MENCEGAH PENYEBARAN VIRUS CORONA GURU DAN SISWA BERTAHAN DI RUMAH
BAGI GURU KABUPATEN KUPANG
Oleh SIMON ANUNU
Guru
mengajar tanpa siswa adalah guru itu sudah tertular virus sinting gila mengong
(SGM). Siswa belajar tanpa guru itu biasa. Lebih asik lagi kalau siswa dan guru
berada dalam kelas berinteraksi itulah
pembelajaran yang intens. Idealnya komunikasi guru dan siswa harus tatap muka. Hal
inilah yang dirindukan oleh guru dan siswa sekoah Dasar.Ketika
Pemerintah menginstruksikan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah demi
mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Hal ini tersentak
menghancurkan hubungan guru dan peserta
didik. Kini bukan satu dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi dua bagaikan
pinang dibelah dua. Aduh sakitnya di sini.Tahap
pertama di rumahkan tanggal 20 Maret
sampai 4 April 2020.anak masih senang. Tahap
dua di rumahkan tanggal 6 April-20 April 2020 anak dan guru mulai
gelisah. Ketika pemberlakuan tahap tiga
tanggal 22 April sampai dengan tanggal 30 Mei 2020
hancur harapan.Mengapa
tidak hancur? Banyak orang tua mulai mempertanyakan masa depan anak . Ada anak
yang menangis karena mau bertemu teman dan gurunya tapi apalah daya dibatasi dan dipisahkan oleh pandemik Covid 19. Masih anak dan orang tua datang ke rumah kepala sekolah. Walau pun
sudah diberi tahu perpanjangan waktu di rumahkan dari tampak wajah anak dan
orang tua semacam tidak mau menerima
kenyataan. Tapi apa hendak dikata, dunia sudah mengalami nasib begini. Belajar
dari rumah (LFH) harus dilakukan oleh siswa. Bekerja dari rumah (WFH) itulah yang dilakukan guru. Apa yang bisa
mempersatukan guru dan murid ? Biar jauh
di mata namun dekat di hati. Ada beberapa hal
yang bisa menghubungkan guru dan siswa agar terjadi pembelajaran adalah:1) Ada siswa yang dari sono tidak ada HP. Alasan
karena ekonomi orang tua lemah lembut. Lagi pula ada orang tua yang menggap
kasih HP untuk anak adalah buang-buang doi. Jangan sampai salah gunakan . Masih
ada orang menganggap kasi anak pegang HP nanti dia buat sembarang. Kini
tuntutan zaman harus belajar online orang
tua mulai kelabakan.
2) Guru
tidak mati akal. Ada guru saking rindu untuk mengajar ikut sampai dan ajar di
rumah anak. Walau ada larangan pemerintah. Semangat dedi kasih tanpa upah
dengan harapan upah besar di surga. Covid pun tidak pusing sadar sudah pulang
kembali ke rumah.
3) Guru
membagikan Buku paket bahan ajar , buku pelajaran sesuai dengan tema untuk SD. SMP
dan SMA sesuai mata pelajaran masing -masing. Hal yang terjadi di SDN Naibonat bagi siswa yang tidak
memiliki HP diinventarisir oleh wali
kelas dan diberlakukan pembelajaran ofline .
4) Pembelajaran
Online dilakukan bagi siswa yang memiliki HP. Kalau yang terjadi di SDN
Naibonat ada grup WA wali kelas masing-masing dengan orang tua. Materinya
diWA-kan oleh guru kepada orang tua. Orang tua mulai pusing membelajarkan di rumah sebagai peran pendidik
pertama dan utama.
5) Kepala
sekolah membuat pengumuman online kepada
Guru dan siswa untuk melaksanakan
tugasnya masing-masing. Kepala sekolah meneruskan format laporan WFH yang diberikan oleh Dinas pendidikan dan
kebudayaan Kabupaten Kupang. Format diisi oleh wali kelas dan guru mata pelajaran
lalu diberikan kepada kepala sekolah dan
kepala sekolah laporkan sebagai laporan sekolah kepada kepala Dinas sebagai laporan lembaga.
Kesimpulan Pembelajarn ofline dan online masih tetap ada kekurangan dan kelebihannya. Biasanyan pembelajaran dalam kelas masi ada yang tuntas dan tidak tuntas. Tapi dalam kundisi darurat covid 19 mau tidak mau harus berjalan. Sambil berdoa
berharap badai pasti berlalu. Ada guru dari Kecamatan Fatuleu Barat
melalui telpon seluler. Mengatakan: “ Saya pusing dengan anak – anak mau
belajar online atau ofline kita cari setengah mati. Anak tidak belajar
karena ada jaga burung dan jaga kera makan buang jagung di kebun”Dalam
tulisan ini saya menjawab beberapa pertanyaan. Salah satunya adalah, Bagaimana
membelajarkan anak belajar dari rumah di saat situasi covid ini?
x
biarlah orang tua tau bahwa betapa susahnya guru berusaha mengajar anaknya di sekolah agar anggapan sebelah mata merka tentang profesionalitas seorang guru bisa berkurang. salam hormat pak...
BalasHapusby Roman Banu "Putra Oepoli"