PANDEMI

 

Pengalaman adalah guru ter-baik. Lewat proses melihat kembali pe-ngalaman bagaimana membuat orang lain menemukan dirinya yang sesung-guhnya. Hal ini tidak semudah mem-balik telapak tangan. Proses menemu-kan sesuatu yang lebih dari yang biasa itulah yang disebut perjuangan. Tiada amal tanpa berkorban. Tiada korban tanpa derita. Itulah hidup pencari fakta. Memang orang suka fakta ketim-bang  cerita belaka. Bagaimana proses memanusiakan manusia itulah tugas seorang pendidik. Makanya tugas pen-didik adalah tugas mulia.

Hal ini yang dilakukan oleh Simon Anunu, S. Ag., M. Pd., kepala SDN Nai-bonat Kecamatan Kupang Timur Kabu-paten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya me-manage sekolah dengan jumlah guru 20 oarang  dan dua orang tenaga kependidikan. Untuk menyamakan persepsi tentang pola pendidikan di sekolah ini. Melayani proses pendidikan di masa pandemi Covid-19 dengan segala penyesuaian. 

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan belajar dari rumah (BDR). Guru me-rancang pembelajaran sesuai kuriku-lum pandemi yang dipandu oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Kabu-paten Kupang melalui surat edaran. Penguatan oleh pengawas sekolah. Kepala sekolah memainkan perannya sebagai seorang manajer. Pendamping guru dan tenaga kependidikan dan mengolah pendidikan di sekolah sebagai santapan sedap bagi anak didik dan orang tua. Situasi sekolah yang menyenangkan membuat guru melayani dengan hati. Semua fasilitas pendukung dipenuhi oleh kepala sekolah untuk melancarkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik. Memang harus diakui awal semester genap mulai Januari sampai Maret dana BOS belum cair, tetapi kepala sekolah tidak boleh  mati akal. Bijaksana mencari jalan keluar terbaik. Membangun kerja sama dengan pihak ketiga yaitu dunia usaha dan dunia industri. Untuk alat kantor dan alat tulis kepala sekolah bekerja sama dengan toko penyedia kebutuhan sekolah dengan melakukan bon barang nanti dibayar setelah dana BOS cair. Itulah suka duka seorang kepala sekolah. 

Model pembelajaran jarak lauh itu yang dipilih oleh dewan guru dengan metode luar jaringan (luring). Kebi-jakan ini diambil sesuai hasil rapat bersama orang tua. Ada orang tua yang tidak punya android bahkan ada yang tidak punya handphone.  Kalau ada hanya handphone senter. Bagai-mana  supaya proses belajar-mengajar di masa pandemi corona virus yang mencekam dunia dan dampaknya sudah terasa di Kupang banyak korban berjatuhan sampai meninggal dunia. Hal ini cukup menakutkan orang tua, guru dan masyarakat sekolah. Jalan terbaik yang diambil adalah  orang tua mengambil bahan ajar di sekolah dan membelajarkan anaknya di rumah. 

Belajar dari rumah (BDR). Satu-satunya  pilihan orang tua bersama guru  untuk melindungi anak dari penyebaran kontak virus corona yang sudah merajalela.  Dengan cara orang tua saja yang datang ke seko-lah  sesuai jadwal yang sudah disosiali-sasikan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan di sekolah ini. Untuk pembatasan  kerumunan di sekolah maka dibagi jadwal sebagai berikut: hari Senin, Selasa, dan Rabu pengambilan materi ajar di sekolah oleh orang tua. Hari Kamis, Jumat dan Sabtu untuk orang tua  yang anaknya duduk di kelas empat, lima, dan enam. Kepala sekolah  memilih tiga hari sebagai alternatif  orang tua 

Mari kita  melihat kembali kegiatan pembelajaran yang terjadi di  SDN Naibonat dalam rangka  menangani   di mana ada anak  yang loyo dalam belajar. Keloyoan belajar anak di kelas di mana  anak cepat bosan belajar dan bersikap masa bodoh. Bahkan sikap protes  yang ditunjukkan dengan ber-sikap bandel, seperti menggang-gu  teman baik dalam kelas maupun kelas lain. Ada satu anak peserta didik baru kelas dua.  Banyak guru dari kelas satu sampai kelas enam menge-luh tentang sikap anak yang bernama Adrianus Hali Wiwi ini. Siswa ini sudah bandel  juga tidak mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Lebih  aneh lagi ketika  ada anak yang menangis dalam kelas pasti  Adrianus melakukan kekerasan  dengan memu-kul teman itu.

Kejadian ini menyita perhatian ba-nyak orang baik wali kelas dua,  kepala sekolah dan orang tua.  Ada surat panggilan kepala sekolah kepada orang tua anak ini untuk dicarikan jalan keluar dan jalan terbaik. Ternyata anak ini mempunyai  sikap super aktif. Tidak suka duduk terlalu lama belajar, jika dia diajak bermain sambil belajar malah lebih aktif. Kesempatan ini menjadi tantangan bagi guru  SDN Naibonat  jeli  memandang  sebagai peluang untuk mencari model pembe-lajaran yang tepat.

Ada lagi satu  anak peserta  didik yang sudah duduk di bangku kelas empat. Suatu ketika  diperhatikan anak itu seperti menulis, tetapi ter-nyata hanya menggoyangkan pulpen-nya. Guru curiga dan menaruh perha-tian khusus, ternyata anak ini mem-punyai gerak manipulasi seolah-olah aktif  menulis. Hal ini membuat guru semakin penasaran.

Guru pun menduga mungkin anak ini belum bisa menulis dengan baik. Jangan sampai tidak menguasai huruf,  kata   dan kalimat.  Guru ini naik pitam  mengapa ada anak yang sudah duduk kelas empat tetapi belum bisa menulis. Setelah ditelusuri lebih teliti ternyata anak ini lamban. Bila dikte cepat pasti anak ini pura-pura menulis. Akhirnya, anak ini diperha-tikan secara khusus oleh gurunya. Ketika temannya pulang saat bel sekolah berbunyi, anak ini diberi  remedial  menulis  ulang. Mulai saat itu, anak tersebut bisa menulis indah.  Anak peserta didik ini sudah duduk di bangku  kelas V  pada tahun ajaran 2020/2021. 

Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan spirit inspiratif untuk siswa-siswinya. Spirit inspiratif ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasihat membangun kepada anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu.

Guru sebagai tenaga pendidik pro-fesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiawaan peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah kemajuan.

Ada satu hal yang luar biasa adalah siswa yang drop out (DO) dari SD Negeri Naibonat pada tahun pembela-jaran lalu. Berhubung penulis adalah pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), penulis bekerja sama mengunjungi orang tua peseta didik yang DO di rumah. Di sana sambil minum kopi panas, kami diskusi dan saling meneguhkan tentang masa depan anaknya. Bila anak ini tidak sekolah bagaimana masa depan anak bangsa. Anak ini bernama Adikar Lubalu satu-satunya lelaki dalam keluarga.

Orang tuanya akhirnya mengerti masih ada jalan lain ke Roma. Di mana bila  Adikar daftar sambung sekolah di PKBM mengikuti pendidikan kesetaraan paket A maka anak ini bisa menikmati pendidikan selanjutnya. Tawaran ma-nis ini diterima baik dengan senang hati oleh orang tua Adikar yang sudah janda. Suaminya sudah dipanggil oleh Tuhan beberapa tahun lalu. Sikap orang tuanya sangat bersyukur. Kini Adikar sudah sekolah di SMP Negeri 4 Kupang Timur. Ketika Adikar dan keluarga melihat penulis selalu mereka katakan kami ini keluarga.   

Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan inspirasi untuk para muridnya. Inspirasi ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasihat membangun pada anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional RI Suyanto saat memperingati Hari Guru Nasional di SDN II Cideng, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2011).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MUTIARA KASIH PANCARAN SINARMU MENJANGKAU ANAK- ANAK DI PULAU TIMOR

       

Sinar mengusik kegelapan. Habis gelap terbitlah terang. Kegelapan kebodohan, kegelapan kemiskinan, dan kegelapan tak berdaya. Sinar terang perubahan hidup. Sinar terang perubahan cara berpikir. Sinar terang pengolahan harta kehidupan. Sinar terang berkelimpahan dalam cita-cita anak bangsa.

Sebagai seorang awam, katekis selalu bersama pastor  duduk bercerita tentang kehidupan umat di tempat saya melayani. Pengalaman berpas-toral sebagai katekis sejak tahun 1990 di Paroki Santu Stefanus Naikliu kala itu. Sekarang paroki ini sudah memekarkan diri menghadirkan Paroki Santa Maria Mater Dei Oepoli Keuskup-an Agung Kupang. Kala itu penulis masih menjadi guru agama Katolik sekaligus pendiri SMP Katolik San Daniel Oepoli yang berbatasan langsung dengan Oekusi Negara Timor Leste.

Katekis yang bukan saja sebagai guru tapi juga animator Sekami. Mengenal anak Sekami, juga latar belakang orang tua dengan kehidupan beriman dan orientasi masa depan anak-anaknya. Kehidupan beriman orang tua yang hidup segan mati tak mau. Di mana praktik kehidupan nyata jauh dari iman kristiani yang diharap-kan. Begitu juga pendidikan anak tergantung dari berkat Allah. Bila penghasilan  orang tua cukup memadai pasti pendidikan anak pun lumayan.

Sejak tahun 2002 penulis pindah tempat tugas dari Oepoli ke tempat baru SD Inpres Naibonat dengan alasan mendasar studi strata satu di STIPAS Keuskupan Agung Kupang. Kini penulis tinggal di Stasi St. Yohanes Maria Vianney Naibonat di Paroki St. Maria Fatima Taklale. Mayoritas umat berasal dari eks pengungsi Timor Leste. Bersama RD. Piet Olin, sebagai pastor paroki saya mulai kenal Yayasan Mutiara Kasih.

 Sosialisasi pelatihan di Mutiara Kasih berbasis kelompok umat. Basis dan rekrutmen anak-anak putus sekolah menjadi prioritas. Penulis menggunakan kesempatan ini untuk mulai beraksi meneruskan informasi mendaftar anak-anak yang berminat mengikuti pelatihan pengasuh bayi, melayani dan merawat orang sakit, anak-anak, dan para manula. Sejak lima tahun lalu dari mulut ke mulut orang tahu penulis membantu anak putus sekolah atau yang sudah tamat SMP tetapi orang tua tidak ada dana untuk lanjut SLTA  dan tamat SMA tidak kuliah  boleh memperoleh kesempatan direkrut ke Mutiara Kasih.

Banyak anak yang berhasil setelah pulang dari Mutiara Kasih. Ada yang membawa pulang uang berjuta-juta. Ada yang menggunakan uangnya untuk memperbaiki rumah orang tua berdinding bebak beratap daun atau ilalang disulap sekaligus bedah rumah jadi rumah layak huni  dan permanen. Ada yang membawa handphone bermacam-macam merk. Beberapa orang menggunakan uang untuk kuliah meningkatkan sumber daya manusia orang Timor. Cukup banyak anak Mutiara Kasih yang sudah mengumpul-kan uang dan membiayai adik atau keluarga yang kuliah S1 baik kuliah di dalam dan luar NTT.  Ada pula anak selesai kontrak di Mutiara Kasih langsung kuliah di Jakarta, contohnya Adik Lusia Metan menyelesaikan studi strata satu jurusan sastra dan bahasa Indonesia dan telah diwisuda pada bulan September 2016. Inilah seberkas pancaran kasih dari Mutiara Kasih  untuk anak bangsa di Pulau Timor.

Kisah nyata pancaran kasih Mutiara Kasih bercokol di Pulau Timor bagaikan kabar gembira yang terlambat sampai di beberapa  tempat. Penulis merasa-kan inilah kabar gembira yang terlam-bat sampai  di Kota Kefamenanu Kabu-paten TTU pada saat pastor Paroki St. Antonius  Padua Sasi Pater Titus kaget karena anak dari ketua lingkungan Fatu Auni paroki tersebut sudah ada di Mutiara Kasih di Cijantung Jakarta. Pastor paroki memarahi ketua ling-kungannya itu dengan tuduhan praktik trafficking.  Ketua lingkungan Paulus Taek tidak patah arang. Orang tua anak kakak beradik Dion dan Risto yang sudah ada di Mutiara Kasih,  memperkuat alibinya dengan membe-ritakan kepada pastor bahwa pukul 12.00 WITA hari itu,  Simon Anunu putera paroki ini yang merekrut Dion dan Risto ke Mutiara Kasih, bersama Ketua Yayasan Mutiara Kasih Ibu Agustin bersama Ibu  Enny akan tiba di Paroki Sasi.

Pada tanggal 23 Maret 2015 memang benar  Simon Anunu men-dampingi sekaligus memperkenalkan Ketua Yayasan Mutiara Kasih Ibu Agustin kepada Pastor Paroki St.  Antonius Padua Sasi. Dari Sasi ketua yayasan bertemu lagi pastor paroki St. Andreas Tunbaba RD. Jhon Naben sekaligus sosialisasi dua jam. Blusukan dilanjutkan ke Kampung Tes. Di sana Ibu Agustin dan Ibu Enny bermalam tidur beralaskan tikar di atas pelupuh (belahan bambu). Keesokan pagi tanggal 24 Maret 2015 jam 07.00 WITA ketua yayasan Mutiara Kasih dan tim blusukan lagi bertemu siswa dan guru SMA Bikomi Utara.  Alasan pe-nulis menghadirkan momen perkenalan ini agar Pater Titus dan RD. Jhon, siswa SMA Bikomi Utara menjadi sa-habat Mutiara Kasih. Mengapa? Karena sudah dua tahun penulis merekrut anak  dari Kampung Tes, Kampung Haumeni, Oepoli dan Desa Napan serta anak-anak  Bansone Kota Kefa.  Paroki Sasi ke Mutiara Kasih harus lewat  wawancara dan tes bila lulus oleh RD. Piet Olin di Paroki Taklale dengan jarak tempuh dua ratusan kilometer. Penga-laman pahit selama anak-anak dari Kefamenanu datang ke Paroki St. Maria Fatima Taklale di Kupang mulai dari pendaftaran sampai tunggu hasil harus menginap di rumah Pa Simon Anunu bertempat di Naibonat berming-gu-minggu. Akomodasi, transportasi pergi pulang  untuk tes kesehatan, wawancara  dan dengar hasil   menjadi tanggung jawab penulis karena per-buatan kasih. Alasan kedua men-dekatkan pelayanan perekrutan, wa-wancara, tes kesehatan, dan memfa-silitasi saat berangkat ke Jakarata lebih dipermudah oleh pastor paroki setempat.

Menjala Sahabat Mutiara Kasih. Sambil menyelam minum air. peribahasa ini mau mengatakan memperkenalkan Mutiara Kasih sekaligus Menjala Sahabat Mutiara Kasih kepada Pastor Paroki di Dekenat TTU dan Dekenat Mena  sekitar  Wini Ponu jalur utara Pulau Timor. Satu tahun dua pastor paroki  menjadi pastor Sahabat Mutiara Kasih. Pada tahun 2015 menjala pastor paroki St. Antonius Sasi Pater Titus dan Pastor Paroki St. Andreas Tunbaba RD. Jhon Naben menjadi  sahabat Mutiara Kasih. Pada tahun 2016 berhasil menjala pastor Paroki Kristus Raja Haumeni RD. Stef Bria  dan pastor Deken Mena RD. Kanisius  Oki.

Sudah menjadi buah bibir. Mutiara Kasih   di Paroki  St. Antonius Padua Sasi dan paroki Sahabat Mutiara Kasih suka membicarakan eksistensi Mutiara Kasih. Pada tahun 2016 ketua Yayasan Mutiara Kasih, Ibu Agustin dan Ibu Eny Susatyo bersama penulis  uji petik  evaluasi  bertemu orang tua Sahabat Mutiara Kasih di Paroki Sasi, Paroki Tunbaba, dan Paroki Kristus Raja Haumeni. Dari evaluasi ini ternyata ada kesan orang tua misalnya di Kampung Tes dan Paroki Antonius Sasi begitu senang dengan adanya gerakan Mutiara Kasih sudah dua tahun tamatan SMA tidak duduk di deker karena sudah ditelan oleh Mutiara Kasih.  Pada malam itu juga orang tua Remigius Metan terima 19 juta dari Ibu Agustin dan anak Remigius Metan bersedia kembali ke Mutiara Kasih. Dari  uang itu orang tua menggunakan untuk menyelesaikan rumah permanen.

Foto blusukan Ketua Yayasan Mutiara Kasih bersama Ibu Enny di Kampung Tes Paroki Kristus Raja Haumeni Kabupaten TTU –NTT,  rumah orang tua Brigita Metan pada  tanggal 23- 24 Maret  2015

Analogi petani menanam ada hasil dan gagal panen. Begitu juga usaha Mutiara Kasih banyak  anak yang sukses  tetapi juga banyak yang gagal. Bahkan tidak luput juga ada anak yang bertingkah laku aneh  seperti kacang lupa kulit.

Sudah waktunya Mutiara Kasih  memancarkan kasihnya  ke seluruh pelosok tanah air  ibu pertiwi  Indonesia. Kibarkan bendera kasih. Kobarkan kasih Kristus. Biarlah kasih Kristus dirasakan di mana-mana mela-lui rangkulan kasih sayang Mutiara Kasih sebagai tindakan konkret action iman kristiani .

Salam damai sejahtera.

                                                   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ANGKA DUA BELAS MOMENTAL PENUH MAKNA

 

Dua belas peserta didik perdana, guru dan pendiri SMP Katolik Santu Don Bosco Naunu Kabupaten Kupang NTT.

Mengenang inisiator dan pendiri SMP Katolik Santu Don Bosco Kabu-paten Kupang. Mendirikan sekolah bukan persoalan gampang. Tidur dan bermimpi itu hal yang biasa. Bermimpi, mengkhayal dan berniat untuk men-cerdaskan bangsa itu yang luar biasa. Bermimpi tentang masa depan gene-rasi penerus gereja dan bangsa  adalah satu kekuatan yang luar biasa. Kata seorang filsuf yang masih terngiang-ngiang di benak saya adalah Rene Descartes. "Aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum)”, kalau saya tidak sedang berpikir apa saya kemudian tidak ada? Ini pertanyaan yang meng-gelitik hati. Saat tidur, bangun, dan perjalanan, setiap saat saya berpikir. Sikap yang dipertontonkan  adalah mengkhayal karena pikiran.  Kini berpikir dan berpikir  untuk hal yang akan datang. Berarti saya ada dan akan ada dalam pikiran orang pada zamannya. 

Pengalaman pastoral menjadi ani-mator Serikat Kepausan Anak Misioner (Sekami) dalam gereja Katolik. Menya-dari diri dalam tugas panggilan pem-baptisan menjadi imam, nabi dan raja. Merenungi  panggilan Nabi Yesaya. Yesaya pernah mengatakan dalam dirinya, Inilah aku utuslah aku.” Nabi Yesaya mengamalkan panggilan ini de-ngan seluruh  jiwa dan raga. Membuat orang yang ia layani kagum meman-dangnya.  Karena ia sungguh mengha-yati apa yang ia katakan. Sampai saat ini dan di sini termasuk penulis me-maknai hidup Nabi Yesaya. Animator Sekami adalah orang yang selalu me-merhatikan pembinaan iman, moral dan pendidikan anak dan rema-ja.  Arah pandangan hidup menjadikan anak-anak  berpendidikan, bermoral, dan suka menolong orang lain. Seperti moto sekami “children helping children, artinya anak membantu anak. Dengan doa derma kurban dan kesaksian. Ketika teman yang susah dan sedih ajaklah bergembira dan bermain bersama. Pada saat yang sama ia melupakan susah dan larut dalam kebersamaan. Apalagi bersama dalam iman, moral dan belajar bersa-ma. Hal ini dilakukan dari generasi ke generasi. Banyak anak dan remaja Sekami yang pernah berga-bung  menjadi akrab. Walaupun kini ada yang berpisah karena pendidikan, pekerjaan, keluarga  tapi kenangan  ini selalu diingat. 

Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner merupakan gerakan interna-sional dari anak-anak yang paling tua di seluruh dunia. Pendirinya adalah Mgr. Charles de Forbin Janson, Uskup Nancy, Perancis, pada tahun 1843 (tahun 2003, HUT Sekami ke-160). Sejak 3 Mei 1922, dipusatkan ke Roma dengan status kepausan.

Ia sangat prihatin dengan keadaan anak-anak di seluruh dunia, teristi-mewa di Cina, yang pada waktu itu memiliki banyak anak yang menderita rohani dan jasmani.

Alasan Mgr. Charles Mendirikan Ke-lompok Anak Misioner. Ia terharu dan berdoa serta minta petunjuk Tuhan bagaimana agar anak-anak dapat di-selamatkan.

Ia disadarkan Tuhan: anak-anak bukanlah obyek Kabar Gembira, tetapi subyek Kabar Gembira. Artinya:

Anak-anak mampu menjadi rasul-rasul kecil, sahabat-sahabat Yesus, pembawa Yesus.

Anak-anak sangat tulus dalam menolong temannya yang jauh lebih menderita, mereka mampu melakukan, “children helping children”, anak bantu anak. Anak-anak dapat membantu teman-temannya lewat doa dan derma, anak dapat menjadi sahabat bagi temannya.

Tahun 1843 : Holy Childhood-Kanak-kanak Suci, pelindung gerakan ini adalah Yesus.

Tujuan utamanya adalah menjadi-kan anak-anak sahabat Yesus, yang berani memperkenalkan Yesus pada temannya yang lain. Membawa teman-temannya yang baru kepada Yesus. Dengan semangat setia kawan di-tuntun untuk rela menolong sesama sahabatnya yang lain. Singkatnya menjadi rasul-rasul cilik atau misio-naris-misionaris cinta. Pada  tanggal 3 Mei 1922 Serikat Kepausan Anak Misioner berpusat di Roma, langsung di bawah perlindungan Sri Paus sendiri. Di Indonesia, Sekami telah mulai bergiat sejak tahun 1970-an.

Mulanya bernama Sekar SEKAR (Serikat Kepausan Anak dan Remaja) Sejak Lokakarya Nasional KKI di Denpasar (1996), wakil-wakil dari seluruh keuskupan, bersama pimpinan Karya Kepausan Indonesia, bersepakat untuk mengubah namanya menjadi Sekami (Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner).

Tambahan kata Misioner dirasa perlu oleh para Dirdios KKI se-Indonesia, agar anak dan remaja lebih menyadari peran dan perutusan misioner mereka.

Tujuan Sekami

1.    Membangun hubungan pribadi penuh persahabatan dengan Yesus dan dengan sesama sahabat lainnya.

2.    Membangun kesadaran misioner dalam hati dan budi anak dan remaja (setiap anak adalah misio-naris cilik).

3.    Membangun persekutuan misioner di kalangan anak dan remaja (ber-sama-sama mereka diutus sebagai misionaris).

4.    Membangun kerja sama misioner sejak dini di kalangan anak dan remaja (belajar bertanggung jawab dan bekerja sama).

5.    Membangun kepedulian misioner anak lewat, doa dan derma (khusus bagi anak yang jauh lebih menderita.

6.    Mempersiapkan kader misioner dari kalangan anak (persiapan masa depan mereka dan gereja).

Sasaran yang Ingin Dicapai

1.    Rela dan sedia membagikan iman-nya akan Yesus, sebab:

a.    Anak juga mengambil bagian dalam perutusan gereja.

b. Anak adalah misionaris: garam, terang dan cahaya dunia.

c. Anak bukan hanya obyek misi, tetapi subyek misi bersama orang lain, sesama anggota gereja.

2.  Rela dan sedia membagikan miliknya yang kendati sedikit bagi anak-anak lain:

a. Perbuatan nyata adalah ungkapan konkret iman dan doa serta tanggung jawab misionernya.

b.  Kesadaran misioner menghasilkan kerelaan untuk berbagi, secara nyata dalam hal material/derma, lebih gembira karena memberi dan bukan karena menerima.

c. Kerelaan berbagi dinyatakan juga dengan saling menerima teman lain: budaya, agama, bakat, talenta, dan lain-lain.

Keanggotaan

1. Setiap anak dan remaja Katolik (untuk Sekami Internasional, dibatasi 14 tahun ke bawah), boleh menjadi anggota Sekami.

Untuk Indonesia, tak ada keberatan untuk melibatkan anak-anak remaja, khususnya usia SMP.

2. Setiap anggota Sekami hendaknya siap menjadi “sahabat di tengah sahabat”, dalam bentuk sebuah serikat anak-anak, yaitu kum-pulan/pertemanan/persahabatan nasional bahkan internasional.

3.  Seorang anak menjadi anggota resmi dengan memohon untuk menjadi anggota dan permohonan-nya disetujui dan dikabulkan oleh Direktur Diosesan KKI Keus-kupannya, dengan sepengetahuan Direktur Nasional, melalui sebuah pelantikan.

4.  Sebelum mengajukan diri dan diterima sebagai anggota resmi, setiap anak harus sudah pernah mengikuti pertemuan-pertemuan Sekami serta mengenal dan memahami tujuannya.

5. Dianjurkan agar kelompok anak-anak membentuk kelompok para rasul, berjumlah sekitar 12 orang. Ada seorang penanggung jawab; ada beberapa tugas yang dapat digilirkan, agar anak-anak mulai belajar bekerja sama dan ber-organisasi. Setiap kelompok hen-daknya mempunyai nama kelompok yang diambil dari seorang ku-dus/rasul, yang menjadi pelindung rohani sekaligus teladan khusus mereka,dan lain-lain.

6.  Penerimaan resmi anggota dilakukan lewat Ibadat Khusus atau dalam kesempatan Misa Anak-anak.

7.  Hendaknya orang tua juga dili-batkan dalam perayaan pelantikan sehingga mereka pun dapat lebih memahami peran misioner anaknya maupun mereka sebagai orang tua/keluarga.

        Ketika memandang ke depan  ter-nyata pemberdayaan pendidikan infor-mal, formal dan nonformal dalam masyarakat  perlu diberdayakan. Ada yang karena jarak tempuh mencapai tujuan pendidikan tidak tercapai. Ada yang karena alasan ekonomi maka tujuan pendidikan formal putus di tengah jalan  kehidupan. Ada yang karena korban kekerasan rumah tang-ga pendidikan putus tergantung. Ada yang salah  bergaul  maka hamil dan menghamilkan.

Saya mencoba mencari jalan ter-baik. Seperti lagunya Pance Pondaag dalam Trio Ambisi. Lagu Trio Ambi-si  masih menjadi  referensi kenangan di setiap waktu senggang bahkan menghiasi aktivitas yang menjenuhkan. Saya pernah berpikir bagaimana sekelumit sebuah Langkah untuk bertanya pada rumput yang bergoyang. Di pagi hari ia segar, siang  hari ia layu  karena disengat sinar matahari. Tetapi akhirnya ia pernah hidup.

Didorong oleh keinginan luhur supaya anak-anak  mengenyam pendi-dikan di tempat saya mengabdi maka pada tahun 2018 bersama Yayasan Bintang Timur di Desa Naunu Keca-matan Fatuleu Kabupaten Kupang mendirikan sebuah lembaga SMP Katolik Santu Don Bosco. Kolaborasi lembaga keagamaan Katolik bersama pastor Paroki  Santa Helena Camplong RD. Ansel Leu. Ketua stasi dan umat  stasi Santa Maria Aitara di Naunu. Rapat bersama pihak gereja, dinas terkait dalam hal ini kepala cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Fatuleu. Usif atau Raja Hendrik Mambait pemilik tanah menghibahkan tanah tiga hektar untuk kepentingan pendidikan di tempat ini. Bersama masyarakat dan tokoh masyarakat yang ada bersiner-gi  membangun gedung sekolah daru-rat. Pada tahun pertama siswa yang terdaftar ada 12 orang. Siswa yang 12 orang ini merupakan angkatan perta-ma dari SDK Don Bosco. 

Angka 12 adalah angka keramat yang bersejarah dalam  gereja Katolik. Ketika Yesus mengutus 12 murid membantu-Nya dalam karya misi kerajaan Allah di tengah dunia. Yesus mengutus 12 murid pergi ajarlah semua orang menjadi murid-Nya. Dan ajarlah mereka tentang kerajaan Allah sudah datang. Dan baptislah mere-ka  dalam nama bapa dan putera dan Roh Kudus. Ini menjadi dasar iman orang Katolik beraksi di panggung dunia ini. Secara moral dan semangat hidup harus ditanamkan kepada generasi penerus bangsa ini.  Dalam bingkai negara Republik Indone-sia  menjadi warga negara 100% dan menjadi Katolik 100%.  

Dapat apa dan dapat bera-pa  dengan bekerja lintas batas. Teman  dan sobat  pembaca yang saya cintai. Suatu saat saya ditanya oleh kepala kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi  Nusa Tenggara Timur yang datang ke lokasi sekolah. Pada saat duduk-duduk beliau menanyakan bagaimana saya membagi  waktu untuk memerhatikan tugas sebagai kepala SDN Naibonat  Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur sekaligus animator Sekami, pendiri Sekolah SMP Katolik Santu Donbosco di Naunu ini. Sebagai guru agama Katolik PNS Kementerian Agama dan sekaligus guru umat dalam bahasa latin katekis. Katekis dalam kamus latin berasal dari bahasa Yunani “Katechein” artinya menyuarakan. Sebagai katekis bukan hanya katekese  bersama umat di Kelompok Umat Basis (KUB), tetapi ada aksi nyata menyelesaikan persoalan umat termasuk dalam hal ini pendidikan masyarakat.  Untuk melaksanakan tugas karya pastoral saya perlu membagi waktu. Pagi hari pukul 07.00 WITA pasti sudah ada di SDN Naibonat menjadi guru dan harus mengajar agama Katolik di kelas karena saya dibayar oleh negara lewat Kementerian Agama. Pukul 12.15 WITA tugas dinas selesai kembali rumah. Pasti istirahat makan  dan sore hari mulai atur strategi melaksanakan tugas pastoral. Dalam menghayati tugas pastoral jelas tidak digaji karena upahmu besar di surga. Hal ini yang menjiawai kunjungan ke Sekami per-KUB, untuk melaksanakan tugas misioner. Hal ini  yang biasa saya buat mulai dari Oepoli sejak dua belas tahun  mejadi Katekis di Paroki Santa Maria Oepoli Desa Netemnanu Utara Kecamatan Amfoang Timur sejak tahun 1990 sampai tahun 2002. Sejak saat itu Uskup Mgr. Petrus Turang mengenal siapa itu Simon Anunu. Saat paling berkesan bagi Uskup yang dibuat oleh Simon Anunu  adalah penjemputan Uskup pada waktu kunjungan perdana Mgr. Petrus Turang melakukan kunjungan pastoral di Paroki Santa Maria Oepoli. Menarik perhatian uskup waktu Sekami Natoni  menyanyi menjemput  uskup. Lalu uskup bertanya,  “Boleh besok saya bertemu anak Sekami stasi ini yang begini banyak mungkin di antara mereka ada yang nanti menjadi imam?”

Betul hasilnya ada kini 5 imam dari Oepoli yang sudah ditahbiskan oleh Uskup Petrus Turang menjadi imam. Misalnya  RD. Sintus Efi, RD. Simon Temelab, RD. Adnan Berkanis, RD. Deodatus Parera, RD. Herman Poylado. Masih ada yang sementara belajar bangku calon imam di seminari.

 

 

                                       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MENULIS BERSAMA                      OM JAY MENJADI BLOGER          AKU BISA

 

Suatu ketika saya berpikir, kalau bisa menulis harus membangun pola pikir tentang menulis. Senada dengan prinsip Descartes, aku berpikir maka aku ada. Untuk menuangkan pikiran dalam tulisan,  saya lakukan dengan berpikir ulang-ulang. Bukan hanya sampai di situ saja, saya rajin mem-baca, mengikuti seminar tentang menulis. Hal ini membangun satu pola untuk menata bagaimana harus menu-lis, dari mana harus mulai. Lewat dorongan dan motivasi   para penulis, saya coba mulai. Mulai dari pikiran mengatur kata-kata. Jujur sebenarnya saya katakan Bersama Om Jay dan narasumber Ibu Kanjeng serta para narasumber  memotivasi  dan me-ngantar pada sikap mulai  bisa menulis.     

 

1.   Awal Mula Suka Menulis

Sudah lama saya idam-idamkan menjadi penulis. Idaman ini muncul kemudian  hilang. Keadaan situasi muncul hilang. Pada saat  keinginan muncul untuk menulis hilang karena tidak konsentrasi. Ada juga dipenga-ruhi belum terbiasa. Hambatan lain yang fatal adalah  malas. Peluang yang ada pada diri saya menjadi kekuatan adalah suka membaca. Tanda potensi suka membaca  yaitu sejak lima tahun yang lalu saya langganan koran harian Pos Kupang yang terbit setiap hari di Nusa Tenggara Timur. Hal tulisan yang dikupas secara mendalam yang mem-buat saya suka membacanya adalah masalah sosial. Apalagi ada perubahan gaya hidup baru. Situasi perubahan hidup sosial dari kumuh menjadi hidup modern mendorong saya untuk ber-ubah. Misalnya baca tulisan kondisi keluarga miskin. Petani mis-kin yang digambarkan  di daerah ter-tentu. Membuat niat  bertanya me-ngapa mereka miskin. Bagaimana peran diri dan orang lain mengen-taskan kemiskinan. Bagaimana peran pemerintah mengentaskan kemiskinan. Apalagi NTT dijuluki daerah miskin. Lagi pula karakter masyarakat tetap statis. Masih dililit berbagai irasional hidup. Sosial budaya yang masif dan masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki. Salah satu jawaban yang bisa mengatasi masalah sosial ini ada-lah masalah pendidikan. Sementa-ra  kita anggap pendidikan sebagai solusi malah datang lagi masalah global mendunia. Dampak corona virus yang datang  dari Cina ini sejak tahun 2019 merusak tatanan hidup di berbagai kehidupan. Dunia pendidikan hancur berantakan. Tatanan kehidupan baru dalam dunia pendidikan mau tidak mau harus berubah. Namanya baru hidup dalam situasi yang baru harus dihadapkan dengan berbagai macam strategi. Jurus minimalis terpaksa harus dilaksanakan. Misalnya pembelajaran dalam jaringan dan pembelajaran luar jaringan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan putar otak mengendalikan  sistem pendidikan di Indonesia harus berjalan. Walaupun dalam situasi pandemi ini maka orga-nisasi guru  pun tidak tinggal diam. Ada pula guru penggerak. Gerakan yang sangat menggetarkan dalam menggoyang dan menggoncang guru penggerak adalah guru bloger. Guru bloger yang hebat  dan luar biasa adalah guru besar karena badannya besar. Kata guru besar yang karena badannya besar dijuluki oleh Wijaya Kusuma alias Om Jay. Kata guru besar karena badannya besar saya de-ngar  pertama ketika Om Jay mempre-sentasikan diri di Hotel Pelangi. Di hadapan ratusan guru Kota Kupang dan guru Kabupaten Kupang yang bergabung dalam organisasi PGRI. Secara pribadi saya kenal Om Jay  saat itu sebagai seorang peserta dari  guru Kabupaten Kupang. Apalagi Om Jay yang saat itu memberi hadiah secara khusus kepada saya. Buku yang  saya terima berjudul  Menulis Setiap Hari dan Buktikan  Apa yang Terjadi. Buku ini diserahkan di hadapan ratusan mata guru Kota Kupang dan Kabu-paten Kupang. Mengapa secara khusus dan spontan  Om Jay  memindah-tangankan buku itu dari tangannya kepada tangan saya karena saya sungguh merespon  eksistensi perkataan Om Jay dengan  spontan tertawa sungguh-sungguh. Rupanya tertawa spontan keluar dari mulut disertakan dengan mimik yang meyakinkan membuat Om Jay tak berdaya. Dalam hati saya bertanya mengapa secara spontan Om Jay memanggil saya di hadapan ratusan mata guru dan mata kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mendapat hadiah buku. Dalam buku  ini saya baca strategi menjadi penulis. Jujur saya mau katakan dengan membaca buku ini termotivasi untuk menjadi penulis  seperti sang penulis motivator hebat. Ternyata  gu-ru besar bukan hanya fisik, tetapi otak dan cara berpikirnya besar pengaruhnya.  Memotivasi guru Indonesia  menjadi guru bloger dan menulis dalam blog. Sejak saat itu saya berniat harus menjadi penulis buku.                  

2.   Awal Mula Saya Tahu dan Akhirnya Memutuskan Ikut Grup Belajar Menulis  Bersama Om Jay

Pada hari Minggu  tanggal 3 Mei sampai 20 September 2020, saya mengikuti  kegiatan Writing Club me-nulis bersama AISEI. Diklat menulis bersama AISEI Komunitas Pen-didik Indonesia Narasumber Wijaya Kusumah (Om Jay), Agus Sam-purno, Dedi Dwitagama, Sri Sugi-astuti, dan Wijaya (Kang Jaro) yang diselenggarakan AISEI secara vicon dengan Zoom Meeting dan Live You Tube. Sertifikat  kegiatan ini telah saya terima, didokumentasikan, dan dise-barkan dengan gembira kepada sahabat guru di Kabupaten kupang bahwa  saya telah menyelesaikan kegiatan menulis. Saya bangga karena telah berhasil menyelesaikan tugas ini dengan sukses. Mendapat pujian dari atasan dan ucapan selamat dari grup guru agama Kabupaten Kupang. Sebagai kepala sekolah dan juga guru agama Katolik kami bangga dengan kegiatan ini. Saya mulai tahu membuat resume dari setiap materi dari narasumber. Sekaligus kami praktik-kan  menulis setiap hari untuk men-jawab pernyataan sang motivator Om Jay. Biar sesibuk apapun selalu sisihkan waktu konsentrasi  mengikuti Zoom Meeting menulis resume materi narasumber. Itu  membuat saya disiplin menulis. Grup menulis Bersama Om Jay berdurasi 60 jam pasti sudah menjamin angka kredit untuk naik pangkat sebagai seorang aparatur sipil negara. Jumlah jam pertemuan ini setiap jam pelajaran pendidikan dan pelatihan ini adalah 60 menit. Proses ini membuat saya semakin bisa untuk menulis. Karena bisa menulis  saya putuskan harus setia dengan grup menulis ini. Merasa bisa maka supaya tetap diberdayakan  pada hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2020. Dalam semangat hari Pendidikan Nasional ini kami diminta oleh Om Jay masukan tulisan yang dilombakan. Ternyata hasil dari kumpulan karya tulis ini berhasil menerbitkan buku yang berjudul Pola Pembelajaran dari Rumah. Buku ini menjawabi tantangan zaman. Di mana sejak bulan Maret 2020, mencegah penyebaran Covid-19 sistem pendidikan di Indonesia berubah suatu tatanan hidup baru: kerja dari rumah,  belajar dari rumah. Guru melaksanakan tugas dari rumah lewat metode dalam jaringan (daring). Siswa belajar dari rumah bisa dila-kukan dengan metode luar jaringan (luring). Di mana guru mendatangi siswa mengajar dari rumah ke rumah. Walaupun hal ini dipandang tidak efektif  tapi itulah yang bisa dilakukan selama masa pandemi Covid-19.     

 

 

MENGGUNAKAN BLOG

 

Ketika bergabung dalam grup menulis ini, kami diwajibkan untuk menyimpan setiap tulisan dalam blog. Pertama dengar kata blog begitu asing, apalagi menulis ke dalam blog. Secara pribadi saya kalang kabut dalam membuat blog. Motivasi terus-menerus dari Om Jay untuk  membuat blog. Pertama membuat blog saya susah membuat alamat blog. Atas bimbingan teman-teman  grup dan Om Jay saya melatih diri sampai sukses membuat blog.

Manfaat Mengenal  Blog dan Menjadi Bloger

Tulisan  yang tersimpan dalam blog  meringankan  beban laptop. Sa-ngat membantu  mengakses  tulis-an  atau  video yang mau dibutuh-kan.  Misalnya  saat pelatihan metodo-logi pembelajaran dalam  jaringan  dan luar jaringan. Balajar dari rumah  yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama  Republik Indonesia. Tulisan dan video yang tersimpan dalam blog membuat saya dapat mengakses infor-masi yang enak-enak. Di hadapan peserta dan widyaiswara  dari Jakarta, saya menampilkan  bloger Simon Anunu. Mereka terpukau dan kagum karena tampilan blog  yang khas. Tampilan blog  yang berbeda dari presentasi mereka yang biasa-biasa saja. Satu hal  yang membuat saya kagum, sampai hari ini selalu terngiang-ngiang dalam ingatan saya yaitu peneguhan  dari widya-iswara  bahwa penampilan  blog Simon Anunu perlu ditiru karena ini sudah canggih. Menurutnya apabila tulisan atau video yang tersimpan dalam blog  itu mempermudah  kita. Agar kita tidak sibuk membawa flashdisk atau hardisk  yang bisa  kadang-ka-dang   mungkin tulisan bisa terhapus. Pasti kita kelabakan bahkan mung-kin  tidak bisa berbuat apa-apa. Pasti dan mungkin tidak jadi presentasi. Bila ujian pada saat itu pasti  tidak bisa ikut karena  data hilang. Maka apa yang saya rasakan manfaat  blog membuat saya semakin percaya diri. Dalam hati mengatakan siapa dulu  guru bloger siapa mau lawan? Teman-teman melihat saya mereka sangat bangga karena saya sudah bisa membimbing mereka  mengenal blog dalam Google.  Sampai saat ini saya semakin percaya diri  dalam meng-gunakan  blog. Saya coba memper-cantik dengan menambah fitur-fitur memperindah tampilan blog Simon Anunu. Secara pribadi saya bangga karena bergabung  ber-sama  Om Jay dan narasumber   yang berkompeten  dalam bidangnya. Apalagi ada narasumber  yang juga mempunyai  penerbitan buku. Ternya-ta  ada kekompakan.    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MATERI  YANG PALING DIINGAT DARI NARASUMBER IBU KANJENG

 

Pengalaman  bersama Ibu Kanjeng adalah tulisan-tulisannya luar biasa.  Ibu Kanjeng mempunyai ba-nyak tulisan. Bukan hanya itu, materi yang diberikan saat seminar berbicara dari pengalaman menulis. Inilah yang membuat saya terpana untuk bertanya lebih dalam mengapa beliau bisa begini. Ternyata pengalaman bukan hanya datang dari membaca tetapi pengalaman gagal menulis. Buku-buku yang ditulisnya dengan kalimat yang seder-hana kaya makna. Kalimat pendek,  kata-kata pilihan enak dibaca. Saya pernah bertanya dalam hati dari mana kalimat, kata-kata pilihan yang mudah dimaknai?  Katanya diperoleh dari membaca, membaca dan membaca.

Teladan Ibu Kanjeng mendorong saya untuk mencoba. Pada awal memang ada niat menulis tetapi kemudian hilang.

Merenungkan nasib bila saya jadi penulis. Pasti saya terkenal. Dari mana saya harus mulai menulis?  Hal ini selalu menggoncang hati cepat menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Mengingat tulisan Wijaya Kusumah, S.Pd., M. Pd.  Lagi-lagi membuka buku  Om Jay ini membacanya berulang-ulang. Seka-pur sirih oleh Prof. Conny R. Semiawan  dan Prof. Arief Rachman dalam halaman awal buku tulisan Om Jay. Di sana dikatakan bahwa bahasa merupakan media  menyatakan pikiran dan perasaan seseorang mela-lui  tulisan. Kata Ibu kanjeng “jadilah penulis terkenal dengan membiasakan diri menulis setiap hari. Inilah yang disebut proses menulis. Hal yang bagus juga menulis dan simpan di blog. Pertama saya anggap ini ajakan yang biasa-biasa saja. Dengan mencoba dan mencoba akhirnya sekarang sadar penting  menulis dan simpan di blog. Kini baru merasa baiknya. Ini saya anggap berita gembira  yang terlambat. Kenapa dulu saya tidak tahu, mungkin karena aku belum belajar. Memang ilmu hanya bisa dimiliki oleh setiap insan yang mau tekun  belajar. Skill menulis harus terus dipertajam dalam diri saya. Terima kasih para motivator  yang selalu mengajak untuk memacu diri  agar selalu menulis. Lewat grup whatsapp ada ajakan mana tulisannya. Ikutilah lomba blog. Bagi saya lomba blog bukan soal menang kalah tetapi kesempatan mengasah diri menjadi penulis. Sepertinya keteram-pilan menulis  perlahan sudah bercokol dalam diri. Menggunakan kalimat pendek. Pasti mengajak pembaca yang budiman  melahap habis tulisan-tulisan yang selalu dimuat di blog dan dipublikasikan bagi kepentingan masla-hat banyak orang. Dengan ini pasti saya dikenal sebagai penulis buku. Cita-cita menjadi penulis pasti saya raih dengan sukses. Pengalaman ada-lah guru terbaik. Tulisan kreatif  dari hasil pikiran dan merangkai keteram-pilan menulis terus  saya kembangkan menuju pribadi matang dalam karya menulis. Itulah cita-cita agung yang harus dikembangkan. Ternyata hal ini sudah ada dalam diri. Hanya belum diberdayakan secara baik. Apabila rajin menulis lama-lama  bisa menulis di koran majalah, buletin. Memang sudah berpikir  ulang. Menulis ini yang memang berat karena belum terbiasa. Andaikan  seminar menulis dari dulu pasti saya sudah menjadi penulis  yang terkenal. Sekarang baru mau mulai. Memang ilmu tidak ada kata terlambat, apalagi menyesal. Masih ada waktu memanfaatkan kesempatan. Kesem-patan menulis ini yang belum biasa. Padahal waktu dan kesempatan selalu tersedia. Niat memanfaatkan kesem-patan yang belum optimal. Suka menggunakan waktu banyak bercerita lisan namun tulisan yang belum terbiasa. Mengapa sampai sekarang belum menulis buku atau menulis artikel. Padahal ini yang selalu diminta untuk  penambahan angka kredit kenaikan pangkat menambah tingkat-an golongan.   

 Saya, Simon Anunu, S.Ag., M. Pd. Seorang Guru agama Katolik dan budi pe-kerti  serta  Kepala Sekolah di SDN Naibonat Kabupaten Kupang  Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mengapa sudah epala sekolah masih mengajar? Karena saya disertifikasi pendidik sebagai guru agama Katolik. Kepala sekolah hanya bersifat tentatif sewaktu-waktu bisa turun. Masalah yang terjadi  ketika tidak mengajar agama tunjangan sertifikasi  akan hilang ditelan aturan.

Menulis Bersama Om Jay Menjadi Bloger Aku Bisa

Suatu ketika saya berpikir. Kalau bisa menulis harus membangun pola pikir tentang menulis. Senada dengan prinsip Descartes. Aku berpikir maka aku ada. Untuk menuangkan pikiran dalam tulisan,  saya lakukan dengan berpikir ulang-ulang. Bukan hanya sampai di situ saja, dengan  rajin membaca, mengikuti seminar tentang menulis. Hal ini membangun satu pola untuk menata bagaimana harus menulis. Dari mana harus mulai. Lewat dorongan dan motivasi para penu-lis,  saya coba mulai. Mulai dari pikiran mengatur kata-kata. Jujur sebenarnya saya katakan  Bersama Om Jay dan narasumber  Ibu Kanjeng  serta para narasumber  memotivasi  dan me-ngantar pada sikap mulai  bisa menulis.     

 

 

 

 

 

 

     

 

 

 

 

MENCIPTAKAN  POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH

 

Rumah adalah tempat. Keluarga adalah institusi. Keduanya bersatu dalam bahtera rumah tangga. Dalam rumah tangga ini ada perkawinan suci yang telah dimeteraikan oleh Allah. Apa yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan oleh  manusia. Rumah tangga ini dikaruniai buah-buah hati. Kini mereka bukanlah dua melainkan satu daging. Hasil dari perkawinan itu hadir anak-anak dalam rumah tangga maka keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Tugas mulia dari keluarga adalah mendidik anak-anak. Ketika orang tua melaksanakan pendidikan di rumah tangga inilah yang disebut  pendidik pertama dan utama. Tugas ini tidak bisa digantikan oleh siapa pun. Orang tua memainkan peranan yang sangat penting. Ingat keluarga sehat negara kuat. Itulah ajaran mulia para leluhur kita. Perlu dijaga dan dilestarikan oleh institusi-institusi keluarga di dunia di atas planet bumi ini.

Dampak pandemi Covid-19 menguji kreativitas keluarga untuk menata pendidikan dalam keluarga lebih baik. Saatnya kerja di rumah. Menata tata-laksana bagaimana mengatur anak be-lajar di rumah. Perhatian intens sung-guh-sungguh membelajarkan buah hati di rumah. Skill pola pendidikan dan pembelajaran sudah saatnya dimiliki oleh orang tua. Pertama perlu kerja sama dengan guru. Bagaimana materi ajar sesuai kurikulum pasti harus diketahui oleh orang tua. Orang tua harus menciptakan situasi dan kondisi dan toleransi (sikonto). Situasi  yang kondusif harus diciptakan  orang tua agar anak memperoleh pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif  dan menyenangkan (paikem). Toleransi yang dimaksudkan di sini  adalah orang tua menjauhkan, mematikan TV, handphone nonaktif, dan mencarikan tempat yang menyenangkan dan menyejukkan sehingga memungkinkan belajar anak berjalan efisien dan efektif.

Pemilihan metode belajar sesuai dengan umur anak. Bila anak masih kelas rendah yaitu kelas satu sampai kelas tiga sebaiknya metode yang tepat adalah belajar sambil bermain. Bermain sambil belajar. Pokoknya ganti-ganti begitu saja sesuai hobi kesenangan anak. Ketika anak asyik bermain belajar menyenangkan di sanalah maunya ulang terus dan pasti orang tua kewalahan. Bisa-bisa orang tua lupa kerja maka pembagian tugas bapak dan ibu perlu diperjelas.

Metode belajar  untuk anak yang sudah kelas tinggi, misalnya kelas empat sampai kelas enam, bermain peran masih bisa tetapi segera divariaskan dengani  permainan ber-makna. Ada penokohan cerita yang bisa dijadikan model, karakter,  atau nilai-nilai yang terkandung  dalam suatu cerita atau permainan. Jangan lupa orang tua harus kerja sama dengan guru kelasnya. Materi pembe-lajaran disesuaikan dengan kurikulum. Saatnya bermain dengan kurikulum di rumah. Apabila ada  asesmen oleh guru ada sahutan dengan kompetensi yang mau dicapai, kondisi ini membuat anak mengagumi ternyata orang tua bisa.

Saatnya belajar dari rumah dan belajar di rumah dengan tekun pasti hasilnya menyenangkan. Waktu belajar di rumah perlu diatur dan harus ada tanda alarm waktu: waktu belajar, makan, bermain, dan istirahat teratur. Bersama anak disepakati jadwal atau roster belajar. Tepat waktu perlu dijadikan prinsip. Seperti pepatah kecil teranja-anja besar terbawa-bawa. Bila sudah terbiasa dengan hidup tertib dari rumah tangga, maka ketika di sekolah dan di mana saja pasti tertib waktu.

Teknologi informasi dan komunikasi masuk dalam pembelajaran dalam jaringan (daring). Situasi yang sedang dialami di dunia ini, pandemi corona virus memaksa  orang tua dan guru harus menguasai  pembelajaran dalam jaringan menjadi kebutuhan. Mau tidak mau harus punya alat elektonik berupa handphone (HP) android, laptop, dan printer harus dihadirkan di rumah. Alat teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu orang tua, anak, guru, dan masyarakat cepat mem-peroleh informasi  cepat, tepat, akurat, dan terkini. Dengan HP dunia di  tangan kita. Ilmu bisa diperoleh di ujung jari. Cara pandang kita yang sempit karena gagap teknologi (gaptek), membuat orang masih terisolasi dalam ketidaktahuan.

Menjadi miskin ilmu, pasti miskin harta. Pola pikir di bawah “tempurung”. Mindset-nya sulit berubah. Inilah manusia yang kekurangan gizi ilmu. Apabila hal ini kita masih pelihara di dalam kehidupan ini maka sumber daya manusia menjadi kerdil.

Untuk mendukung pembelajaran yang bermutu di rumah perlu didukung oleh fasilitas seperti buku pelajaran, alat tulis, dan ruangan yang memadai. Alat-alat permainan edukatif  (APE) baik dalam ruangan maupun  di luar ruangan juga dibutuhkan. Sudah saatnya keluarga menjadi sekolah. Belajar dari Covid-19  sesuai dengan tema hari Pendidikan Nasional  tanggal 2 Mei 2020.

Kesimpulan

Ada efek positif dari Covid-19 agar  mengembalikan orang tua  pada tugas dan fungsinya yang mulia mendidik anak. Orang tua menjadi pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Orang tua yang melahirkan, mengasuh,  mengasah, mengasihi anak sebagai titipan Tuhan hadir dalam keluarga. Anak adalah buah hati suami isteri, sudah seharusnya dididik menjadi anak yang berguna bagi dirinya, orang tua pemerintah dan negara.  

 

 

 

COVID-19 MENGUJI     KREATIVITAS GURU

 

Kreativitas guru Kabupaten Kupang melawan dampak pandemi Covid-19  dengan tekad  siapa takut  bukan sekadar isapan jempol. Tetapi tindakan memutus mata rantai  penyebaran virus corona.   Profesional tindakan menjadi taruhannya. Teknologi pem-belajaran  menjangkau siswa belajar di rumah melalui  metode dalam jaringan (daring).

Bagaimana nasib guru yang belum menguasai teknologi informasi komunikasi?  Masih ada jalan lain ke Roma. Jalur konvensional menjadi pilihan. Mereka menyalurkan berkat dengan berkunjung dari rumah ke rumah melalui metode offline. Perilaku ini dipertanyakan oleh satgas pandemi Covid-19. Jangan sampai menjadi penyalur atau penerima virus corona. Menjadi pahlawan  tanpa  tanda jasa semakin nyata. Lalu guru kembali ke rumah membawa berkat atau penyakit sudah menjadi nasib tak tentu. Oh Tuhan, tolonglah hambamu ini. Hidup ini harus menjadi berkat. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.

Dampak pandemi Covid-19 mem-buat pemerintah mengambil langkah tepat. Sudah tiga tahapan pemerin-tah  memberlakukan gelombang bela-jar dari rumah (LFH) dan  kerja dari rumah (WFH). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah dan memutuskan mata rantai penyebaran virus corona yang mematikan itu. Metode  mengajar apakah yang paling cocok? Biasanya guru-guru mengajar dalam  kelas,  kini dipaksa berpikir ekstra keluar dari kebiasaan.

Dalam kesempatan ini melalui hasil penelitian online,  penulis menemukan ada dua cara mengajar selama  Covid- 19 masih mengamuk. Bagaikan singa meraung mencari mangsanya. Hal ini ditemukan dari jawaban dan tang-gapan pembaca online lewat tulisan yang berjudul:  Bagaimana memba-ngun komunikasi efektif bersama orang tua selama LFH/WFH?  Bagi kepala sekolah dan guru  di Kabupaten Kupang.

Dari jawaban pembaca online menganggap media online menjadi wadah diskusi guru dan kepala sekolah mencari jalan terbaik. Dari Kecamatan Fatuleu Barat  seorang guru menga-takan, ”Saya kepala pusing mencari jalan mau bertemu siswa untuk pembelajaran. Sementara banyak siswa jaga burung  dan kera di kebun.

Beberapa guru  dari Kota Ku-pang  dan Kabupaten Kupang yang mengatakan metode yang cocok pembelajaran  saat Covid-19 ini adalah bisa daring (online). Tetapi banyak guru mengatakan karena kendala jaringan dan tidak punya HP banyak siswa belajar di luar jaringan alias offline.  

 

 

Pembelajaran Offline

Bagaimana  pembelajaran offline? Pembelajaran di luar jaringan yang biasa disebut pembelajaran offline. Kompetensi paedagogik guru meng-olah kurikulum sebagai  media santapan pembelajaran. Di sinilah pro-ses memanusiakan manusia. Guru memerhatikan program semester target kurikulum. Arah materi yang diajarkan yang harus dicapai semester ini. Guru melihat tema yang cocok se-bagai bahan ajar. Materi pembelajaran ini dikemas dalam RPP lalu meng-hasilkan soal-soal  dari tujuan pembe-lajaran ini yang perlu ditugaskan kepada siswa belajar dari rumah. Inilah pergumulan guru dalam kerja dari rumah selama masih ganasnya virus corona di bumi ini.

Siswa Difasilitasi Satu Siswa Satu Buku

Siswa difasilitasi dengan buku pegangan atau yang dikenal buku siswa. Setiap siswa dapat satu buku, sehingga peserta didik tidak berkumpul belajar dari buku yang sama. Karena itu sekolah wajib membeli buku menggunakan dana bos 20%  sesuai juknis BOS.

Motode  Guru Pembelajaran Offline

Contohnya di SDN Naibo-nat  Kecamatan Kupang Timur Kabupa-ten Kupang. Melalui  kepala Sekolah Simon Anunu, S. Ag., M.Pd., memberi instruksi  kepada guru dan sis-wa  untuk pembelajaran offline. Didu-kung lagi dengan orang tua siswa  yang kebanyakan belum ada HP android.  Ada beberapa orang tua sudah mempunyai HP android tapi orang tua juga belum menge-tahui  cara membantu anak belajar dalam jaringan.

Pembelajaran Online

Pembelajaran dalam jaringan (da-ring) disebabkan guru telah menguasai teknologi informasi komunikasi yang dibingkai dalam pembelajaran dalam jaringan (daring). Ada beberapa model pembelajaran online sebagai berikut.

1.           Belajar melalui YouTube

Dalam pembelajaran melalui You Tube, guru menyiapkan  materi/bahan ajar secara baik. RPP sudah disiapkan. Kegiatan pembelajaran dilakukan seolah-olah sudah ada anak dalam ruangan belajar. Guru menggunakan media LCD. Pembelajaran berlangsung seperti biasa mulai pembuka, isi dan penutup. Siswa  harus mengikuti proses pembelajaran  dari awal sampai akhir dengan tekun dari rumah. Sesudah guru memaparkan pembe-lajaran lewat tayangan di LCD siswa diberi kesempatan untuk refleksi dan bertanya tentang bahan ajar yang membutuhkan penjelasan tambahan, pendalaman, penguatan dan tugas berikutnya. Hal ini dimungkin-kan  pulsa data tersedia.

 

 

 

2.           Siswa yang Memiliki HP Android

Siswa diarahkan untuk mengakses pembelajaran  melalui YouTube kalau gurunya sudah menjadi YouTuber. Lebih baik lagi guru membagi-kan link  sehingga siswa belajar man-diri kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja. Siswa sudah disampaikan jadwal belajar. Informasi belajar online sudah disampaikan kepada orang tua. Orang tua memfasilitasi anak belajar online di rumah termasuk menyiapkan pulsa data. Saatnya tiba langsung online.

3.           Vidio Pembelajaran

Guru membuat vidio pembelajaran dikirim ke YouTube. Dari YouTube guru ambil link vidionya dan sebarkan kepada anak didik sehingga siswa belajar mandiri kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja. Inilah yang dianjurkan oleh rumah belajar yang disiapkan oleh Kemendikbud RI.

 

 

4.           Pulsa Internet Belajar Online

Dalam juknis perubahan BOS sudah disiapkan alokasi dana membiayai pulsa internet belajar online. Bagai-mana menggunakan dana BOS untuk pulsa data baik untuk guru dan orang tua diatur  oleh kepala sekolah, demikian yang dikatakan oleh Menteri Pendidikan  dan Kebudayaan  Republik Indonesia Nadiem Makarim.

5.           Evaluasi

Menurut arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dikatakan sebagai berikut.

”Pada hari Rabu (25/3/2020) menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh. Kemudian, lanjut dia, bukti atau produk aktivitas belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.”

Penilaian pembelajaran merujuk pada tujuan pembelajaran sebagai umpan balik. Umpan balik yang dimaksudkan Mas Nadiem  adalah ditekankan pada proses memanusiakan manusia. Mengasah pola pikir anak menguasai materi sekaligus mengantar peserta didik  mengubah anak mening-katkan pengetahuan. Menguasai tek-nologi pembelajaran.

6.    Karya Inovatif Model Pembe-lajaran

Guru perlu membuat karya inovatif  model pembelajaran berbasis teknologi informasi komunikasi.  Hal ini mendorong penulis untuk membuat modul pembelajaran online.

7.   Lampiran Guru SDN Naibo-nat  Menggunakan Metode Luring

[14.13, 25/4/2020] +62 822-3554-0898: Selamat sore Bapak Kepsek, ini hasil belajar anak kelas IVA di rumah.

Wali kelas Ibu Christina Febriana, S. Pd. SD.

[14.13, 25/4/2020] +62 822-3554-0898: Selamat pagi anak-anak semua, hari ini Sabtu, 25 April 2020

Kita lanjut belajar ya ....

Matpel IPS dan Bindo

IPS (KD 3.3 dan 4.3)

3.3. Mengidentifikasi kegiatan ekonomi dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi.

4.3. Menyajikan hasil identifikasi kegiatan ekonomi dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan serta kehidupan sosial dan budaya.

Buku Maestro Yang Tema 8 Subtema 1. hal. 24-27

Kerja soal halaman 26 (Ayo berlatih 7) dan kinerja 3 soal lihat pada halaman 27

Bindo (KD 3.9 dan 4.9)

3.9. Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.

4.9. Menyampaikan kasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis dan visual

Tema malam ini “Menulis dan Membuat Buku Digital”

Pemateri yang satu ini sangat me-nguasai materi yang dipresentasikan. Dari tampan fisiknya   ganteng dan pintar. Ternyata ia seorang pakar tek-nologi informasi. Karena menjadi pakar ia buktikan  dengan  menuangkan apa yang ada padanya dalam bentuk tulisan. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi, media, seminar, konferensi nasional maupun internasional dan percaya filosofi copyleft (sumber terbuka), banyak tulisannya dipublikasikan di internet secara gratis

Sebagai pakar teknologi Bapak Onno hanya menggunakan netbook dan telepon seluler android merek lokal. Pada tahun 2013 ia bergabung sebagai dosen di Surya University. Universitas ini didirikan oleh fisikawan Prof. Yohanes Surya Ph. D.

Prof. Surya pernah datang di Ku-pang NTT  memberikan motivasi  agar mahasiswa di Kupang mencintai fisika.

Pemateri ini mengajak peserta un-tuk menulis dan   membuat buku digi-tal atau elektronik atau yang sering disebut dengan istilah e-book. Hal ter-sebut dilakukan untuk mengantisipasi jangkauan dari buku yang nyata (fisik) apabila tidak dapat didistribusikan dalam skala yang jauh. Kondisi ini juga tidak dapat dilepaskan dari buku elektronik di mana semua orang bisa mengakses buku tersebut melalui fasilitas internet.  Dengan begitu masyarakat tidak perlu mencari buku teks tersebut di toko buku karena bisa melalui internet.

Hal tersebut menjadi pilihan yang tepat di mana e-book dapat disimpan di dalam laptop atau handphone yang sifatnya lebih praktis.  Puluhan hingga ratusan e-book bisa dibawa setiap hari di mana pun mereka berada. Hal ini mempermudah masyarakat mengakses buku belajar di mana saja, kapan, dengan siapa saja. Di era digital seperti saat ini, hampir setiap orang di dunia bisa mengakses internet melalui teknologi yang dimilikinya.

Bapak Ono tidak segan-segan me-nuangkan ilmunya. Setidaknya ada dua cara membuat buku digital yang bisa digunakan untuk mengubah for-mat word ke dalam format PDF yaitu secara  offline dan online. Secara offline dalam artian bahwa proses untuk mengubah file tersebut dilakukan tanpa menggunakan ban-tuan internet.

Apabila tulisan sudah jadi secara keseluruhan, maka format dalam bentuk word tersebut harus diubah dalam format PDF. Setidaknya ada dua alasan yang membuat tulisan tersebut harus diubah ke dalam format PDF yaitu keamanan dari tulisan itu sendiri dan kepraktisan dari e-book yang akan diterbitkan.

Cara membuat buku digital ini bisa digunakan oleh penulis ketika sedang membuka Microsoft Word.  Pilihan untuk menyimpan file tersebut ke dalam format PDF sudah tersedia di dalam fasilitas aplikasi tersebut. Di sisi lain, secara online mengandung maksud bahwa proses pengubahan dari word ke  PDF memerlukan bantuan internet.

Dengan kata lain penulis bisa menggunakan cara ini dengan mem-buka beberapa website yang menggu-nakan jasa untuk mengubah format tersebut. Kelebihan dari aplikasi online yaitu tidak hanya untuk diubah ke dalam bentuk PDF, tetapi format PDF juga bisa diubah dalam bentuk word. Pertama, penulis bisa mengubah file dalam format word menjadi PDF melalui sistem offline. Biasanya di setiap aplikasi Microsoft Word ada pilihan untuk disimpan ke dalam bentuk PDF yaitu bagian Save  As.

Apabila Microsoft Word belum menyediakan pilihan tersebut maka penulis bisa mengunduh aplikasi tersebut melalui https ://www.microsof. com /en- us /download.  Apabila telah berhasil diunduh, langkah selanjutnya adalah dengan menginstal aplikasi tersebut. Kedua, penulis dan penerbit bisa mengubah format file dari word ke PDF dengan menggunakan akses internet (online).

Kesimpulan

Materi malam ini membuat saya semakin mengetahui bagaimana menulis dan membuat buku digital. Terima kasih kepada Bapak Ono dan modetor Bapak Wijaya Kusuma. Terus memotivasi kami peserta belajar  gelombang 7 semakin bisa. Saya secara pribadi mulai mengekspos diri di Kabupaten Kupang bahwa saya bisa menulis. Contonya hari ini saya menghasilkan tulisan dengan judul Covid-19 Menguji Kreativitas Guru  di Kabupaten Kupang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MENCEGAH PENYEBARAN VIRUS CORONA GURU DAN SISWA BERTAHAN DI RUMAH

 

Guru mengajar tanpa siswa adalah guru itu sudah tertular virus sinting gila mengong (SGM). Siswa belajar tanpa guru itu biasa. Lebih asyik lagi kalau siswa dan guru berada dalam kelas berinteraksi, itulah pembelajaran yang intens. Idealnya komunikasi guru dan siswa harus tatap muka. Hal inilah yang dirindukan oleh guru dan siswa sekolah dasar. Ketika pemerintah menginstruksikan kegiatan belajar- mengajar dilakukan dari rumah demi mencegah penyebaran virus coro-na (Covid-19), hal ini tersentak menghancurkan  hubungan guru dan peserta didik. Kini bukan satu dalam kegiatan belajar-mengajar, tetapi dua bagaikan pinang dibelah dua. Aduh sakitnya di sini. Tahap pertama diru-mahkan  tanggal 20 Maret sampai  4 April 2020. Anak masih senang. Tahap dua dirumahkan  tanggal  6 April-20 April 2020 anak dan guru mulai gelisah. Ketika pemberlakuan  tahap tiga tang-gal  22 April  sampai dengan tanggal 30 Mei   2020  hancur harapan. Me-ngapa tidak hancur? Banyak orang tua mulai mempertanyakan masa depan anak. Ada anak yang menangis karena mau bertemu teman dan gurunya tapi apalah daya dibatasi  dan dipisahkan oleh pandemi  Covid-19.  Masih anak dan orang tua  datang ke rumah ke-pala sekolah. Walaupun sudah diberi tahu  perpanjangan waktu dirumahkan dari tampak wajah anak dan orang tua semacam tidak mau menerima kenya-taan. Tapi apa hendak dikata, dunia sudah mengalami nasib begini. Belajar dari rumah (LFH)  harus dilakukan oleh siswa. Bekerja dari rumah  (WFH) itulah  yang dilakukan guru. Apa yang bisa mempersatukan guru dan  murid? Biar jauh di mata namun dekat di hati. Ada beberapa hal yang bisa menghubungkan guru dan siswa agar terjadi  pembelajaran adalah sebagai berikut.

1.    Ada siswa yang tidak ada HP. Alasan karena ekonomi orang tua lemah-lembut. Lagi pula ada orang tua yang menganggap kasih HP untuk anak adalah buang-buang doi. Jangan sampai salah gunakan. Masih ada orang menganggap kasih anak pegang HP nanti dia buat sembarang. Kini tuntutan za-man  harus belajar online orang tua mulai kelabakan.

2.    Guru tidak mati akal. Ada guru saking rindu untuk mengajar ikut sampai dan ajar di rumah anak. Walau ada larangan pemerintah. Semangat dedikasi tanpa upah dengan harapan upah besar di surga. Covid-19 pun tidak pusing sadar sudah pulang kembali ke rumah.

3.    Guru membagikan buku paket bahan ajar, buku pelajaran sesuai dengan tema untuk SD, SMP dan SMA sesuai mata pelajaran masing-masing. Hal  yang  terjadi di SDN Naibonat bagi siswa yang tidak memiliki  HP diinventarisir oleh wali kelas   dan diberlakukan pembe-lajaran offline.

4.    Pembelajaran online  dilakukan bagi siswa  yang memiliki HP. Kalau yang terjadi di SDN Naibonat ada grup  WA  wali kelas masing-masing dengan orang tua. Materinya di-WA-kan oleh guru kepada orang tua. Orang tua mulai pusing  membelajarkan di rumah sebagai peran pendidik pertama dan utama.

5.    Kepala sekolah  membuat peng-umuman online kepada guru dan siswa  untuk melaksanakan tugas-nya masing-masing. Kepala sekolah meneruskan format laporan  WFH yang diberikan oleh Dinas Pendi-dikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang.   Format  diisi oleh wali kelas dan guru mata pelajaran lalu diberikan kepada kepala seko-lah. Kepala sekolah melaporkan sebagai laporan sekolah kepada kepala dinas  sebagai laporan lembaga.

Kesimpulan pembelajarn  offline dan online  masih tetap ada keku-rangan dan kelebihannya. Biasa-nya  pembelajaran dalam  kelas masih ada yang tuntas dan tidak  tuntas, tapi dalam     kondisi darurat Covid-19 mau tidak mau harus berjalan. Sambil berdoa berharap  badai pasti berla-lu. Ada guru dari Kecamatan Fatuleu Barat melalui telepon seluler mengatakan, “Saya pusing dengan anak-anak mau belajar online  atau offline  kita cari setengah mati. Anak tidak belajar karena ada jaga burung dan jaga kera makan buang jagung di kebun.

Dalam tulisan ini saya menjawab beberapa pertanyaan. Salah satunya adalah bagaimana membelajarkan anak  belajar dari rumah  di saat situasi Covid-19 ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAMPAK PERCERAIAN SUAMI ISTERI BAGI ANAK BALITA

 

Ketika saya memandang balita yang tertidur tanpa belaian kasih seorang ibu membuat saya teringat akan masalah pastoral keluarga. Sebagai seorang ka-tekis petugas pastoral dalam karya pe-layanan umat  Katolik setiap hari  diha-dapkan dengan masalah kawin cerai. Memang dalam gereja Katolik sifat perkawinan monogami tak terceraikan.

Tetapi perceraian menjadi momok yang menakutkan bagi setiap keluarga. Tak hanya suami isteri saja, perceraian juga menjadi sebuah hal yang me-nakutkan bagi anak. Hal ini akan membawa dampak buruk pada kehidupan seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini, anak adalah salah satu yang paling banyak terkena imbasnya.

Ada banyak sekali penyebab perceraian, antara lain gagalnya ko-munikasi, kekerasan dalam rumah tangga, ketidaksetiaan, masalah ekono-mi, hingga pernikahan usia dini. Apapun alasannya, kedua orang tua perlu memikirkan matang-matang apa saja dampak yang akan dirasakan keluarga setelah bercerai.

Kemudian, banyak pertanyaan timbul dari para orang tua tentang pada usia berapa perceraian orang tua mempunyai dampak buruk yang sedikit bagi anak? Apakah pada usia balita, anak dianggap belum banyak terpapar kehidupan orang tuanya, jadi akan lebih mudah dan lebih minimal dampaknya bagi anak ketika orang tuanya bercerai?

Pada dasarnya, tidak ada “usia terbaik” untuk bercerai. Dampak negatif perceraian akan selalu dirasakan entah berapa pun usia anak. Perceraian tetap memberikan dampak psikologis pada anak. Orang tua setidaknya harus memahami dampak dan kebutuhan anak setelah perceraian.

Pada balita, dampak perceraian memang seakan tak terlihat. Banyak orang tua menganggap bahwa pada usia ini anak belum bisa benar-benar memahami keadaan sekitarnya. Pa-dahal, yang tak terlihat tersebut justru akan berdampak pada kehidupannya kelak.

Sebagai orang tua, sudah tugas kita untuk memastikan anak bisa tumbuh dengan baik layaknya keluarga normal lainnya. Untuk itu, perhatikan beberapa dampak perceraian pada balita menurut dua tahapan umur.

Pada keluarga normal, usia anak 0 – 2 tahun adalah masa paling bahagia. Bagaimana pun, buah cinta antara suami dan isteri baru saja menam-pakkan wajahnya di dunia. Harusnya, kedua orang tua berbahagia menyam-but kedatangan si kecil. Akan tetapi, perpisahan dan perceraian pun bisa terjadi.

Pada usia 0 – 2 tahun, persepsi anak tentang perceraian belum terlihat. Bayi tentu saja tidak mempunyai kesadaran nyata tentang perceraian. Dampaknya baru terasa pada kehidupannya kelak, terutama karena ia tidak dibesarkan dalam rumah seperti keluarga pada umumnya.

Permasalahan yang harus dicarikan solusi untuk mendukung perkembangan optimal anak adalah tentang pemben-tukan kelekatan khusus. Pada umum-nya, setelah bercerai, ibu atau ayah yang memegang hak asuh akan kembali bekerja. Waktu yang dihabiskan bersama anak pun akan berkurang. Untuk itu, setidaknya anak harus mempunyai satu sosok pengasuh utama yang secara terus-menerus melakukan kontak dengan anak. Ini akan mem-bentuk kelekatan awal pada diri anak.

Kehadiran pengasuh bukan untuk menggantikan peran ayah atau ibu sebagai orang tua. Siapa pun pasti sepakat bahwa menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah. Kehadiran pengasuh adalah partner terbaik untuk mendukung perkem-bangan maksimal anak.

Kelekatan dalam diri anak menjadi landasan utama untuk mencapai kesejahteraan diri (well-being), yaitu rasa bahwa anak dicintai dan istimewa. Namun, prospek mempunyai dua orang tua yang terlibat mengasuh anak pada usia ini menjadi kurang mungkin. Setelah perceraian, salah satu orang tua sudah tidak berada di rumah secara teratur. Di sisi lain, ada pihak orang tua yang tidak tinggal bersama anak, kemudian menikah lagi, dan tidak mempunyai ikatan langsung dengan anak.

Risiko ketika pihak orang tua tidak lagi mempunyai kontak harian pada usia ini adalah memudarnya sosok orang tua dalam kehidupan anak. Ayah atau ibu yang kehilangan kontak akan kehilangan kelekatan dan arti pada diri anak.

Untuk memastikan bahwa anak tetap mendapatkan kasih sayang yang cukup, ada baiknya Anda dan mantan pasangan tetap menjalin komunikasi yang baik. Doronglah mantan untuk ikut serta mengasuh anak.

Di sisi lain, pengasuh yang menjadi partner Anda dalam mengasuh anak sebaiknya mengerti dan benar-benar peduli kebutuhan anak. Orang tua kedua harus belajar bagaimana memberikan kasih yang sama dengan Anda untuk si kecil. Dengan begitu, akan lebih aman memercayakan perawatan anak kepada mereka.

Akhirnya saya mengajak pasangan suami isteri (pasutri) agar mendasarkan keluarga pada semangat keluarga Kudus Nazaret (Yesus Maria dan Yosep). Hidup ini adalah anugerah Allah. Anak adalah buah cinta suami isteri. Titipan Allah kepada suami isteri untuk bekerja sama dengan Allah melahirkan, memelihara, membesarkan dan membahagiakan anak agar berguna bagi nusa dan bangsa. Amin.

 

 

POTENSI MENDIRIKAN TAMAN SEMINARI  DAN SEKOLAH MENENGAH  ATAS AGAMA KATOLIK (SMAK) DI NTT SANGAT TINGGI

 

Sambutan Kepala Kantor Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sambutan Ditjen Bimas Katolik Ke-menterian Agama Republik Indonesia di Hotel Sotis Kupang. Kesempatan bertepatan dengan kegiatan pembi-naan kompetensi pendidik taman semi-nari di Kupang. Peserta yang hadir ada 40 orang pendidik taman seminari   se-Indonesia yang berlangsung mulai tanggal 7-10 Mei 2019.

Kegiatan ini diadakan di NTT meng-ingat jumlah penduduk beragama Katolik di Indonesia, terbanyak ada di NTT. Potensi mendirikan Taman Seminari di NTT sangat tinggi jika diandaikan setiap paroki memiliki satu Taman Seminari, atau jika boleh setiap stasi yang memiliki gereja/kapela memiliki satu Taman Seminari, maka potensi Taman Seminari di NTT adalah sebanyak 3.353  lembaga PAUD Taman Seminari.

Taman Seminari dan lembaga pendidikan berbasis agama Katolik lainnya menjadi jalur atau saluran yang paling efektif dan kuat dalam mewariskan, meneruskan dan memperkuat tradisi, ajaran iman dan moral Katolik sejak dini pada generasi milenial,  generasi unggul di tahun 2045.

Perhatian Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Raudatul Athfal (PAUD berciri khas Islam) dan Taman Seminari (PAUD berciri khas Katolik). Hingga saat ini,  di NTT sudah terdapat 15 Taman Seminari yang telah memperoleh ijin operasional dari Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI. Terdapat beberapa Taman Seminari yang sudah mulai beroperasi juga di NTT namun belum memperoleh izin operasional dari Dirjen Bimas Katolik, seperti Taman Seminari Santu Simon Petrus  di stasi Santa Maria Aitara Naunu paroki St.Helena Lili Camplong Kabupaten Kupang Provinsi  NTT.

Mengapa  Izin Operasional Taman Seminari Santu Simon Petrus Ka-bupaten Kupang belum diterbitkan oleh Dirjen Bimas Katolik RI? Padahal sudah mengantongi rekomendasi pejabat gereja Katolik cukup dari Pastor Paroki.  Tentu mengandaikan Uskup selaku otoritas gereja lokal sudah mengetahui dan menyetujuinya. Hal ini mendorong pengelola  Taman Seminari Santu Simon Petrus melangkah dengan pasti  pada tanggal 1 Juni 2019  pukul 08.45 WITA bertemu dan dia-log  dengan Mgr. Petrus Turang  Uskup Agung Kupang dan hasilnya menanti berkat Tuhan  dan  doa  Bunda Maria.

Tujuan kegiatan pembinaan kompe-tensi pendidik Taman Seminari  untuk membantu pendidik Taman Seminari merancang proses kegiatan pembe-lajaran dalam rangka mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik pada Taman Seminari. Selamat berproses demi masa depan Taman Seminari di Indonesia.

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT Membeberkan data Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum:

1. Ada 7.656 sekolah umum dengan rincian:

a.    5.098 SD (3.300 negeri dan 1.798 swasta)

b.    1.693 SMP (1.285 negeri dan 408 swasta)

c.    541 SMA (341 negeri dan 200 swasta)

d.    290 SMK (145 negeri dan 145 swasta)

e.    34 SLB (27 negeri dan 7 swasta)

2.  Ada 5.145 lembaga PAUD yang terdiri atas: 1.532 TK, 124 RA, 3.132 Kelompok Bermain, 22 Taman Penitipan Anak dan 335 Satuan PAUD Sejenis.

3.  Lembaga pendidikan di tingkat PAUD belum terdapat pengaturan khusus tentang pendidikan agama, kecuali RA dan Taman Seminari yang diatur secara khusus oleh Ditjen terkait.

4.  Pendidikan Umum Berciri Khas Agama

5.  Program Pendidikan Islam, terdapat: 124 RA swasta, 73 Madrasah Negeri dan 245 Madrasah Swasta (MI 175 buah, MTs 96 buah, MA 46 buah dan MAK Negeri 1 buah).

6.  Program Bimas Katolik, terdapat: 1 SMAK Negeri, 14 SMAK Swasta (13 SMAK Umum dan 1 SMAK Seminari).

Pendidikan Keagamaan

1.    Program Pendidikan Islam, terdapat: 31 buah Pondok Pesantren dan 1 buah Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, 55 buah Diniyah Takmiliyah dan 520 Lembaga Pendidikan Alquran.

2.    Program Bimas Katolik, terdapat: 13 buah Taman Seminari, 5 buah Sekolah Tinggi Pastoral Strata 1 dan 1 buah Program Pasca Sarjana.

3.    Program Bimas Kristen, terdapat: 1 STAKN, 7 Sekolah Tinggi Ilmu Teologia Kristen, 32 SMTK/SMAK, 8 SMPTK dan 2 SDTK.

4.    Program Bimas Hindu, terdapat 17 Pasraman.

5.    Program Bimas Budha, terdapat 2 Sekolah Minggu.

Pembinaan Anak Usia Dini pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.    Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan melalui tiga jalur yakni:

a.    Jalur Formal: berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

b.    Jalur Nonformal: berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

c.    Jalur Informal: berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

2.    Syarat mendirikan Taman Seminari, antara lain:

a.    Sarana prasarana tidak menuntut banyak gedung,

b.    Jumlah siswa minimal 10 orang sudah bisa (bandingkan dengan jumlah balita Katolik yang banyak di NTT)

c.    Tenaga pendidik dan kependidikan tidak sebanyak jika mendirikan SMAK,

d.    Rekomendasi dari pemerintah cukup dari Pejabat Bimas Katolik setempat, dan;

e.    Rekomendasi pejabat Gereja Katolik cukup dari Pastor Paroki (tentu mengandaikan Uskup selaku otoritas gereja lokal sudah mengetahui dan menyetujuinya).

Pada RENSTRA Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, pengelolaan pendidikan anak usia dini disatukan dengan pendidikan dasar, sehingga selalu disebut Pendidikan Agama pada PAUD dan dasar. Hal ini ditegaskan lagi dalam regulasi yang menetapkan bahwa pada PAUD tidak disebutkan secara khusus tentang mata pelajaran agama, sehingga tidak terdapat guru mata pelajaran agama pada PAUD. Secara khusus menjadi perhatian Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Raudatul Athfal (PAUD berciri khas Islam) dan sekarang sudah hadir pula Taman Seminari (PAUD berciri khas Katolik).

Sebagai penjabaran dari UU Sisdik-nas Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Menteria Agama nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, mendefinisikan Raudhatul Athfal yang disingkat RA sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. RA dibina oleh pelaksana Program Pendidikan Islam pada tingkat Kabupaten/Kota atas koordinasi pelaksana program pendidikan Islam pada tingkat provinsi.

Senada dengan RA, pada program Bimas Katolik juga terdapat Taman Seminari. Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Katolik Nomor 23 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pendirian Taman Seminari Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bim-bingan Masyarakat Katolik, Taman Seminari didefinisikan sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Katolik bagi anak berusia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) tahun. Berdasarkan SK Dirjen Bimas Katolik Nomor 23 tahun 2015, pembinaan Taman Seminari berada pada Direk-torat Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik Kemenag RI.

Keberadaan Taman Seminari yang saat ini berdasarkan SK Dirjen Bimas Katolik diharapkan akan semakin menguat dan berkembang di Indonesia. Kita semua berharap agar pada waktunya akan terbit peraturan men-teri agama yang menaungi kebera-daannya. Dengan itu, ruang gerak koordinasi terkait pembinaan dan pengawasan Taman Seminari ke depan menjadi lebih optimal. Secara khusus untuk wilayah NTT yang memiliki struktur Bimas Katolik terlengkap di Indonesia dan jumlah umat Katolik terbanyak, maka perlu ada penegasan khusus yang berbeda dari wilayah lainnya, terkait pembinaan dan pengawasan lembaga pendidikan formal berciri khas agama Katolik. Potensi yang banyak dan besar ini, perlu dimanfaatkan secara maksimal.

Pengelola dan Kepala Sekolah Taman seminari Santu Simon Petrus Stasi Naunu Paroki ST. Helena Lili Camplong Kabupaten Kupang Provinsi NTT.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PRAKTIK MENULIS

APA ITU SIOMAI

 

Siomai adalah salah satu je-nis dimsum. Dalam bahasa Mandarin, makanan ini disebut shaomai, semen-tara dalam bahasa Kanton disebut siu maai. Dalam dialek Beijing, makanan ini juga ditulis sebagai ç‡’麥, dan juga dibaca shaomai. Kulit siomai serupa dengan kulit pangsit. Makanan ini konon berasal dari Mongolia Dalam.

Dalam resep masakan Cina, siomai adalah daging babi cincang yang di-bungkus kulit yang tipis dari tepung terigu. Walaupun demikian, siomai juga dibuat dari udang, daging kepiting, atau daging sapi. Siomai dibuat berbentuk silinder dan di atasnya diberi hiasan seperti telur kepiting, parutan wortel, atau kacang polong. Setelah dimatangkan dengan cara di-kukus, siomai dimakan dengan cu-ka atau kecap asin.

Dalam masakan Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomai ber-dasarkan daging untuk isi, mulai dari siomai ikan tenggiriayamudangke-piting, atau campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Di beberapa daerah, siomai tidak selalu dibungkus dengan kulit dari tepung terigu (kulit pangsit).

Siomai biasanya disajikan dengan beberapa jenis bahan pelengkap. Pe-lengkap siomai yang biasa disajikan antara lain telur ayam rebus dan sa-yuran seperti kentangparia dan kubis. Sebelum dihidangkan, biasanya siomai dan bahan pelengkapnya dikukus agar dapat disajikan dalam kondisi hangat. Tahu bakso (tahu putih dan tahu kulit yang diisi adonan tapioka) juga dapat dimasukkan ke dalam jenis siomai. Karena itulah di Jawa Barat, siomai juga populer dengan sebutan bakso tahu.

Siomai umumnya dihidangkan dengan siraman saus kacang yang dibuat dari kacang tanah yang diha-luskan dan diencerkan dengan air. Bumbu untuk saus kacang ini antara lain cabai merahbawang putihgula pasirasam jawabawang putihga-ram dapur, dan cuka. Sewaktu disaji-kan, siomai bisa ditambahkan kecap manis, sambal botol dan perasan jeruk limau.

Di Jawa Barat teknik penyajian bakso tahu terbagi menjadi dua, yaitu bakso tahu kering dan bakso tahu basah. Umumnya pedagang yang menyajikan siomai dengan kedua pilih-an penyajian ini juga menyedia-kan batagor dengan penyajian kering dan basah. Bakso tahu/batagor kering, disajikan dengan bumbu kacang seperti siomai/batagor pada umumnya. Adapun bakso tahu/batagor basah (disebut juga bakso tahu/batagor kuah) adalah siomai/batagor (beserta berba-gai bahan pelengkapnya) yang disajikan di dalam kuah kaldu, dengan taburan seledri, bawang goreng dan kecap manis.

Penulis : Simon Anunu, S.Ag., M.Pd. Guru Agama Katolik SDN Naibonat sekaligus Kepala Sekolah.Kabupaten Kupang Provinsi NTT.

 

KELOR MENCEGAH COVID-19

 

Small is beautifull and small is power. Dalam bahasa Indonesia saya memahami istilah kalimat bahasa Inggris ini begini “kecil itu indah dan kecil itu kuat punya pengaruh”. Makna  ungkapan ini mengungkapkan daun kelor kecil nyaris di pandang sebelah mata. Sekilas terlintas dalam pikiran manusia awam kau daun kecil apa pengaruhmu. Sama juga dengan daun yang lain. Ternyata luar biasa pengaruhmu dalam mengusik  keta-kutan dunia dalam menghadapi virus Covid-19. Daunmu  kecil, khasiatmu kuat, pengaruhmu mengandung golongan senyawa   antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam daun kelor.  Itulah yang dibuktikan para peneliti.

Hasil penelitian ini didapat dari screening aktivitas terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal terkait dengan mekanisme kerja virus. Hasilnya diperoleh beberapa golongan senyawa tersebut berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 (virus corona).“Hasil penemuan ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mencegah dan meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus corona. Selain itu, sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan RI, WHO dan CDC,” ujar Dekan FKUI Fahrial Syam dalam keterangan resminya. Daun kelor memang telah lama dikenal akan khasiatnya mengobati jenis penyakit ganas. Selengkapnya, di bawah ini terdapat 3 khasiat utama daun kelor seperti dihimpun berbagai sumber.

1.     Tinggi kandungan antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat melawan radikal bebas di dalam tubuh. 

2.     Menurunkan kadar gula darah

Sejumlah penelitian memang menunjukkan daun kelor efektif menurunkan kadar gula darah. Para ilmuwan meyakini hal itu berasal dari senyawa isothiocyanate. 

Namun, sebagian penelitian baru diujikan pada hewan. Studi berbasis manusia yang ada masih dalam skala kecil. Hasilnya, kadar gula darah puasa mereka turun rata-rata 13,5 persen. Studi kecil lainnya melibatkan enam penderita diabetes yang diberi 50 gram daun kelor dalam menu makanan-nya. Hasilnya, kadar gula darah mereka dapat berkurang 21 persen.

Sahabatku kenalan basaudara, Keluargaku menghidangkan  santapan hidup sehat hanya semangkok bubur daun kelor setiap hari. Daun diambil dari kebun yang biasa  ditanam sendiri  bebas dari pupuk kimia.

 

RESUME  MATERI BELAJAR GELOMBANG 7 BERSAMA PROF. EKO

 

Semalam saya belajar menjadi penulis bersama narasumber yang sangat kompeten dalam bidang IT. Saya anggap ini orang ini luar biasa bukan biasa di luar. Sungguh saya kagumi. Kekaguman yang saya sanjung adalah keahliannya dalam bidang yang ia omongin. Ia tidak asal omong. Background-nya dilatarbela-kangi oleh hasil belajar. Bukan hanya belajar, tapi dia buat dari hal yang kecil menjadi yang besar. Ada ungkapan klasik “kecil teranja-anja besar terbawa-bawa”. Bayangkan dari kecil bisa menulis bersama teman-teman sebaya. Lagi pula masih kecil sudah punya cita-cita mau keliling dunia.

Dari jawaban pertanyaan peserta yang Prof. Eko jawab mengulas secara mendalam  dan menguraikan cara ber-pikirnya memperoleh skill yang ia miliki sampai sekarang. Dari dunia nyata sampai dunia maya. Dari mengajar langsung sampai live streaming YouTube.

Yang paling menarik  bagi saya,  Prof. Eko akhir-akhir ini mulai  menjadi pribadi tren dan motivator dalam pekerja sosial. Lihat di chanel YouTube dengan laman  EKOJI CHANNEL. Dan tidak peduli ada atau tidaknya yang nonton yang penting beliau dapat mengajar membuat di YouTube. Membuat  peluang belajar dan membelajarkan kepada masyarakat termasuk saya penikmatnya melalui   belajar gelombang 7 yang dinahkodai oleh OmJAY dan Mas Bambang moderatornya. 

Semalam dalam kolom bertanya kepada Prof. Eko, “Bagaimana mengatasi masalah yang saya alami yaitu berpikir lola sekali, lamban membuat resume  dan  mengatasi  kesibukan yang menghalangi cepat menjadi penulis?

Tadi pagi baru saya lanjutkan pertanyaan ini dalam japri ke Prof. Eko, setelah  mendapat sms dari  Mas Bambang  memberikan nomor kontak   Prof. Richardus Eko Indrajit.

Siapakah Prof. Eko ?

Pemilik  hidup dan kehidupan orang yang luar biasa ini dapat kita baca dalam profil berikut ini.

Nama Lengkap  :    Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA.

Alias                :    Richard

Profesi             :    Tokoh Teknologi Informasi

Tempat Lahir    :    Jakarta

Tanggal Lahir    :    Jumat, 24 Januari 1969

Zodiak             :    Aquarius

Warga Negara   :    Indonesia

Istri                 :    Lisa A. Riyanto

BIOGRAFI

Richardus Eko Indrajit merupakan pakar teknologi yang berbakat. Tak hanya sebagai pakar, narasumber berbagai seminar, ia juga seorang akademisi sekaligus penulis puluhan judul buku dan ratusan jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan tingkat nasional maupun internasional.

Lahir di Jakarta, 24 Januari 1969, pria yang akrab disapa Richard ini memulai karir di dunia teknologi sejak duduk di bangku kuliah. Menuntaskan pendidikan di ITS, seolah haus akan ilmu, ia kemudian melanjutkan pen-didikan di berbagai macam universitas seperti Harvard University, University of the City of Manila, Maastricht School of Management, Leicester University, dan London School of Public Relations.

Sekembalinya dari luar negeri, ayah dari tiga anak ini sempat bekerja di sebuah perusahaan multinasional seperti Price Waterhouse, Prosys Bangun Nusantara, Renaissance Indonesia, Jakarta Consulting Group, Soedarpo Informatika Enterprise, dan IndoConsult Utama. Namun, ia lantas memutuskan keluar untuk mendirikan sebuah perusahaan konsultan tekno-logi informasi independen yang membantu banyak perusahaan baik swasta maupun pemerintahan.

Dia aktif pula membantu pemerin-tah dalam sejumlah penugasan. Dimulai dari penunjukan sebagai Widyaiswara Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), yang diikuti dengan berperan sebagai Staf Khusus Bidang Teknologi Informasi Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Staf Khusus Balitbang Depar-temen Komunikasi dan Informatika, Staf Khusus Bidang Teknologi Infor-masi Badan Narkotika Nasional, dan Konsultan Ahli Direktorat Teknologi Informasi dan Unit Khusus Manajemen Informasi Bank Indonesia.

Saat ini ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menahkodai institusi pengawas internet Indonesia ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infra-structure) dan menjadi anggota aktif dari Badan Standar Nasional Pendi-dikan (BSNP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dewan Riset Nasional (DRN), dan Dewan Pendidikan Tinggi (DPT).

Selain aktif sebagai konsultan teknologi informasi, suami dari Elisabeth Dhany Retno Putri ini juga menjadi akademisi di beberapa universitas; Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atmajaya, Bina Nusantara University, Curtin University of Technology, Universitas Trisakti, Edith Cowan University, dan IPMI-Monash University. Tak hanya pandai di bidang pendidikan serta profesional, Richard juga pandai dalam organisasi, kini ia menjabat sebagai Presiden Association of Higher Learning Insti-tution in Computing and Information Technology Studies di mana ia memimpin lebih dari 700 universitas dan 1.500 program studi di seluruh Indonesia dan President of Interna-tional Association of Software Architect.

Seolah tak pernah padam sema-ngatnya, Richard juga telah banyak menelurkan karyanya. Tercatat lebih dari tiga puluh judul buku dan ratusan jurnal yang telah dipublikasikan baik nasional maupun internasional.

Sang motivator kita  dalam belajar menulis buku hanya dalam satu minggu menghasilkan buku.

Aku baru sadar bahwa dalam satu hari menghasilkan satu halaman meski sesibuk apa pun. Pasti dalam tiga minggu dapat 100 halaman. Saya bertekad  mulai hari  ini menulis dengan   5W1H. Misalnya judulnya Digital Mindset maka  saya coba terapkan hasil dari pemateri beberapa hari yang lalu yang disingkat: TOJRP yaitu menentukan tema, membuat outline atau (daftar isi), membuat jadwal, refleksi melihat kembali perbaiki, menambah, mengurangi dan terakhir saya berikan kepada penerbit untuk dicetak. Pasti saya pilih Prof. Eko membantu saya. Tema yang saya dapat melalui belajar malam ini adalah  Digital Mindset dengan     men-jawab pertanyaan (dalam bentuk tulisan) sebagai berikut.

Chapter

1. APA yang dimaksud dengan digital mindset.

2.  MENGAPA digital mindset dibu-tuhkan

3.  SIAPA yang harus mengubah mind-setnya

4.  DIMANA digital mindset harus diterapkan

5. KAPAN digital mindset diterapkan. dan

6.  BAGAIMANA cara menerapkannya.

Apalagi Prof.  Eko  sudah berjanji, “satu hari tulis satu. Berarti hari keenam sudah jadi. Hari ketujuh kasih ke saya. Anda tidak perlu banyak berpikir, karena semua sudah saya paparkan dalam presentasi. Tinggal Anda bahasakan saja sesuai dengan yang Anda tangkap. Di hari ketujuh, tulisan saya akan saya tambah-tambahkan sana-sini. Kemudian saya akan langsung terbitkan dengan e-ISBN resmi dari perusahaan publikasi saya yang di Yogyakarta, yaitu CV Preinexus yang bermitra dengan penerbit lama Graha Ilmu. Anda adalah penulis pertamanya, saya penulis keduanya. Kalau ternyata e-bukunya laku (kita jual di situs Ekoji Channel dengan harga murah meriah, karena yang penting banyak yang beli). Agar menarik, semua royalti jadi milik Anda. Kalau ternyata banyak yang laku, kita terbitkan versi kedua dalam bentuk fisik sehingga Anda dapat ISBN. Tertarik? Saya mau lelang judulnya malam ini, silakan nanti dipimpin moderator. Kalau ada 3 orang memilih judul yang sama, lebih baik. jadi pengarangnya 4 orang plus saya. rejeki dibagi tiga penulis.”

  Penulis Simon Anunu dari  SDN Naibonat Kabupaten Kupang Prov. NTT, Blog simon Anunu.com,Email.simonanunu68@gmail.com,twitter simon anunu  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KINI AKU HARUS BISA MENULIS  ARTIKEL

 

Pada hari Selasa 14 April 2020, pukul 19.00-21.00, saya memfokuskan perhatian pada pemateri Bapak Dr. Jejen Musfah. Beliau hadir dalam membelajarkan grup belajar online (GBO) yang dinahkodai oleh Omjay sang motivator bloger. Bukan apa, tapi saya sungguh merasakan bagaimana menulis artikel lewat motivator Dr. Jejen.

Saya amati, tiru dan menulis (ATM) dalam angan-angan. Saya klik Google melihat artikel. Menurut Wikipedia artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan di media online maupun cetak (melalui koran, majalah, buletin, dsb.) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.

Isi artikel dapat bermacam-macam, beberapa contoh yang sering kita baca antara lain:

1.  sejarah,

2.  petualangan,

3.  argumentasi,

4.  hasil penelitian,

5.  bimbingan untuk melakukan/me-ngajarkan sesuatu.

Penulis artikel bermacam-macam kriterianya, sebagai berikut:

1.           penulis artikel buku,

2.           penulis artikel berita,

3.           penulis artikel marketing,

4.           penulis artikel online,

5.           penulis artikel narasi,

6.           penulis artikel naskah.

“Saya mengikuti semangat Prof. Eko setiap hari tulis 1 halaman. Maka pagi ini, bangun pagi santapan pertama adalah menulis Resume Belajar  Gelombag 7 bersama Dr. Jejen”.

Siapa dia Dr. Jejen? Mari kita lihat dalam ulasan berikut ini.

Bapak Dr. Jejen Musfah lahir di Serang, 2 Juni 1977. Pendidikan beliau adalah  S1 Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN Jakarta (1996-2000), S2 Kajian UIN Jakarta (2002 -2004), Diploma Kajian Bahasa Arab LIPIA Jakarta (2006-2007), S3 Ilmu Pendidikan UNINUS Bandung (2007 -2010).

Jabatan :

1.    Dosen Prodi Manajemen Pendidikan UIN Syahid sejak 2005 sampai sekarang.

2.    Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam FITK UIN Jakarta (2016-2020)

3.    Sekretaris Program Magister FITK (2012 -2016)

4.    Sekretaris Departemen Pembinaan Mental dan Spiritual PB PGRI (2018 -2019)

5.    Pemimpin Redaksi Majalah PB PGRI (2016-2019)

6.    Wakil Sekretaris Jenderal PB PGRI (2019 -2024)

7.    Pemimpin Redaksi Majalah PB PGRI (2019 - 2024)

8.    Redaktur Pelaksana Majalah Pinisi BDK Makassar (2018 sampai sekarang)

9.    Redaktur Pelaksana Jurnal Baruga BDK Makassar (2018 sampai sekarang)

10.Tim Ahli Rancangan UU guru dan Dosen DPD RI, 2018

11.Staf Ahli Komite III DPD RI (2020 -2021)

Beliau juga banyak menulis buku  berjumlah 13 judul buku, opini di koran, artikel ilmiah, reviewer, peneliti dan narasumber tentang pendidikan.

Adapun prestasi yang beliau raih puluhan prestasi seperti :

-   juara 2 opini pendidikan tingkat nasional yang diselenggara-kan  oleh Kemendikbud tahun 2014,

-   Juara harapan pendidikan keluarga tingkat nasional, Kemendikbud 2016, Dosen Teladan FITK UIN Syarif Hidayatullah 2017

-   Dan yang terakhir prestasi yang diraih adalah penerima dana hebat riset dari Kemenag RI.

Beliau juga pernah melawat ke luar negeri  seperti :https://wijayalabs.wordpress.com.

1.           Nasional University Singapura 2018

2.    Internasional Islamic University Malaysia 2008

3.    Infrastrukture University Kuala Lumpur Malaysia 2014

4.    Universitas Putra Malaysia (UPM) 2017.

5.    Yala Raja Bath University Thailand 2017

6.    Culalangkom University Bangkok Thailand 2018

7.    Culalangkom University Demon-tration School Bangkok, 2018

8.    Universitas Kebangsaan Malaysia, 2018

9.    KBRI Singapura 2019

10.As Sofa College Selangor Malaysia 2019

11.Sekolah Songsem Sasana Vitaya Foundation School (SSVS)  Thailand 2019.

Karier beliau begitu memuncak di saat beliau masih berumur 43 tahun, masih sangat muda tapi nama beliau sangat bersinar baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara.

Majalah Suara Guru PB PGRI email : majalah.suaraguru@gmail.com

Salam teman-teman guru se- Indonesia.

Opini intinya gagasan penulis atas kebijakan atau fakta pendidikan yang terjadi.

Artinya opini tdk akan khilangan topik.

Kebijakan dan fakta pendidikan selalu hadir.

Tapi tidak smua berhasil menangkap momentum utk menanggapi.

Guru adalah praktisi.

Majalah SG setua PGRI sendiri.

Sudah puluhan tahun.

Tulisan bisa dimuat di online dan offline.

Cetak 5.000 eksmplar.

Dibagikan ke hampir 34 provinsi.

Rubriknya beragam.

Opini, resensi, sastra, destinasi dan lain-lain.

Saya kira itu pengantarnya, ya.

Di atas adalah email bagi yang akan kirim tulisan.

Apa saja syaratnya kita bisa mengirimkan artikel ke redaksi majalah guru?

-       Menyebutkan status dan foto.

-       Tulisannya bisa sesuai rubrik di atas.

-   Diutamakan bidang pendidikan dan isu-isu yang hangat.

Sampai saat ini jujur saja, masih kekurangan naskah berkualitas.

Cenderung diterima.

Dengan editing redaktur.

Antusiasme peserta Gelombang 7 dalam merespon presenter Dr. Jejen Musfah saya sampaikan secara jelas dan mutakir dalam daftar berikut ini.

[19.24, 14/4/2020] Eni Setyowati: Selamat malam Pak Jejen. Maaf mau tanya, untuk ketentuan/syarat-syarat pengiriman naskah. Apa saja,  ya? Terima kasih.

[19.25, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Di atas sudah dijawab.

[19.25, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Menyebutkan status dan foto.

[19.26, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Opini. Resensi. Sastra. Destinasi. Dll

[19.26, 14/4/2020] Noraliapurwa Gel8: Assalamualaikum Pak Jejen.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena tulisan saya sudah dimuat secara online di website PGRI, yang ingin saya tanyakan:

1. Apakah boleh satu orang mengirimkan beberapa artikel ke majalah PGRI?

2. Tema tulisan yang paling disukai untuk dimuat di majalah PGRI yang seperti apa Pak?

3. Terima kasih

[19.27, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Boleh lebih. Tentang pendidikan mutakhir.

 

[19.27, 14/4/2020] Musiin Kediri: Apakah untuk opini ada batasan dalam berpendapat dan untuk sastra bentuknya berupa karya sastra atau teori dari karya sastra?  Terima kasih.

[19.27, 14/4/2020] +62 858-5050-2204: Apakah dalam mengirim artikel syarat-syarat yang harus dipenuhi dan berapa artikel dimuat di majalah guru? Moch. Zahli Bojonegoro

[19.27, 14/4/2020] Rahma Dharmasraya: Assalamualaikum Pak Jejen, mohon maaf saya mau tanya apakah naskah yang akan dikirim ditentukan jumlah halamannya atau berdasarkan apa? Terima kasih.

[19.28, 14/4/2020] Rusmin Kalsel: Adakah tata cara atau aturan khusus tentang tulisan (ukuran dan jenis huruf,  pengaturan halaman dan lain-lain) agar tulisan bisa diterbitkan. Rusmin (G8-017) Kab. Barito Kuala Kalsel.

[19.29, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Tidak mengandung SARA.

Sastra bisa keduanya.

[19.29, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Opini maksimal 1.000 kata

[19.29, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Bebas.

[19.30, 14/4/2020] wijayalabs: Assalamualikum Pak Jeje. Apakah kita mengirim artikel ke Suara Guru PGRI  ada biayanya? Dari rasita Bengkulu.

[19.30, 14/4/2020] Jejen Musfah PGRI: Tidak ada, free.

Demikian  resume yang saya buat atas perhatian, saya ucapkan terima kasih. Silakan komentar untuk menambah, mengurangi, koreksi penulis sangat mengharapkan.

Bersama doa Bunda Maria  pasti saya bisa menulis artikel seperti Dr. Jejen Musfah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDIDIK MENGINSPIRASI

 

 

Pengalaman adalah guru terbaik. Walaupun mengenyam  Pendidikan formal jenjang strata S1 dan S2 tapi belum memiliki pengalaman mengajar atau bekerja rasanya  profesioliame belum lengkap. Lewat proses melihat kembali pengalaman bagaimana membuat orang lain menemukan dirinya yang sesungguhnya. Hal ini tidak semudah membalik telapak tangan. Proses menemukan sesuatu yang lebih dari yang biasa itulah yang disebut perjuangan. Tiada amal tanpa berkurban. Tiada kurban tanpa derita. Itulah hidup pencari fakta. Memang orang suka fakta ketimbang  cerita belaka. Bagaimana proses memanu-siakan manusia itulah tugas seorang pendidik. Makanya tugas pendidik adalah tugas mulia. Mari kita  melihat kembali kegiatan pembelajaran yang terjadi di  SDN Naibonat dalam rangka  menangani   di mana ada anak  yang loyo dalam belajar. Keloyoan belajar anak di kelas di mana  anak cepat bosan belajar. Sikap masa bodoh. Bahkan sikap protes  yang ditunujukan dengan bandel.  Mengganggu  teman baik dalam kelas maupun kelas lain. Ada satu anak peserta didik baru kelas dua.  Banyak guru dari kelas satu sampai kelas enam mengeluh tentang sikap anak yang bernama Adrianus Hali Wiwi ini. Siswa ini sudah bandel  tidak mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Lebih  aneh lagi ketika  ada anak yang menangis dalam kelas pasti  Adrianus melakukan kekerasan  dengan memukul teman itu.

Kejadian ini menyita perhatian banyak orang.  Wali kelas dua,  kepala sekolah dan orang tua.  Ada surat panggilan kepala sekolah kepada orang tua anak ini untuk dicarikan jalan keluar dan jalan terbaik. Ternyata anak ini mempunyai  sikap super aktif. Tidak suka duduk terlalu lama belajar, ternyata  dia diajak bermain sambil belajar malah dia lebih aktif. Kesempatan ini menjadi tantangan bagi guru  SDN Naibonat  jeli  meman-dang  sebagai  peluang  untuk  mencari model pembelajaran yang tepat.

Ada lagi satu  anak peserta  didik yang sudah duduk di bangku kelas IV SDN Naibonat. Suatu ketika  ketika diperhatikan ternyata ketika menulis hanya menggoyangkan pulpennya seperti menulis sungguh. Diperhatikan  secara cermat ternyata dia tidak menulis sungguh. Guru menaruh perhatian khusus ternyata anak ini mempunyai gerak manipulasi seolah-olah aktif  menulis. Lalu guru itu semakin penasaran.

Curiga sepertinya anak ini belum tahu menulis dengan baik. Jangan sampai tidak menguasai huruf,  kata   dan kalimat.  Guru ini naik pitam  mengapa ada anak yang sudah duduk kelas empat  tetapi belum bisa menulis. Ditelusuri lebih teliti ternyata anak ini lamban. Bila dikte cepat pasti anak ini pura-pura menulis.  Akhirnya  anak ini diperhatikan secara khusus oleh gurunya. Ketika temannya pulang saat bel sekolah berbunyi  semua anak pulang. Anak ini diberi  remedial  menulis  ulang. Mulai saat itu  bisa menulis indah.  Anak peserta didik ini sudah duduk di bangku  kelas V  pada tahun ajaran 2020/2021.

Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan spirit inspiratif untuk siswa-siswinya. Spirit inspiratif ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasihat membangun kepada anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu.

Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya mengu-asai ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiawaan peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah kemajuan.

Ada satu hal yang luar biasa adalah siswa yang drop out (DO) Sekolah Dasar Negeri Naibonat pada tahun pembelajaran lalu. Berhubung penulis adalah pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Penulis bekerja sama mengunjungi orang tua peseta didik yang  DO di rumah. Di sana sambil minum kopi panas. Kami diskusi dan saling meneguhkan tentang masa depan anaknya. Bila anak ini tidak sekolah bagaimana masa depan anak bangsa. Anak ini bernama Adikar Lubalu satu-satunya lelaki dalam keluarga.

Setelah orang tuanya mengerti masih ada jalan lain ke Roma. Di mana bila  Adikar daftar sambung sekolah di PKBM mengikuti pendidikan kesetaraan paket A maka anak ini bisa menikmati pendidikan selanjutnya. Tawaran manis ini diterima baik dengan senang hati oleh orang tua Adikar yang sudah janda. Suaminya sudah dipanggil oleh Tuhan beberapa tahun lalu. Sikap orang tua yang sangat bersyukur. Kini Adikar sudah sekolah di SMP Negeri 4 Kupang Timur. Ketika Adikar dan keluarga melihat penulis selalu mereka katakan kita ini keluarga.

Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan inspirasi untuk para muridnya. Inspirasi ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasihat membangun pada anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional RI Suyanto saat memperingati Hari Guru Nasional di SDN II Cideng, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2011).

 

 

 

 

Profil Penulis

 

Simon Anunu, S.Ag., M.Pd., dilahirkan di Kuan  Tes, Kabupaten TTU, 10 Desember 1968. Me-ngenal pendi-dikan mulai dari SDK Tes 1977 sampai kelas III dan tamat di SDN Sasi Kefa 1983. SMPN Kefa 1987 lanjut SPGAK Warta Bakti Kefa  tamat 1990. D2 IPI Malang tamat 1996. Menempuh S1 di Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung Kupang tamat 2004. S2 Pascasarjana Undana Kupang Prodi PIPS tamat 2015. Mengapa sekolah tahun tidak teratur karena sebagai anak petani subsisten sekolah sedikit cari uang baru sambung. Pengalaman mendirikan SMP Katolik San Daniel Oepoli, SMP Katolik Santu Donbosco Naunu Kabupaten Kupang. Pengelola Paket ABC PKBM Bintang Timur sambung Kembali anak yang putus sekolah. Tokoh Agama Peduli HIV/AIDS Kabupaten Kupang otlet Kondom. Asesor PAUD PNF NTT. Instruktur K13. Animator Sekami. Kepala SDN Naibonat. Ketua pengawas KSP Swasti Sari.  Alamat tempat tinggal: Naibonat Kabupaten Kupang  Provinsi NTT.

Pengalaman menulis: Jejak Digital Motivator Andal, Pola Pembelajaran  yang Eefektif dari Rumah, Refleksi dan Resolusi Saat Pandemi dan Puisi Patidusa dan Literasi Sekolah di Masa Pandemi. Bersama guru Bloger Indonesia hebat. 

Kontak penulis dapat dihubungi melalui HP.WA 085237893978;  email simonanunu68@gmail.com.face book  simon anunu.blog: https://naibonatnew.blogspot.com