Selasa, 31 Maret 2020

                                                   
GUDEG

Minggu, 29 Maret 2020

                                             
                                                    KETOPRAK
Ketika mata memandang sepiring berisi  ketoprak. Air liur pun turut tergiur. Apalagi keinginan mau makan didorong oleh nafsu makan yang tinggi, lagi pula perut sudah keroncong, ah mana kutahan. Lapis aja kenapa.Tapi  jika saat ini aku di rumah pasti maunya buat sendiri. Lagi - lagi dalam perjalanan, lagi pula aku sudah lapar pasti nyantap aja ko repot. Ada dompet di Saku celana rasanya ada uang secukupnya makan aja. Sambil makan aku dengar orang berbincang tentang asal nama. Selain asalnya yang masih dipertanyakan, nama ketoprak dinilai cukup unik dan masih memunculkan misteri tersendiri. Beberapa pendapat menyebutkan jika nama ketoprak berasal dari singkatan ketupat toge yang digeprak.
 Siapa tak tahu akan makanan lezat bernama ketoprak? Ketoprak merupakan makanan berbumbu kuah kacang yang bisa dengan mudah ditemukan di kota Jakarta. Rasa makanan ini sangat lezat. Menariknya, makanan ini juga sangat sehat dan harganya cukup terjangkau untuk semua kalangan.
Hampir sama dengan pecel di Jawa Tengah atau Jawa Timur, di Jakarta ketoprak menjadi makanan yang sudah menjamur dan disukai semua lapisan masyarakat. Ketoprak terbuat dari irisan ketupat dan tauge yang kemudian disiram bumbu kacang. Di beberapa pedagang, ada tambahan bahan lain yang membuat ketoprak semakin lezat. Bahan tersebut antara lain bihun, telur, tahu, taburan bawang merah goreng dan kerupuk.
Oleh SIMON ANUNU,S.Ag,M.Pd SDN Naibonat Kabupaten Kupang NTT
  


Sabtu, 28 Maret 2020

KELOR MENCEGAH VIRUS CORONA 19 (COVID 19)


KELOR MENCEGAH COVID 19



            Small is beautifull and small is power. Dalam bahasa Indonesia saya memahami istilah kalimat bahasa Inggris ini begini “kecil itu indah dan kecil itu kuat punya pengaruh”. Makna  ungkapan ini mengungkapkan daun kelor kecil nyaris di pandang mata. Sekilas terlintas dalam pikiran manusia awam kau daun kecil apa pengaruhmu. Sama juga dengan daun yang lain. Ternyata luar biasa pengaruhmu dalam mengusik  ketakutan dunia dalam menghadapi virus corona (Covid 19). Daunmu  kecil khasiatmu kuat pengaruhmu mengandung golongan senyawa   antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam daun kelor.  Itulah yang dibuktikan para peneliti.
Hasil penelitian ini didapat dari screening aktivitas terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal terkait dengan mekanisme kerja virus. Hasilnya diperoleh beberapa golongan senyawa tersebut berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 (virus corona).“Hasil penemuan ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mencegah dan meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus corona. Selain itu, sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan RI, WHO dan CDC,” ujar Dekan FKUI Fahrial Syam dalam keterangan resminya.Daun kelor memang telah lama dikenal akan khasiatnya mengobati jenis penyakit ganas. Selengkapnya, di bawah ini terdapat 3 khasiat utama daun kelor seperti dihimpun berbagai sumber.
1. Tinggi kandungan antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat melawan radikal bebas di dalam tubuh. 
2.Menurunkan kadar gula darah
Sejumlah penelitian memang menunjukkan daun kelor efektif menurunkan kadar gula darah. Para ilmuwan meyakini hal itu berasal dari senyawa isothiocyanate. 
Namun, sebagian penelitian baru diujikan pada hewan. Studi berbasis manusia yang ada masih dalam skala kecil. Hasilnya, kadar gula darah puasa mereka turun rata-rata 13,5 persen. Studi kecil lainnya melibatkan enam penderita diabetes yang diberi 50 gram daun kelor dalam menu makanannya. Hasilnya, kadar gula darah mereka dapat berkurang 21 persen.
            Sahabatku kenalan basaudara, Keluargaku menghidangkan  santapan hidup sehat hanya semangkok bubur daun kelor setiap hari. Daun diambil dari kebun yang biasa  ditanam sendiri  bebas dari pupuk kimia.

Oleh SIMON ANUNU,S.Ag,M.Pd
 SDN Naibonat Kabupaten kupang NTT





Jumat, 27 Maret 2020


DAMPAK PERCERAIAN SUAMI ISTRI BAGI ANAK BALITA

            Ketika aku memandang balita yang tertidur tanpa belaian kasih seorang ibu membuat saya teringat akan masalah pastoral keluarga. Sebagai seorang katekis petugas pastoral dalam karya pelayanan umat  katolik setiap hari  dihadapkan dengan masalah kawin cerai. Mamang dalam Gereja Katolik sifat perkawinan monogami tak terceraikan.
Tetapi Perceraian menjadi momok yang menakutkan bagi setiap keluarga. Tak hanya suami-istri saja, perceraian juga menjadi sebuah hal yang menakutkan bagi anak. Hal ini akan membawa dampak buruk pada kehidupan seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini, anak adalah salah satu yang paling banyak terkena imbasnya.
Ada banyak sekali penyebab perceraian, antara lain gagalnya komunikasi, kekerasan dalam rumah tangga, ketidaksetiaan, masalah ekonomi, hingga pernikahan usia dini. Apa pun alasannya, kedua orangtua perlu memikirkan matang-matang apa saja dampak yang akan dirasakan keluarga setelah bercerai.
Kemudian, banyak pertanyaan timbul dari para orangtua tentang pada usia berapa perceraian orangtua mempunyai dampak buruk yang sedikit bagi anak? Apakah pada usia balita, anak dianggap belum banyak terpapar kehidupan orangtuanya, jadi akan lebih mudah dan lebih minimal dampaknya bagi anak ketika orangtuanya bercerai?
Pada dasarnya, tidak ada “usia terbaik” untuk bercerai. Dampak negatif perceraian akan selalu dirasakan entah berapa pun usia anak. Perceraian tetap memberikan dampak psikologis pada anak. Orangtua setidaknya harus memahami dampak dan kebutuhan anak setelah perceraian.
Pada Balita, dampak perceraian memang seakan tak terlihat. Banyak orangtua menganggap bahwa pada usia ini anak belum bisa benar-benar memahami keadaan sekitarnya. Padahal, yang tak terlihat tersebut justru akan berdampak pada kehidupannya kelak.
Sebagai orangtua, sudah tugas kita untuk memastikan anak bisa tumbuh dengan baik layaknya keluarga normal lainnya. Untuk itu, perhatikan beberapa dampak perceraian pada balita menurut dua tahapan umur.
Pada keluarga normal, usia anak 0 – 2 tahun adalah masa paling bahagia. Bagaimanapun, buah cinta antara suami dan istri baru saja menampakkan wajahnya di dunia. Harusnya, kedua orangtua berbahagia menyambut kedatangan si kecil. Akan tetapi, perpisahan dan perceraian pun bisa terjadi.
Pada usia 0 – 2 tahun, persepsi anak tentang perceraian belum terlihat. Bayi tentu saja tidak mempunyai kesadaran nyata tentang perceraian. Dampaknya baru terasa pada kehidupannya kelak, terutama karena ia tidak dibesarkan dalam rumah seperti keluarga pada umumnya.
Permasalah yang harus dicarikan solusi untuk mendukung perkembangan optimal anak adalah tentang pembentukan kelekatan khusus. Pada umumnya, setelah bercerai, ibu atau ayah yang memegang hak asuh akan kembali bekerja. Waktu yang dihabiskan bersama anak pun akan berkurang. Untuk itu, setidaknya anak harus mempunyai satu sosok pengasuh utama yang secara terus menerus melakukan kontak dengan anak. Ini akan membentuk kelekatan awal pada diri anak.
Kehadiran pengasuh bukan untuk menggantikan peran ayah atau ibu sebagai orangtua. Siapa pun pasti sepakat bahwa menjadi orangtua tunggal bukanlah hal yang mudah. Kehadiran pengasuh adalah partner terbaik untuk mendukung perkembangan maksimal anak.
Kelekatan dalam diri anak menjadi landasan utama untuk mencapai kesejahteraan diri (well-being), yaitu rasa bahwa anak dicintai dan istimewa. Namun, prospek mempunyai dua orangtua yang terlibat mengasuh anak pada usia ini menjadi kurang mungkin. Setelah perceraian, salah satu orangtua sudah tidak berada di rumah secara teratur. Di sisi lain, ada pihak orangtua yang tidak tinggal bersama anak, kemudian menikah lagi, dan tidak mempunyai ikatan langsung dengan anak.
Risiko ketika pihak orangtua tidak lagi mempunyai kontak harian pada usia ini adalah memudarnya sosok orangtua dalam kehidupan anak. Ayah atau ibu yang kehilangan kontak akan kehilangan kelekatan dan arti pada diri anak.
Untuk memastikan bahwa anak tetap mendapatkan kasih sayang yang cukup, ada baiknya Anda dan mantan pasangan tetap menjalin komunikasi yang baik. Doronglah mantan untuk ikut serta mengasuh anak.
Di sisi lain, pengasuh yang menjadi partner Anda dalam mengasuh anak sebaiknya mengerti dan benar-benar peduli kebutuhan anak. Orangtua kedua harus belajar bagaimana memberikan kasih yang sama dengan Anda untuk si kecil. Dengan begitu, akan lebih aman memercayakan perawatan anak kepada mereka.
Akhirnya saya mengajak pasangan suami istri (pasutri) agar mendasarkan keluarga pada semangat keluarga Kudus Nazaret (Yesus Maria dan Yosep). Hidup ini adalah anugerah Allah. Anak adalah buah cinta suami istri. Titipan Allah kepada suami istri untuk bekerja sama dengan Allah melahirkan, memelihara, membesarkan dan membahagiakan anak agar berguna bagi nusa dan bangsa. Amin.



MUTIARA KASIH
PANCARAN  SINAR MUTIAMU
MENJANGKAU ANAK – ANAK DI PULAU TIMOR
            Sinar mengusik kegelapan. Habis gelap terbitlah terang. Kegelapan kebodohan.kegelapan kemiskinan. Kegelapan tak berdaya. Sinar terang perubahan hidup. Sinar terang perubahan cara berpikir. Sinar terang pengolahan harta kehidupan. Sinar terang berkelimpahan dalam cita-cita anak bangsa.
Sebagai seorang awam katekis selalu bersama pastor  duduk bercerita tentang kehidupan umat di tempat saya melayani. Pengalaman berpastoral sebagai katekis sejak tahun 1990 di paroki santu Stefanus Naikliu kala itu. Sekarang paroki ini sudah memekarkan diri menghadirkan Paroki Santa Maria Mater Dei Oepoli Keuskupan Agung Kupang. Kala itu penulis masih menjadi guru agama katolik sekaligus pendiri SMP Katolik San Daniel Oepoli yang berbatasan langsung dengan Oekusi Negara Timor Leste.
Katekis yang bukan saja sebagai guru tapi juga animator sekami. Mengenal anak seakmi, juga latar belakang orang tua dengan kehidupan beriman dan orientasi masa depan anak-anaknya. Kehidupan beriman orang tua yang hidup segan mati tak mau. Dimana praktek kehidupan nyata jauh dari iman kristiani y\ng diharapkan. Begitu juga pendidikan anak tergantung dari berkat Allah. Bila penghasilan  orang tua cukup memadai pasti pendidikan anak pun lumayan.
Sejak tahun 2002 penulis pindah tempat tugas dari Oepoli ke tempat baru SD Inpres Naibonat dengan alasan mendasar studi strata satu di STIPAS Keuskupan Agung Kupang. Kini penulis tinggal di Stasi St. Yohanes Maria Vianney Naibonat di paroki St. Maria Fatima Taklale . Mayoritas Umat berasal dari eks pengungsi Timor Leste. Bersama RD.Piet Olin, sebagai Pastor Paroki saya mulai kenal Yayasan Mutiara Kasih.
 Sosialisasi pelatihan di Mutiara Kasih berbasis Kelompok umat Basis dan rekrutmen anak-anak putus sekolah menjadi prioritas. Kesempatan inilah penulis mulai beraksi meneruskan informasi mendaftar anak-anak yang berminat mengikuti pelatihan pengasuh bayi, melayani dan merawat orang sakit, anak-anak, dan para manula. Sejak lima tahun lalu dari ke mulut ke mulut orang tahu penulis membantu anak putus sekolah atau yang sudah tamat SMP orang tua tidak ada dana untuk lanjut SLTA  dan tamat SMA tidak kuliah  boleh memperoleh kesempatan direkrut ke Mutiara Kasih.
Banyak anak yang berhasil setelah pulang dari Mutiara Kasih. Ada yang membawa pulang unag berjuta-juta. Ada yang menggunakan uangnya untuk memperbaiki rumah orang tua berdinding bebak beratap daun atau ilalang di sulab sekaligus anak bedah rumah jadi rumah layak huni  dan permanen. Ada yang membawa hand phone (HP) bermacam-macam. Beberapa orang menggunakan uang untuk kuliah meningkatkan sumber daya manusia orang timor. cukup banyak anak mutiara kasih yang sudah mengumpulkan uang dan membiayai adik atau keluarga yang kuliah S1 baik kuliah di dalam dan luar NTT.  Ada pula anak selesai kontrak di mutiara kasih langsung kuliah di jakarta contohnya adik Lusia Metan sementara menyelesaikan studi strata satu jurusan sastra dan bahasa Indonesia. Bila tak ada aral melintang pasti wisuda di bulan september 2016 ini. Inilah seberkas pancaran kasih dari Mutiara Kasih  untuk anak bangsa di pulau Timor.
Kisah nyata pancaran kasih Mutiara Kasih bercokol di pulau timor bagaikan kabar gembira yang terlambat sampai di beberapa  tempat. Penulis merasakan inilah kabar gembira yang terlambat samapai  di kota Kefamenanu Kabupaten TTU pada saat pastor paroki St.Antonius  Padua Sasi Pater Titus kaget karena anak dari ketua lingkungan Fatu Auni paroki tersebut sudah ada di Mutiara Kasih di Cijantung jakarta. Tersentak pastor paoki marah ketua lingkungannya itu dengan tuduhan praktek traffiking.  Ketua lingkungan paulus Taek tidak patah arang. Orang tua anak kakak beradik Dion dan Risto yang sudah ada di Mutiara Kasih,  memperkuat alibinya dengan memberitakan kepada pastor bahwa pukul 12.00 wita hari ini,  simon Anunu putra Paroki ini yang merekrut Dion dan Risto ke Mutiara Kasih, bersama ketua Yayasan Mutiara Kasih (Ibu Agustin bersama ibu  Enny) akan tiba di Paroki Sasi.
Memang benar  Pada tanggal 23 Maret 2015 Simon Anunu (Penulis) mendampingi sekaligus memperkenalkan ketua Yayasan Mutiara Kasih ibu Agustin kepada Pastor Paroki St. Antonius Padua sasi. Dari Sasi ketua Yayasan bertemu lagi pastor paroki St. Andreas Tunbaba RD.Jhon Naben sekaligus sosialisasi dua jam. Blusukan dilanjutkan ke Kampung Tes di sana ibu Agustin dan ibu Enny bermalam tidur beralaskan tikar di atas pelupuh (belahan bambu) . Besok pagi tanggal 24 maret 2015 jam 7.00 wita ketua yayasan Mutiara Kasih dan tim blusukan lagi bertemu siswa dan guru SMA BIKOMI UTARA.  Alasan penulis menghadirkan momen perkenalan ini agar Pater Titus dan RD. Jhon, siswa SMA BIKOMI UTARA menjadi sahabat Mutiara Kasih. Mengapa? Karena sudah dua tahun penulis merekrut anak  dari kampung Tes, kampung Haumeni, Oepoli dan desa Napan serta anak-anak  Bansone kota Kefa,  paroki sasi ke Mutiara Kasih harus lewat  wawancara dan tes bila lulus oleh RD.PIET OLIN di paroki Taklale dengan jarak tempuh dua ratusan kilometer. Pengalaman pahit selama anak-anak dari Kefamenanu datang ke Paroki St.Maria Fatima Taklale di Kupang mulai dari pendaftaran sampai tunggu hasil harus menginap di rumah pa Simon Anunu bertempat di Naibonat berminggu-minggu. Akomodasi, transportasi pergi pulang  untuk tes kesehatan, wawancara  dan dengar hasil   menjadi tanggung jawab penulis karena perbuatan kasih. Alasan ke dua mendekatkan pelayanan perekrutan, wawancara, tes kesehatan, dan memfasilitasi saat berangkat ke jakarata lebih dipermudah oleh pastor paroki setempat.
Menjala SAHABAT MUTIARA KASIH. Sambil menyelam minum air. pribahasa ini mau mengatakan memperkenalkan mutiara kasih sekaligus MENJALA SAHABAT MUTIARA KASIH  kepada Pastor Paroki di Dekenat TTU dan Dekenat Mena  sekitar  wini ponu jalur utara pulau Timor. Satu tahun dua pastor paroki  menjadi pastor SAHABAT MUTIARA KASIH. Pada tahun 2015 menjala pastor paroki St.Antonius Sasi Pater Titus dan Pastor Paroki St.Andreas Tunbaba RD.Jhon Naben menjadi  sahabat Mutiara Kasih. Pada tahun 2016 berhasil menjala pastor Paroki Kristus Raja Haumeni RD.Stef Bria  dan pastor Deken Mena RD.Kanisius  Oki.
Sudah menjadi buah bibir. Mutiara Kasih   di paroki  St.Antonius padua Sasi dan paroki paroki sahabat Mutiara Kasih suka membicarakan eksistensi mutiara kasih. Pada tahun 2016 ketua Yayasan Mutiara Kasih Ibu Agustin dan ibu Eny Susatyo bersama penulis  uji petik  evaluasi  bertemu orang tua sahabat Mutiara Kasih di Paroki Sasi, paroki Tunbaba, dan paroki Kristus Raja Haumeni. Dari evaluasi ini ternyata ada kesan orang tua misalnya di kampung Tes dan Paroki Antonius Sasi begitu senang dengan adanya gerakan mutiara kasih sudah dua tahun tamatan SMA tidak duduk di deker karena sudah ditelan oleh mutiara kasih.  Pada malam itu juga orang tua Remigius Metan terima 19 juta dari ibu Agustin dan anak Remigius Metan bersedia kembali ke Mutiara kasih. Dari  uang itu orang tua menggunakan untuk menyelesaikan rumah permanen.
Analogi petani menanam ada hasil dan gagal panen. Begitu juga usaha Mutiara Kasih banyak  anak yang sukses  tetapi juga banyak yang gagal. Bahkan tidak luput juga ada anak yang bertingkahlaku aneh  seperti kacang lupa kulit.
Sudah waktunya Mutiara Kasih  memancarkan kasihnya  ke seluruh pelosok tanah air  ibu pertiwi  Indonesia. Kibarkan bendera kasih. KOBARKAN KASIH KRISTUS. Biarlah kasih Kristus dirasakan di mana-mana melalui rangkulan kasih sayang Mutiara Kasih sebagai tindakan konkrit acsen iman kristiani .
Salam damai sejahtera.
                                                       


Foto blusukan Ketua Yayasan Mutiara Kasih bersama ibu Enny di Kampung Tes Paroki Kristus Raja Haumeni Kabupaten TTU –NTT,  rumah orang tua Brigita Metan pada  tanggal 23- 24 Maret  2015  



POTENSI MENDIRIKAN TAMAN SEMINARI  DAN SEKOLAH MENENGAH  ATAS AGAMA KATOLIK (SMAK) DI NTT SANGAT TINGGI
Sambutan Kepala Kantor Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sambutan Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesi di Hotel Sotis Kupang. Kesempatan bertepatan dengan kegiatan pembinaan kompetensi pendidik taman seminari di Kupang. Peserta yang hadir  ada empat puluh orang (40)  pendidik taman seminari   se Indonesia yang berlangsung  mulai tanggal 7 – 10 Mei 2019.
Kegiatan ini diadakan di NTT mengingat jumlah penduduk beragama Katolik di Indonesia, terbanyak ada di NTT. Potensi mendirikan Taman Seminari di NTT sangat tinggi Jika diandaikan setiap paroki memiliki satu Taman Seminari, atau jika boleh setiap stasi yang memiliki gereja/kapela memiliki satu Taman Seminari, maka potensi Taman Seminari di NTT adalah sebanyak 3.353  lemaga PAUD Taman Seminari.
Taman Seminari dan lembaga pendidikan berbasis agama katolik lainnya menjadi jalur atau saluran yang paling efektif dan kuat dalam mewariskan, meneruskan dan memperkuat tradisi, ajaran iman dan moral Katolik sejak dini pada generasi milenial,  generasi unggul di tahun 2045.
Perhatian Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Raudatul Athfal (PAUD berciri khas Islam) dan Taman Seminari (PAUD berciri khas Katolik). Hingga saat ini,  di NTT sudah terdapat 15 Taman Seminari yang telah memperoleh ijin operasional dari Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI. Terdapat beberapa Taman Seminari yang sudah mulai beroperasi juga di NTT namun belum memperoleh ijin operasional dari Dirjen Bimas Katolik , seperti Taman Seminari Santu Simon Petrus  di stasi Santa Maria Aitara Naunu paroki St.Helena Lili Camplong Kabupaten Kupang Provinsi  NTT.
Mengapa  Ijin Operasional Taman Seminari Santu Simon Petrus  Kabupaten Kupang  belum diterbitkan oleh Dirjen Bimas Katolik RI ?  Pada hal sudah mengantongi  Rekomendasi pejabat Gereja Katolik cukup dari Pastor Paroki.  Tentu mengandaikan Uskup selaku otoritas gereja lokal sudah mengetahui dan menyetujuinya. Hal ini mendorong pengelola  Taman Seminari Santu Simon Petrus  melangkah dengan pasti  pada tanggal 1 Juni 2019  pukul 8.45 wita bertemu dan dialog  dengan Mgr.Petrus Turang  Uskup Agung Kupang dan hasilnya menanti berkat Tuhan  dan  doa  Bunda Maria.
Tujuan kegiatan pembinaan kompetensi pendidik Taman Seminari  untuk membantu Pendidik Taman Seminari merancang proses kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik pada Taman Seminari. Selamat berproses demi masa depan Taman Seminari di Indonesia.
 Selanjutnya Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT membeberkan data Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum:
1.   Ada 7.656 sekolah umum dengan rincian:
  1. 5.098 SD (3.300 negeri dan 1.798 swasta)
  2. 1.693 SMP (1.285 negeri dan 408 swasta)
  3. 541 SMA (341 negeri dan 200 swasta)
  4. 290 SMK (145 negeri dan 145 swasta)
  5. 34 SLB (27 negeri dan 7 swasta)
2.       Ada 5.145 lembaga PAUD yang terdiri atas: 1.532 TK, 124 RA, 3.132 Kelompok Bermain, 22 Taman Penitipan Anak dan 335 Satuan PAUD Sejenis.
  1. Lembaga pendidikan di tingkat PAUD belum terdapat pengaturan khusus tentang pendidikan agama, kecuali RA dan Taman Seminari yang diatur secara khusus oleh Ditjen terkait.
  2. Pendidikan Umum Berciri Khas Agama
  3. Program Pendidikan Islam, terdapat: 124 RA swasta, 73 Madrasah Negeri dan 245 Madrasah Swasta (MI 175 buah, MTs 96 buah, MA 46 buah dan MAK Negeri 1 buah)
  4. Program Bimas Katolik, terdapat: 1 SMAK Negeri, 14 SMAK Swasta (13 SMAK Umum dan 1 SMAK Seminari) l
»      Pendidikan Keagamaan
  1. Program Pendidikan Islam, terdapat: 31 buah Pondok Pesantren dan 1 buah Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, 55 buah Diniyah Takmiliyah dan 520 Lembaga Pendidikan Alquran.
  2. Program Bimas Katolik, terdapat: 13 buah Taman Seminari, 5 buah Sekolah Tinggi Pastoral Strata 1 dan 1 buah Program Pasca Sarjana.
  3. Program Bimas Kristen, terdapat: 1 STAKN, 7 Sekolah Tinggi Ilmu Teologia Kristen, 32 SMTK/SMAK, 8 SMPTK dan 2 SDTK.
  4. Program Bimas Hindu, terdapat 17 Pasraman.
  5. Program Bimas Budha, terdapat 2 Sekolah Minggu.
PEMBINAAN ANAK USIA DINI PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
»      Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan melalui tiga jalur yakni:
Ø  Jalur Formal : berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Ø  Jalur Nonformal : berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Ø  Jalur Informal : berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
»      Syarat mendirikan Taman Seminari, antara lain :
Ø  Sarana prasarana tidak menuntut banyak gedung,
Ø  Jumlah siswa minimal 10 orang sudah bisa (bandingkan dengan jumlah balita Katolik yang banyak di NTT),
Ø  Tenaga pendidik dan kependidikan tidak sebanyak jika mendirikan SMAK,
Ø  Rekomendasi dari pemerintah cukup dari Pejabat Bimas Katolik setempat, dan;
Ø  Rekomendasi pejabat Gereja Katolik cukup dari Pastor Paroki (tentu mengandaikan Uskup selaku otoritas gereja lokal sudah mengetahui dan menyetujuinya).
Pada RENSTRA Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, pengelolaan pendidikan anak usia dini disatukan dengan pendidikan dasar, sehingga selalu disebut Pendidikan Agama pada PAUD dan Dasar. Hal ini ditegaskan lagi dalam regulasi yang menetapkan bahwa pada PAUD tidak disebutkan secara khusus tentang mata pelajaran agama, sehingga tidak terdapat guru mata pelajaran agama pada PAUD. secara khusus menjadi perhatian Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini adalah Raudatul Athfal (PAUD berciri khas Islam) dan sekarang sudah hadir pula Taman Seminari (PAUD berciri khas Katolik).

Sebagai penjabaran dari UU Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Menteria Agama nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, mendefinisikan Raudhatul Athfal yang disingkat RA sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. RA dibina oleh pelaksana Program Pendidikan Islam pada tingkat Kabupaten/Kota atas koordinasi pelaksana program Pendidikan Islam pada tingkat Provinsi.

Senada dengan RA, pada program Bimas Katolik juga terdapat Taman Seminari. Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Katolik nomor 23 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pendirian Taman Seminari Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Taman Seminari didefinisikan sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Katolik bagi anak berusia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) tahun. Berdasarkan SK Dirjen Bimas Katolik nomor 23 tahun 2015, pembinaan Taman Seminari berada pada Direktorat Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik Kemenag RI.
Keberadaan Taman Seminari yang saat ini berdasarkan SK Dirjen Bimas Katolik diharapkan akan semakin menguat dan berkembang di Indonesia. Kita semua berharap agar pada waktunya akan terbit Peraturan Menteri Agama yang menaungi keberadaannya. Dengan itu, ruang gerak koordinasi terkait pembinaan dan pengawasan Taman Seminari ke depan menjadi lebih optimal. Secara khusus untuk wilayah NTT yang memiliki struktur Bimas Katolik terlengkap di Indonesia dan jumlah umat Katolik terbanyak, maka perlu ada penegasan khusus yang berbeda dari wilayah lainnya, terkait pembinaan dan pengawasan lembaga pendidikan formal berciri khas agama Katolik. Potensi yang banyak dan besar ini, perlu dimanfaatkan secara maksimal.


 Biodata penulis :
    Nama: Simon Anunu, S.Ag., M.Pd
    Tempat tanggal lahir : Tes, 10 Desember 1968
    Alamat tempat tinggal: Naibonat   Kabupaten  Kupang  Provinsi NTT
    HP. 085237893978 Email; simonanunu68@gmail.com.face book  SIMON ANUNU
                   Pengelola dan Kepala Sekolah Taman seminari santu SIMON PETRUS STASI NAUNU PAROKI ST.HELENA LILI  CAMPLONG Kabupaten Kupang Provinsi NTT









Kamis, 26 Maret 2020


HIDUP ADALAH PERJUANGAN MEMBUTUHKAN  PENGORBANAN

Mengenal diri adalah awal refleksi  berintrospeksi. Pada suatu ketika saya bertanya dalam diri :”siapa dan bagaimana aku?”. Lalu saya berusaha menelusuri latar belakang diri. Aku pun menemukan beberapa jawaban. Saya ini anak petani miskin. Orang tua tak mampu menyekolahkanku. Aanak petani subsiten, bertani  dengan cara tradisional sesuai kebiasaan nenek moyang masih primitif ditamba lagi kepercayaan animisme dan dinamisme istilah setempat Uis pah  harus diberi sejajian bila tidak hasil  panen gagal atau tanaman diserang hama, itu tanda uis pah marah  dan memberi kutukan. Suka menyerah pada nasib memang sudah begini.Tanpa evaluasi diri  dan mecari solusi. Mestinya bertanya pada ahli pertanian  bersama pemerintah. Bukan bertanya pada rumput yang bergoyang. Miskin ilmu malu bertanya sesat  dalam hidup.  Mungkin ini  salah satu penyebab NTT miskin.

MENGAPA DAN BAGAIMANA ANAK PETANI MISKIN BISA MAGISTER PENDIDIKAN?

Pertanyaan ini biasa dan cara menjawanya Yang  biasa dibuat. Mengapa tidak ? karena saya sudah keluar dari lubang singa tantangan hidup seperti mau mati rasanya. Aku rasakan gesekan yang mendalam  sampai-samapai aku jalani dengan cara yang biasa dibuat orang. Dengan tulisan ini saya coba mereviw ko bisa jadi begini. Mari kita megikuti rintihan hatiku.  
 Untuk sekolah melanjutkan pendidikan setelah tamat sekolah dasar  dari SDN Sasi Kota Kefamenanu, saya menjual kayu api, menjadi koki rumah tangga alias pembantu rumah tangga. Selama setahun setelah tamat SD tahun 1983. Majikan saya seorang polisi  rupanya saya diuji tangguh menjadi pembantu rumah tangga. Modal dipercaya menjadi anak buah  rajin kerja keras timba air, masak, ambil kayu api,cuci pakaian di sungai jarak satu kilo meter dari rumah.
 Pada tahun 1984 saya didaftar melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Kefamenanu dikenal sebagai anak polisi di sekolah dan membiayai uang sekolah. Untuk belajar saya silih waktu kerja. Setelah semua kerja beres baru pegang buku kerja PR, baca kembali catatan. Metode belajar yang cocok saat itu adalah Learning by doing. Belajar sambil bekerja. Ada tiga cara belajar. Membaca kembali catatan, kerja Pekerjaan rumah (PR), dan menyiapkan pelajaran yang akan dibelajarkan besok. Saya mencatat pertanyaan dari bahan ajar yang tidak dipecahkan supaya bertanya pada guru saat pelajaran besok.
Waktu berjalan, hari berganti hari, minggu,bulan dan tahun berganti mengantar aku  pada tahun 1987 tamat SMP. Ada pertanyaan yang muncul  dalam diriku “kemana aku pergi melanjutkan pendidikan. Lalu aku ingat sebuah judul lagu rohani berbunyi: “ ooo... kemanakah arah perahu”. Siapa lagi yang bisa membantu aku membiayai pendidikan selanjutnya?. Pertanyaan  ini selalu mengganggu kerjaku sebagai pembantu rumah tangga (PRT), tidurku,dan sering aku menghayal. Sering aku ditegur oleh majikan  karena kelihatan sering menghayal.
Suatu saat menjelang awal tahun ajaran baru aku diam dan menemukan jawaban setelah saya membaca papan apresiasi majalah dinding SMP Negeri almamaterku. Ada tulisan menjadi guru agama katolik  setelah tamat sekolah pendidikan guru agama Katolik (SPGAK) warta Bakti Kefamenanu. Hatiku tersentak oleh panggilan menjadi Guru Agama Katolik.
Suatu saat di tengah hutan sambil pilih kayu kering  ada bisikan dalam hati : “pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan baptislah mereka dalam nama bapa dan putera dan Roh Kudus”. Kalimat ini saya ingat saat membaca Kitab Suci setiap malam selesai belajar.
Pernah sangat tertekan oleh situasi hidup susah. Saya biasa mengucapkan salam Maria di waktu doa Rosario sebagai kebiasaan  orang katolik. Menjadi doa kesayangan di situasi sulit. Aku menulis surat Kepada Bunda Maria di surga. Begini bunyi isi suratnya: “ Kepada Yang Tercinta Bunda Maria di Surga. Padanglah aku anakmu yang sengsara ini. Berikanlah aku petunjukmu. Bagaimana aku menemukan sekolah yang tepat  untuk mengantar aku keluar dari soal hidup ini. Biar engkau di surga doakanlah aku anakmu yang merana ini. Santa Maria  doakanlah aku, Amin”.
Hati tegar dan kuat aku melangkah dengan pasti. Aku mendaftar sebagai peserta didik baru di SPGAK Warta Bakti Kefamenanu pada tahun 1987. Pesereta didik baru yang mendaftar saat itu 360 orang. Peserta didik Baru yang lulus tes masuk hanya 150 orang termasuk Simon Anunu penulis naskah  ini  urutan ke 25. Hatiku gembira karena doa Bunda Maria mengabulkan doaku.
Siapa yang membiayai pendidikanku  selama di SPGAK? Uang sekolah saat itu 7.500 (tujuh ribu lima ratus rupiah). Saat itu gaji seorang polisi 150.000. Apakah saya terus sekolah? Hanya tiga bulan polisi itu janji bayar uang sekolah. Ternyata sudah tiga bulan bendahara sekolah  menagih uang sekolah. Majikan saya tidak mampu bayar. Majikan menganjurkan keluar dari sekolah tunggu tahun depan daftar ulang di SMA Negeri satu saat itu  uang sekolah hanya 500 (lima ratus rupiah). Antara Rp. 7.500 di SPGAK dengan  Rp. 500 di SMA Negeri  lebih baik pilih yang murah meriah karena keputusan penentu kebijakan tanpa mempertimbangkan keputusan aku yang menjadi korban.
Bagaimana tanggapanku atas anjuran majikan harus berhenti sekolah alias Droup Out. Saya menolak  dengan keras anjuran majikan Droup out (DO) keluar dari SPGAK. Saya memilih keluar dari majikan polisi ini. Saya berniat  mecari uang membiayai diri sendiri tetap sekolah di SPGAK. Apakah orang tua bisa membantu ? Tidak. Orang tua mencari makan saja tidak cukup.  Lebih sadis lagi pakaian seragam sekolah majikan polisi itu tahan tidak memberikan. Juga ijasah SD, SMP  mereka tahan sampai harus bawa tebusan berupa sapi, babi, atau setimpal.
Apakah tetap sekolah. Jawabannya saya sekolah terus. Untuk pakaian seragam SMA saya pinjam pakaian bekas milik teman sekampung yang sudah lulus SMA. Sepatu juga pinjam karena tidak ada uang untuk beli baru. O ya baju seragam saya pinjam pakai milik adik nona yang sudah tamat SD. Kini Jarak tepuh sekolah semakin jauh. Tadi  jarak ke sekolah  tiga kilo meter. Sekarang menjadi tujuh kilo meter karena kembali ke rumah orang tua.
Uang sekolah saya bayar sendiri dengan jasa jual air sepulang sekolah. Suatu ketika coba cari kerja sambil sekolah. Ada seorang jaksa yang membutuhkan jasa timba air. Saya menawarkan diri setiap minggu tiga kali saya mengisi bak air rumah  jaksa kala itu  belum ada air leding. Saya menjadi “leding hidup”. Mengambil air dari sumur berjarak 20 meter dari sumur ke rumah jaksa. Gaji jasa mengisi air di bak mandi dan bak WC, saya dibayar 12.000 (dua belas ribu rupiah) perbulan. Dengan gaji 12.000 menjadi modal bayar uang sekolah dan masih ada sisa untuk saya tabung.
Bagaimana menambah tambahan penghasilan uang?  Saya pernah membersihkan rumput di kebun milik kepala Kantor Agama Kabupaten  Timor Tengah Utara. Istilah setempat tofa kebun. Luas kebun itu empat (4) are. Setelah selesai bersihkan kebun itu saya diberi dua belas ribu rupiah. Setiap are dihargai dengan   tiga ribu  rupiah (3.000). Tekat saya kerja halal apa saja yang penting menghasilkan uang untuk menyelesaikan studi. Puji Tuhan  saya diberi kekuatan  untuk membiayai diri sendiri. Belajar mandiri sekolah mandiri dan biaya sendiri karena saya akui orang tua miskin.   
Bagaimana dapat makan? Saya dapat jagung, ubi kayu atau singkong dari orang tua. Mulai saat itu saya harus konsentrasi belajar maka saya memilih tinggal di asrama yang dekat sekolah. Uang asrama saya bayar dari sisa uang jasa timba air di jaksa itu.  Makanan  tiap hari jagung ketemak dicampur dengan  gaplek  dan sayur daun asam muda (istilah setempat KIU SO”O) yang mudah gratis dapat di hutan. Jagung ketemak itu keras membutuhkan waktu masak yang cukup lama. Sekali masak untuk tiga kali makan. Misalnya pulang sekolah masak jagung untuk makan malam, makan pagi ke sekolah dan makan siang. Kebiasaan ini berlangsung hanya satu tahun selama  SPGAK Warta Bakti Kefamenanu.
Suatu ketika  saya masih di bangku kelas tiga SPGAK. Ada seorang ibu Guru SMA Negeri satu kefamenanu mencari  seorang pembantu rumah tangga khusus timba air. Beliau  mencari saya di sekolah. Saat berpapasan menawarkan saya untuk tinggal bersama dalam keluarganya hanya untuk timba air. Apabila saya bersedia maka uang sekolah, biaya hidup, keluarga ini yang tanggung. Saya merasa luar biasa. Secepatnya saya ambil sikap beralih dari asrama  pindah tempat tinggal. Tanpa memberi tahu  orang tua  dan memamng orang tua pun tidak ambil tahu. Di rumah  ibu guru, Ibu Sry  ini bersama suaminya pa Jhon Lay seorang pegawai Negeri Sipil kantor perdagangan Kota Kefa. Saya merasa bahagia. Diperlakukan seperti anak yang layak dibantu.  Rupanya Tuhan mempergunakan keluarga ini untuk memperhatikan aku. Memang keluarga ini belum dikaruniai seorang anak.  Biasanya saya  hanya makan jagung ketemak. Di keluarga ini  hanya makan nasi. Saat – saat pertama perut saya harus membutuhkan penyesuaian. Rasanya mau makan jagung  terus tapi jagung  tidak tersedia.
Siapa saja yang membantu saya selama  melanjutkan pendidikan mulai dari SMP sampai  selesai tamat Sekolah Pendidikan Guru Agama Katolik  di Kefamenanu? Kesempatan ini saya akan menuturkan satu persatu melalui  tulisan ini. Pada tahun 1983 tamat Sekolah Dasar. Saya berjumpa dengan seorang Polisi bernama Rofinus Gole asal  Flores Lembata. Ia seorang anggota Polisi Resor (POLRES ) Kabupaten Timor Tengah Utara. Kini beralamat di samping Terminal Bus Kota Kefamenanu. Saat bertemu di depan rumahnya dia bersiap-siap ke piket malam. Ketika saya memberi salam selamat malam dia kaget. Lalu dia bertanya dari mana dan mau kemana. Dengan  nada tegas seorang polisi. Saat itu masih kanak-kanak sambil takut saya jawab pertanyaan polisi dengan tegas. Saya dari kampung Kuan Tes dan hendak ke Transmigrasi lokal di Sasi. Lalu dia melanjutkan pertanyaan  di manakah sekolahmu? Jawabku dengan tegas. Saya baru tamat dari SDN Sasi. Tapi karena orang tua miskin  tidak bisa melanjutkan pendidikan. Jadi setiap hari saya jual es lilin keliling kota Kefamenanu. Tersentak polisi  itu menarik napas panjang. Jadi engkau mau sekolah ?  jawabku dengan suara lantang penuh harapan. Kalau kau mau sekolah tinggal dengan  bersama kami sekeluarga di sini. Lalu kami membiayaimu sekolah. Tersentak saat itu seperti seubutir embun menyejukan hatiku. Lalu polisi ajak saya masuk kerumahnya. Begitu bertemu dengan istrinya bernama Lenny Mamo Gole. Bersama tiga putrinya yang masih kecil. Anak pertama bernama Hedy Gole baru kelas dua SD dan dua yang lain bekum sekolah. Ibu dan tiga anak ini menyambut saya dengan gembira. Rupanya mereka menanti seorang anak pembantu rumah tangga. Karena biasanya orang tua bepergian ketiga anaknya sendiri di rumah. Letak rumah ini cukup jauh dari rumah tetangga. Mulai saat itu saya tinggal dengan keluarga mereka sampai tahun depan baru sekolah. Rupanya mereka menguji ketabahan saya. 
Siapakah orang kedua yang menjadi  orang tua asuh bagiku?  Pasca putus hubungan kerja pembantu rumah tangga dan melanjutkan studi. Majikan bapak kandung saya yang memelihara sapi majikannya bernama Orias kaseh.  Bersedia menampung saya tinggal di rumahnya  sebagai pembantu rumah tangga. Bapak Orias Kaseh dan ibu Dora Lake bersedia menjahit pakaian seragam sekolah. Ada dua macam seragam sekolah putih abu-abu dan putih hijau. Harga setiap pasang dua belas ribu lima ratus rupiah. Uang ini dipotong dari uang jasa bapak saya  pelihara sapi majikannya ini. Saya tinggal bersama keluarga ini selama setahun.
Mengapa harus jahit pakaian seragam sekolah lagi? Karena semua pakaian seragam telah ditahan oleh majikan pertama karena itu milik mereka.Karena sudah keluar  dari rumah majikan itu maka pakaian dan ijasah SD dan SMP mereka tidak berikan.Dan setelah jadi guru di SMP San Daniel Oepoli sekaligus pendiri sekolah ini.Gaji honor Rp.15.000, selama  lima tahun saya beli seekor sapi sebagai tebusan. Saya bawa sapi itu antar ke majikan pertama baru memberikan ijasah SD dan SMP itu.
Siapakah kelurga berikut menjadi orang tua asuhku?  Dia adalah orang tua asuh ketiga. Bapak Gabriel Akoit. Keluarga ini hanya bersedia menampung saya untuk tinggal saja tanpa membiayai sekolah. Uang sekolah saya cari sendiri. Rumah Bapak Gabriel Akoit  berhadapan langsung dengan perumahan Jaksa kota Kefamenanu. Setiap hari saya pulang  sekolah berjumpa dengan seorang nona di sumur tua ini. Dia bercerita bahwa ada jaksa tetangga majikannya mencari orang untuk menimba air. Dalam hati saya bertanya bisakah aku dapat diterima di situ untuk menimba air. Pada suatu sore saya melihat jaksa itu duduk diserambi depan rumah dinas Kejaksaan. Saya berusaha mendekati,  coba menanyakan  kalau - kalau bisa diterima  menimba air.  Sebelum saya bertemu terlebih dahulu saya berdoa Salam Maria Doa Rosario. Dengan langkah berani aku  bertemu bapak Jaksa. Salam pertama saya sampaikan kepadanya Asalamualaikum..... dia menjawab saya  alaikum salam. Saya pun duduk bersama di serambi rumah itu. Langsung saja saya sampaikan maksud kedatanganku. Kata pertama,  bapak saya mau cari kerja. Dia langsung bertanya kepadaku. Apakah yang bisa engkau kerjakan? Saya menguraikan semua kemampuan yang saya miliki. Saya bisa timba air, bisa ambil kayu api, bisa tofa rumput,  cuci pakaian, dan strika pakaian. Jawab jaksa yang bernama pa Ismail. Kami ini seorang Jaksa setiap hari hanya memutuskan perkara. Kebun kami tidak punya. Tapi kalau adik simon mau boleh timba air  karena anak yang biasa timba air kasi keluarga kami sudah kembali ke kampung. Dengan lega saya bersyukur karena bisa dierima kerja timba air. Maka saya  mulai berbicara  tentang gaji dan kapan masuk kerja. Jawab Jaksa itu mulai besok  sore mulai timba dan pikul air menggunakan jerigen 20 liter sebanyak dua buah. Satu di depan dan satu di belakang. Gajinya  sebagai jasa pikul air itu saya tawarkan lima belas ribu rupiah (15.000) perbulan. Tapi jaksa Ismail melepaskan koran di tangannya dan mengangkat kepala bertanya kepadaku. Untuk apa uang itu? Saya menjawab  diperuntukan biaya sekolah. Lanjut bertanya pa Ismail dimana engkau sekolah. Saya menjawab sudah di kelas dua SPGAK Kefa. Wah luar biasa tapi kurangi sedikit  upahmu. Maka saya langsung berkata dua belas ribu perbulan. Pa Ismail langsung menyetujui. Lanjut pa Ismail dalam satu minggu cukup tiga kali timba air. Sehabis kerja boleh makan dalam. Artinya selesai bak mandi dan bak  WC diisi dengan air penuh langsung makan sebelum pulang. Kesan saya makan di rumah jaksa selalu enak dalam hati  saya kalau makan enak begini biar timba air tiap hari. Inilah orang tua asuh yang ketiga dan ke empat.
Siapakah orang tua asuh yang ke lima?  Pada suatu saat kami sementara kerja di sekolah lalu saya kedatangan seorang ibu Guru. Menurut saya ini tamu terhormat. Rupanya ibu ini sudah merekam jejak saya sebagai seorang penimba air. Ibu ini bernama ibu Sry rupanya dia ini orang jawa mengajar di SMA Negeri Kefamenanu. Dia mencari orang untuk membantu menimba air dari sumur yang dalamnya 35 meter. Tawaran yang diberikan kepada saya apabila saya bersedia maka biaya sekolah dan makan minum serta akomodasi tempat tinggal saya bersama  ibu Sry dan suaminya Pa Jhon Lay  menerima sebagai anak asuh. Saya menerima tawaran ini dengan iklas hati.


AWAL MERINTIS KARIERKU
Memang betul pendidikan  di SPGAK Warta Bakti  mengantar aku masuk dunia kerja dengan mulus. Ketika tamat sekolah dari lembaga pendidikan ini saya siap menjadi seorang Guru Agama Katolik, dalam Gereja Katolik biasa dikenal sebagai seorang Katekis.Kata katekis berasal dari kata Yunani Katechein yang berarti pewarta Sabda Pelayan umat katolik. Petugas pastoral.  Pada tahun 1990 saya mulai masuk Kabupaten Kupang. Pesis di wilayah Oepoli,  kini  Kecamatan Amfoang Timur. Bersama Seorang Pastor bernama Romo Daniel .J.Afoan Pr  sebagai seorang pastor paroki di paroki Santu Stefanus Naikliu Keuskupan Agung Kupang, di Keacamatan Amfoang Utara kala itu.
Pada tanggal 1  Juli 1990 merintis SMP Katolik San Daniel Oepoli.Di bawah payung hukum  Yayasan Daniel Broutieur. Berkolaborasi dengan pemerintah setempat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Kabupaten Kupang mengeluarkan ijin operasional. Saya adalah salah satu guru dari delapan guru pemula. Gaji yang kami peroleh  selama 10 tahun 1990 sampai  dengan tahun 2000 adalah guru yayasan dengan besaran gaji empat puluh ribu rupiah. Kami guru enjoi dengan gaji yang ada.  Penulis sebagai Guru Agama Katolik  dan perintis lembaga pendidikan ini.  
Selama dua belas tahun saya habiskan waktu tinggal di Oepoli. Disamping sebagai guru juga bertugas sebagai  bapak pengasuh Asrama putra-putri. Sering saya mewakili  Yayasan mengikuti pertemuan di tingkat  Kabupaten dan tingkat Keuskupan majelis Pendidikan Katolik sampai tingkat nasional. Inilah yang membuat membentuk pribadi pengelola pendidikan Katolik. Begitu juga pengelaman  mengelola pendidikan formal dan non formal bekerja  sama dengan Pendidikan Luar  Sekolah (PLS).
Pengalaman adalah guru terbaik. Dengan pengalaman kerja dalam dunia pendidikan kini saya mengelola  Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Sejak tahun 1990 membantu siswa putus sekolah  dengan program paket A setara sekolah Dasar. Paket B Setara SMP dan paket C setara SMA. Banyak orang cukup dibantu dengan program ini. Apalagi dengan adanya Undang – undang Desa mengisyaratkan aparat Desa harus berijasah  SLTA atau sederajad seperti paket C. Bahkan  tamatan  PKBM  bekerja sebagai sekertaris desa yang berijasah paket C diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Bagaimana bisa mendapat kembali ijsah SD dan SMP yang pernah ditahan oleh majikan pertama? Perjalanan hidupku  berliku-liku pahit manis bercampur menjadi satu. Inilah jalan melalui penderitaan dalam bahasa latin Via Dolo Rosa. Setiap orang dianugerahi jalan hidup yang khas sesuai rencana Tuhan. Aku memahami dan menjalani saja.
Saat  aku menjadi guru di SMP Katolik San Daniel Oepoli. Saya pernah membantu seorang anak mau sekolah tetapi tidak punya uang. Kata orang tua dari anak itu  kepadaku. Apabila Pa Simon membantu  membiayai anak saya sampai tamat SMP maka  kami sekeluarga akan memberi seekor sapi. Setelah saya hitung harga sapi diuangkan  ternyata cukup. Begitu anak ini tamat maka sapi yang dijanjikan itu mereka beri dengan iklas. Seekor sapi ini saya bawa dari Oepoli  Kabupaten Kupang menuju Kota Kefamenanu untuk menebus kembali ijasah dan pakaian seragam pernah ditahan oleh majikan pertama. Memang  waktu saya pindah ke majikan ke dua hanya bawa pakaian di badan. Waktu itu saya masih ingat baju  yang saya pakai di badaku kaus golkar dan celana melekat pada tubuhku adalah celana  seragam SMP. Aku pun memberi sapi ini dengan iklas maka ijasah SD, SMP  mereka majikan pertama ini beri dengan senang hati.   
   Kapan saya mulai diangkat menjadi PNS?  Dan menjadi sarjana ?  Pada tahun 2000 saya berhasil mengikuti Tes CPNS dan lulus menjadi PNS Guru Agama Katolik. Pada tahun 2002  pindah tugas dari  Oepoli ke Naibonat Kecamatan Kupang Timur dengan maksud melanjutkan studi mengambil  program Sarjana dengan program ijin belajar. Berkat restu Tuhan pada tahun 2004 diwisuda di Sekolah Tinggi Ilmu  Pastoral  (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang.  Pada tahun 2012 saya putuskan mengambil program Pascasarjana prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial (PIPS). Menggunakan program tugas belajar biaya sendiri persemester lima juta rupiah. Menyelesaikan Program Pascasarjana  S2  Undana Kupang pada tahun 2015.
Bagaimana keadaan karierku sekarang ini?  Semakin langgeng aku melangkah maju. Kini aku diangkat menjadi Kepala SDN Naibonat berdasarkan SK Bupati Kupang Nomor: 821.21/15/BKPP.KAB.KPG/2017.  Pada tahun 2018  saya  lulus  Tes  Asesor PAUD DAN PNF  Badan Akreditasi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini menyebabkan aku keliling NTT untuk  visitasi akreditasi  PAUD dan PNF setiap tahun. Di samping itu  aku dipercaya oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur sebagai anggota tim Verifikator modul paket A,B, dan C. Sampai sekarang menjadi Instruktur Kurikulum 2013  Pendidikan Agama Kabupaten Kupang. Tokoh Agama Peduli HIV  otlet kondom gratis.
Dengan adanya pengalaman merintis sekolah maka pada tahun 2018 saya mendirikan SMP Katolik Santu Donbosco di Naunu bersama Yayasan Bintang Timur . Tahun 2019 saya merintis Taman Seminari Santu Simon Petrus di Naunu paroki Lili Camplong. Tahun 2019 ini saya merintis lagi Sekolah Menengah Agama Katolik  (SMAK) di Naunu bersama Romo Anselmus Leu pastor Paroki Santa Helena  Lili Camplong. 
Peran saya dalam Gereja Katolik Stasi Santu Yohanes Maria  Vianney Naibonat Paroki Santa Maria Fatima Taklale sebagai wakil ketua stasi. Katekis umat Katolik bekerja sama dengan Bupati Kupang dan DPRD Kabupaten Kupang  sejak tahun 2012  dan di tahun  2019 ini Gereja Katolik mendapat hibah tanah pemda  untuk bangun Gereja Katolik stasi dengan serifikat tanah  hak milik.  Peletakan batu pertama pembangunan gereja akan dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2019 oleh Uskup Agung Kupang Mongsinyiur Petrus Turang.  

             
 Biodata penulis :
    Nama: Simon Anunu, S.Ag., M.Pd
    Tempat tanggal lahir : Tes, 10 Desember 1968
    Alamat tempat tinggal: Naibonat   Kabupaten  Kupang  Provinsi NTT
    HP. 085237893978 Email; simonanunu68@gmail.com.face book  SIMON ANUNU.blog      simon Anunu
                 Pendidkan sarjana: D2 Kateketik  IPI MALANG  Tahun 2000
                 S1 STIPAS KEUSKUPAN AGUNG KUPANG tahun  2004
                 S2 PASCASARJANA UNDANA  tahun 2015